Evangelion, dengan lapisan filosofisnya, menyelinap di antara ambiguitas hidup dan maut, menjelma kisah pencarian jati diri di dalam huru-hara dunia yang terlampau besar bagi penghuninya.
Dalam kepungan mecha dan dunia yang runtuh, ada renungan eksistensial di balik dentingan mesin dan ledakan konflik yang tak berujung.
Apa yang membuat Evangelion berbeda adalah kerumitan psikologis yang dibawa ke dalam genre robot ini.
Dengan pemikiran itu, mari kita lihat anime mirip Evangelion yang menangkap keputusasaan yang sama, sembari menawarkan warna baru di kanvas ketidakpastian.
1. Gunbuster
Genre | Action, Drama, Mecha, Sci-Fi |
Episode | 6 |
Studio | Gainax |
Gunbuster adalah karya anime yang disutradarai Hideaki Anno.
Dunia Gunbuster adalah ruang kosong, tempat di mana para karakter bukan hanya berjuang melawan alien tetapi juga kesendirian, kecemasan, dan ambisi yang terkikis seiring waktu.
Noriko Takaya adalah protagonis yang terjebak dalam kepungan gravitasi eksistensial; semakin tinggi dia menggapai, semakin dekat pula dia dengan kehancuran.
Seperti dalam Evangelion, pertanyaan tentang harga diri dan pengorbanan menjadi pusat konflik, mendorong kita bertanya: apa arti kepahlawanan di tengah ketakutan dan ketidaktahuan?
2. Puella Magi Madoka Magica
Genre | Action, Drama, Fantasy, Mahou Shoujo, Psychological, Thriller |
Episode | 12, 1 Film |
Studio | Shaft |
Bisa dibilang Madoka Magica adalah Evangelion-nya genre anime magical girl.
Madoka dan kawan-kawannya diajak masuk ke dalam dunia magis hanya untuk menemukan bahwa mimpi tersebut berbentuk mimpi buruk.
Di balik transformasi gadis penyihir terdapat lingkaran takdir yang tak bisa dihindari, mirip dengan takdir suram pilot Eva.
Setiap pertarungan membawa mereka lebih jauh dari konsep “baik” dan “jahat,” seolah menelanjangi absurditas heroisme itu sendiri.
Inilah Evangelion dalam gaun berbeda, memaksa kita bertanya: apakah pengorbanan benar-benar membawa keselamatan, atau hanya kehampaan yang lebih dalam?
3. Serial Experiments Lain
Genre | Drama, Mystery, Psychological, Sci-Fi, Supernatural |
Episode | 13 |
Studio | Triangle Staff |
Di dalam kabel-kabel yang menghubungkan dunia maya dan nyata, Lain mengurai realitas.
Seperti Shinji yang terasing dari dunia sekelilingnya, Lain berhadapan dengan rasa sepi dan kerapuhan jiwa yang perlahan menelan seluruh eksistensinya.
Dunia maya adalah refleksi paling jujur dari kesendirian kita, dan dalam kesendirian itu, kita—seperti Lain—terpantul dalam cermin berlapis, terbelah antara identitas sejati dan bayangan yang kita ciptakan.
4. RahXephon
Genre | Action, Drama, Mecha, Music, Mystery, Psychological, Romance, Sci-Fi |
Episode | 26 |
Studio | Bones |
Ayato Kamina terjebak dalam dunia di mana nada-nada tak seirama dengan kenyataan yang ia kenal.
RahXephon menghidupkan kembali elemen-elemen Evangelion, dari mekanika pilot mecha yang penuh trauma hingga keanehan yang menembus batas ruang-waktu.
Namun, pada akhirnya, RahXephon adalah simfoni dari ketidaksesuaian antara kehendak pribadi dan harapan kolektif.
Pertanyaan besar bergema: apakah kita adalah komponis dalam kehidupan kita, atau sekadar pemain dalam simfoni asing yang entah bagaimana terjadi di sekitar kita?
5. Bokurano
Genre | Drama, Mecha, Psychological, Sci-Fi |
Episode | 24 |
Studio | Gonzo |
Bokurano bukanlah kisah penyelamat dunia yang penuh kemenangan, tetapi lebih kepada tragedi yang tak terhindarkan.
Anak-anak yang terpilih sebagai pilot mecha ini menghadapi kenyataan bahwa perjuangan mereka hanya berarti kematian demi kematian.
Dalam bayang-bayang Evangelion, Bokurano menawarkan narasi keras yang menggugat makna kehidupan itu sendiri. Apakah hidup layak dijalani jika semua hanya berakhir pada kehampaan yang sama?
6. FLCL
Genre | Action, Comedy, Mecha, Sci-Fi |
Episode | 6 |
Studio | Gainax, Production I.G |
Dalam keanehan yang tak terduga, FLCL menawarkan rasa absurditas yang setara dengan Evangelion, tetapi melalui kaca pembesar masa muda.
Naota, seperti Shinji, adalah anak yang dipaksa tumbuh dalam dunia yang tak pernah ia pahami.
Di antara bass gitar dan mecha alien, FLCL menangkap disonansi antara masa kanak-kanak dan kedewasaan dalam wujud yang penuh warna dan kekacauan.
Ini bukan hanya perjalanan emosional, melainkan eksperimen liar tentang identitas di tengah kehampaan eksistensial.
7. Eureka Seven
Genre | Action, Drama, Mecha, Romance, Sci-Fi |
Episode | 50 |
Studio | Bones |
Di dalam dunia yang terapung di udara, Renton mencari makna di antara gelombang dan pertarungan.
Seperti Shinji, dia hanyalah anak muda yang mencoba mengerti di mana tempatnya di dunia yang lebih besar dan kacau.
Dalam Eureka Seven, cinta, pencarian jati diri, dan konflik berbaur dalam tumpang-tindih keinginan yang hampir tak terpenuhi.
Setiap lonjakan adrenalin menjadi simbol kerinduan yang tak terpuaskan untuk menemukan rumah, di dunia yang seolah tak menawarkan satu pun.
8. Fafner
Genre | Action, Drama, Mecha, Romance, Sci-Fi |
Episode | 25 |
Studio | Xebec |
Soukyu no Fafner adalah dunia di mana eksistensi manusia tergoyah oleh ancaman asing yang tak terdefinisi.
Generasi muda yang dihadapkan pada tanggung jawab besar ini, bukan hanya harus bertarung, tetapi juga berjuang untuk tetap hidup dalam dunia yang mengisyaratkan kekalahan.
Fafner menyingkap kerapuhan identitas manusia ketika kekuatan tak kasat mata memaksa kita tunduk.
Sama seperti Evangelion, kita melihat ke dalam diri mereka, mencari alasan mengapa kita terus hidup di tengah ketidakpastian yang membelenggu.
9. Muv-Luv Alternative
Genre | Action, Drama, Mecha, Romance, Sci-Fi |
Episode | 12 (S1), 12 (S2) |
Studio | Graphinica |
Di dunia Muv-Luv Alternative, manusia melawan kepunahan dalam konteks yang lebih brutal dan penuh harap-harap cemas. Ini adalah medan perang di mana perasaan hanyalah barang mewah yang semakin jarang ditemukan.
Dalam bayang-bayang Evangelion, Muv-Luv mengajukan pertanyaan menyakitkan tentang kelangsungan hidup dan pengorbanan, menjelma pertarungan emosional yang tak ada habisnya.
Apa artinya menjadi manusia dalam situasi yang seolah menuntut kita menyerah pada kebinatangan?
10. 86 Eighty-Six
Genre | Action, Drama, Mecha, Romance, Sci-Fi |
Episode | 23 |
Studio | A-1 Pictures |
Mereka yang dikenal sebagai “86” di dunia ini adalah mesin manusia yang dibuang sebagai pion dalam perang tanpa akhir.
Hubungan antara manusia dan mesin menjadi kabur, di mana keperibadian mereka larut dalam ketiadaan empati militer yang memanfaatkan mereka.
Seperti Shinji yang digunakan sebagai alat, para prajurit ini hanyalah roda penggerak dalam mesin yang lebih besar.
Pertanyaan di sini adalah, seberapa jauh batas antara manusia dan mesin ketika emosi dan identitas tergerus?
Dalam refleksi ini, kita dapat melihat bahwa setiap anime mencoba mendefinisikan ulang bagaimana manusia terhubung dengan mesin dan dunia mereka.
Dengan sudut pandang yang berbeda, setiap kisah tersebut membuka lapisan-lapisan psikologis yang tersembunyi di balik armor baja dan layar monitor.
Mungkin, di sinilah kita semua melihat potongan-potongan diri kita—di antara kebisingan mesin dan keheningan batin, dalam mencari arti hidup yang lebih dari sekadar bertahan hidup.
Selamat menonton ya, jika ada ada pertanyaan atau ingin diskusi boleh banget ramaikan di kolom komentar.
Agar tak ketinggalan tulisan menarik lain seputar anime dari Kearipan bisa ikuti di Google News.