Artoria Bunny: Raja yang Menjadi Bandar Kasino

Di balik sosok Artoria Bunny adalah sejarah unik yang mengubah seorang raja legendaris menjadi seorang bandar kasino.

Interpretasi Artoria dalam kostum kelinci di Fate/Grand Order tidak hanya sekadar bentuk “fanservice” atau hiburan yang eksploitatif, tetapi cerminan dari dorongan psikoseksual yang ada dalam interaksi antara pemain dan karakter.

Karakter Artoria Bunny membuka pintu pada kompleksitas hasrat, terutama pada tahap psikoseksual yang Freud bahas sebagai mekanisme pembentukan identitas diri dan objek keinginan.

Dalam lore Fate/Grand Order, Artoria tampil dalam kostum ini sebagai “Swimsuit Servant,” di mana ia mengubah peran epiknya sebagai Raja Singa dan mengambil peran yang jauh berbeda: mengelola kasino mewah.

Lore di balik transformasi ini menunjukkan bahwa Artoria memasuki dunia ini untuk sementara melepaskan tanggung jawab raja demi memenuhi kebutuhan fantasi para Master.

Libido dan Kostum Kelinci

Perubahan Artoria menjadi bandar kasino dalam kostum kelinci memperlihatkan suatu paradoks: seorang Raja Arthur yang terkenal dengan disiplin dan etika kaku kini terjun ke dunia hiburan penuh godaan.

Ini bisa dilihat sebagai simbolisasi dari represi hasrat seksual yang terwujud secara simbolik; Artoria tidak meninggalkan peran epiknya, tetapi ia kini “memainkan” peran baru yang lebih dekat dengan apa yang disebut sebagai libido.

Artoria Bunny memperlihatkan apa yang Freud sebut sebagai tarikan antara Eros (keinginan, hasrat hidup) dan Thanatos (destruksi, dorongan kematian).

Kostum kelinci dengan busana menggoda menjadi representasi yang ambigu, di mana maskulinitas kepemimpinan Artoria disalurkan melalui simbol feminin yang menonjolkan seksualitas. Di sini kita melihat simbolisme yang mendalam: kostum kelinci adalah ekspresi dari represi seksual yang akhirnya muncul dalam bentuk baru yang penuh dengan daya tarik seksual dan sekaligus bersifat destruktif terhadap citra aslinya.

Kostum ini memunculkan regresi psikoseksual Artoria pada tahap-tahap infantil yang didominasi oleh pengidentifikasian dengan objek fantasi. Dalam hal ini, kelinci bukan hanya sekadar pakaian; ia adalah cerminan dari bagaimana karakter yang tadinya penuh kuasa dan jarak emosional kini mengalami bentuk “penerimaan” terhadap sisi keinginan batinnya yang terpendam.

Artoria yang tadinya bersifat aseksual sebagai raja, kini tampil sebagai simbol libido yang ambigu.

Kostum Kelinci Sebagai Objek Fantasi dan Kompleks Oedipus Terbalik

Hubungan pemain dengan Artoria Bunny bisa dilihat sebagai bentuk fantasi yang bersifat Oedipal, namun dalam bentuk terbalik.

Pemain yang berperan sebagai Master merasakan sensasi penguasaan terhadap figur yang seharusnya “dominan” dan “tidak tersentuh” ini. Freud berpendapat bahwa fantasi ini menggali jauh ke dalam keinginan terpendam manusia untuk menguasai figur otoritas, menggeser hubungan hierarkis antara raja dan rakyat menjadi objek keinginan seksual.

Transformasi Artoria menjadi bandar kasino mempertegas aspek psikoseksual dari kompleks Oedipus terbalik ini: pemain yang tadinya memandang Artoria sebagai raja yang tak tergoyahkan kini melihatnya sebagai objek yang bisa “diperoleh” melalui mekanisme gacha.

Dengan Artoria yang berada dalam peran sebagai bandar, ia memegang kendali, namun kendali itu juga merupakan simbolisasi dari kekuasaan kapitalistik yang dimanipulasi pemain untuk memenuhi hasrat mereka sendiri.

Id, Ego, dan Superego dalam Diri Artoria Bunny

Freud membagi struktur kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Dalam Artoria Bunny, ketiga struktur ini muncul dalam ketegangan yang unik.

Sebagai raja, Artoria pada awalnya didorong oleh Superego: prinsip kehormatan, tugas, dan etika. Namun, dalam kostum kelinci dan peran bandar kasino, ia mewujudkan aspek Id — yakni dorongan hasrat yang tidak lagi direpresi oleh Superego. Artoria mengekspresikan sisi kebebasan dan keterlepasan dari tanggung jawab, menjadi objek yang merangsang keinginan tanpa mempertimbangkan moralitas raja atau tugas heroiknya.

Peran kasino ini juga mengaktifkan Ego Artoria: di satu sisi ia masih berperan sebagai raja, tetapi kini sebagai raja dalam dunia fantasi penuh kemewahan dan godaan. Ego bekerja untuk menyeimbangkan Id yang kini tampil penuh warna dan Superego yang mencoba mempertahankan martabat sebagai raja.

Ketegangan ini tercermin dalam bagaimana pemain bereaksi terhadap Artoria: ia menjadi sesuatu yang menarik tetapi juga meresahkan, sebuah representasi dari dorongan seksual yang tetap memancing ambiguitas moral dan emosional.

Artoria Bunny Sebagai Ekspresi Represi Kolektif

Artoria Bunny adalah gambaran dari represi kolektif dalam masyarakat yang terwujud dalam objek fantasi psikoseksual.

Lore tentang Artoria yang menjadi bandar kasino memperlihatkan bagaimana karakter ini melayani fungsi superego yang terlepas, memberikan kebebasan penuh untuk hasrat seksual tanpa harus memikirkan konsekuensi moral atau tanggung jawab raja. Para pemain menemukan rasa “aman” dalam objek ini, karena ia menjadi ruang bagi mereka untuk melepaskan fantasi yang tak terwujud dalam kenyataan.

Dengan demikian, Artoria Bunny adalah lebih dari sekadar karakter “kostum alternatif.” Ia adalah manifestasi dari konflik internal antara hasrat seksual dan represi moral, antara citra ideal dan dorongan Id yang terus menerus berusaha muncul ke permukaan.

Dalam mengenakan kostum kelinci ini, Artoria secara tidak sadar memperlihatkan sisi terpendam dari kepribadian kita sendiri — sisi yang merindukan kebebasan, hasrat, dan pemenuhan tanpa batas yang terus dibatasi oleh struktur sosial dan moral.

Di dalam kasino fantasi ini, Artoria menjadi metafora bagi bagaimana masyarakat menekan dan memanipulasi keinginan, menghadirkan fantasi seksual sebagai objek yang dapat “dibeli” tetapi tetap mengandung keterpisahan.

Bagi para pemain, Artoria Bunny adalah katalis untuk mengakses sisi terdalam dari hasrat psikoseksual mereka, sekaligus menciptakan pengalaman Oedipal yang terbalik, di mana raja kini menjadi objek yang bisa mereka kendalikan, sebuah pencerminan hasrat yang merefleksikan represi kita dalam realitas.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1881

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *