Apa yang salah dengan mempos foto makanan yang kau konsumsi? Apa yang salah dengan memamerkan foto buku yang telah kau baca? Apa yang salah dengan menyombongkan fotomu yang sedang berada di puncak gunung sembari memberi info ketinggian gunung yang kau daki itu? Untuk ukuran benar salah, saya tak mau dan tak bisa (intinya malas sih) untuk menilai. Kau boleh lakukan apa yang kau suka, terserah, asal jangan bikin risih orang. Yang pasti, menurut saya, kegiatan-kegiatan manusia modern ini suatu yang alami, lebih tepatnya hewani.
Pada pertengahan abad ke-20, ahli biologi Belanda Nikolaas Tinbergen menemukan sebuah perilaku aneh binatang: Di setiap spesies, hewan dalam percobaannya akan lebih memilih yang lebih cantik, lebih cemerlang, lebih menarik perhatian dalam lingkungannya—”stimulus supernormal,” ia menyebutnya—bahkan ketika rangsangan itu palsu semata. Induk burung akan mengabaikan telurnya sendiri untuk kemudian menduduki sarang yang lebih besar, atau mengalihkan makanan dari anak-anak mereka untuk memberi makan anak lain yang punya paruh yang lebih terang. “Inti dari stimulus supernormal,” psikiater Deirdre Barrett menulis dalam bukunya, “adalah bahwa imitasi yang berlebihan yang dapat menyebabkan tarikan kuat dari hal yang nyata.”
Manusia, kalau boleh disetarakan dengan binatang, tentu punya dorongan bernama ‘stimulus supernormal’ tadi; suka pamer dan suka pura-pura. Apalagi di masa kekininian, karena katanya masyarakat posmodern itu ditandai dengan superfisialitas dan kedangkalan, kepura-puraan atau kelesuan emosi, teknologi reproduktif, pokoknya serba gimmick gitu lah. Jujur, saya tak menampik, saya pun manusia yang ada kecenderungan ingin dianggap lebih; lebih cerdas, lebih keren, lebih unggul.
- Coin Locker Babies, Ryu Murakami – @wellwornbackpack
- What I Talk About When I Talk About Running, Haruki Murakami – @scootkb
- All the Pretty Horses, Cormac McCarthy – @athousandbooks
- Dubliners, James Joyce – @little_missbook
- Every Day Is For The Thief, Teju Cole – @dennishastheblues
- The Plague, Albert Camus – @aniiharo
- Woes of the True Policeman, Roberto Bolano – @amber__moore
xxxxxxxxxxxxxxx
Istilah ‘Food Porn’ sudah tak asing lagi bagi kita, yaitu foto-foto makanan yang disusun seestetik mungkin untuk meningkatkan ‘berahi’ kita. Mengambil bentuk ‘food photography’ dan styling agar bisa menyajikan makanan seprovokatif mungkin, dalam cara yang mirip dalam ‘glamour photography’ bahkan setara pornografi. Food Porn sendiri berawal sebagai presentasi visual dalam iklan-iklan, biasanya pada iklan makanan cepat saji.
Hal yang sama terjadi pula dengan buku, maka hadir pula yang namanya ‘Book Porn’ ini. Karena zaman sekarang buku nggak cukup dirayakan dengan dibeli, dibaca, dan dikoleksi. Tetapi juga diabadikan dalam sebuah potret.
https://www.instagram.com/p/BApKcxIlj8xzDUY505w_TulALOWf8InHCHYIQs0
- The Prince, Niccolò Machiavelli – Maudy Ayunda
- Sputnik Sweetheart, Haruki Murakami – Yumna Kemal
- Kumpulan Puisi Sylvia Plath, To Kill a Mockingbird, Harper Lee – Dian Sastro
- The Catcher on the Rye, J.D. Salinger – Dian Sastro
- The Catcher on the Rye, J.D. Salinger – Viny JKT48
Biasanya dalam Food Porn, seorang pesohor memamerkan makannya karena ada motif endorse, untuk urusan komersil. Tapi berbeda dengan buku, meski saya nggak tahu persis apa ada ‘endorse buku’ juga, mereka menyombongkan buku yang sedang mereka baca ya karena kecintaan aja. Dian Sastro sama Viny JKT48 misalnya, tentu mereka nggak dibayar oleh siapapun ketika mempos novel asyik The Catcher on the Rye-nya Salinger.
[tweet 688684096113868800 align=’center’]
Adakah yang lebih seksi dari seorang gadis cerdas yang kerap mengumbar senyuman dan sama-sama menyukai buku yang kau favoritkan?
[tweet 683667148665831429 align=’center’]
Shelfie
A picture or portrait of your bookshelf. Showcasing literature IN ALL IT’S GLORY!
(This term was originally defined by author Rick Riordan).
Bagaimanapun, esensi dari sebuah buku, kalau boleh dibilang raison d’être-nya, tentunya ya buat dibaca. Terlepas dari itu, sah-sah aja sih mau diapain selanjutnya buku itu. Jika food porn memiliki efek negatif, salah satunya sikap konsumtif, maka untuk book porn, saya kira nggak masalah sih, apalagi sebagai promosi agar bangsa yang kurang membaca ini jadi terangsang untuk menjadikan laku membaca sebagai hobinya.
Saya selalu membayangkan bahwa surga akan menjadi semacam perpustakaan, kelakar Jorge Luis Borges. Kalau kejadian begini, kasihan dong orang Indonesia entar pada ogah masuk surga.
Artikel (dan foto-foto) yang KEREN!!!
fotonya bagus-bagus xD
kayaknya bakal ikut ketularan book porn nih
Ih saya jadi pengen foto-foto pake gaya kayak gitu hahaha
wiih itu foto yang banyakan meni keren! book porn? hem leh ugha :))
Iya pake buat konsep foto prewed ah entar. 😎
I am so gonna take a SHELFIE!
edan euy, bukuna lobak pisan. dioper atuh ka urang, hehehe…
lucu photo bareng buku ya
Dih keren banget,mengkaitkan fenomena kekinian saat ini dengan teori biologi. Sip
keren ya
Buku juga bisa jadi kebanggan, jadi karya seni dari bentuknya, jadi apa saja bisa ya! Tapi bagi saya, yang penting ya itu, bukunya dibaca dulu, bacaannya dimengerti dulu… :hehe. Tapi ini juga jadi bikin mikir, tanpa diapa-apakan buku sudah jadi sesuatu, apalagi ketika diapa-apakan? :haha.
pengen gitu, tapi skill motret saya kurang dan gaada kamera memadai, kamera hp pun butut 🙁
Saya suka beli buku, cuman kadang mesti males buat namatin. Jadi pamer di awal, eh ujung2nya malah ga selesai-_-
Setuju… Ngga ada salahnya si pamer buku…
Ohh.. motret buku kayak gitu namanya Book Forn. Baru tau.
Aku jarang ngelakuin bookporn ini 😀 wkwkw besok kalau habis baca buku langsung bookporn ah, biar semua terangsang :p
Ah shiiiiit! Aku pelaku bookporn kalau gitu. Baiknya gimana nih? Diterusin atau stop? Postingannya di arsipkan aja? Hemmm. Dulu adventure porn… Aku hapus semua karena di mana mana udah marak itu itu juga. Duh