Pada musim panas 1976, dua peristiwa terjadi, selamanya mengubah arah kehidupan fotografer Amerika Godlis dan sejarah punk. Itu bermula ketika dia membeli salinan The Secret Paris of the 30s, memoar menggembirakan Brassaï dari masa mudanya yang menampilkan petualangannya antara rumah bordil dan sarang opium dari bas monde.
“Selama tahun-tahun pertamaku di Paris, mulai tahun 1924, aku hidup di malam hari, tidur saat matahari terbit, bangun saat matahari terbenam, berkeliaran di kota dari Montparnasse ke Montmartre,” tulis Brassaï, yang saat itu sudah berumur tujuh puluhan. “Aku terinspirasi untuk menjadi seorang fotografer oleh keinginanku agar bisa menerjemahkan semua hal yang membuatku terpesona di Paris malam hari yang aku alami.”
Pada salah satu tamasya malam ini, Brassaï mengunjungi Bals-Musette, sebuah ruang dansa yang teduh tempat masyarakat kelas atas Paris berbaur dengan kelompok bawah tanahnya. Di sini, ia membuat foto-foto yang terlalu memalukan untuk dimasukkan di Paris by Night, sebuah monograf inovatif tahun 1933 yang membawa fotografer Hungaria ini ke panggung dunia. Tetapi pada 1970-an, setelah gerakan Cinta Bebas dan Pembebasan Gay, rasa lapar baru bagi kehidupan libertine seksual sudah mengudara, dan Brassaï menerbitkan gambar-gambar ini dari sisi gelap ibukota Prancis di The Secret Paris of the 30s pada tahun 1976.
Godlis: History Is Made at Night
Diambil dengan mata yang sangat jeli dari fotografer Hungaria, Godlis membeli buku hardcover dan membawanya bersamanya untuk bekerja, menghabiskan pagi hari menyuntuki halaman-halamannya sebelum memulai shiftnya di Burger King di Times Square. Seperti rekaman hebat yang menjadi soundtrack hidup Anda setelah Anda memutarnya, foto-foto Brassaï mulai membentuk dan memberi tahu cara Godlis melihat dunia.
Godlis, berusia dua puluhan, baru saja pindah ke New York, dan mencari petualangannya sendiri. Seorang fotografer jalanan yang bercita-cita tinggi di jalur Garry Winogrand dan Robert Frank, Godlis datang ke kota siap untuk menjadi “salah satu karakter di jalan dengan kamera”.
Setelah melihat beberapa iklan di The Village Voice, Godlis menuju ke Bowery dan Bleecker untuk melihat bar lokal bernama CBGB, tempat band-band rock baru bermain. Dari saat dia masuk, dia tahu itu adalah tempat khusus, dan segera menemukan dirinya di sana setiap malam, menikmati orang-orang dan pemandangan. Saat itulah pencerahan menerpa.
“Pencerahan yang aku dapat dari The Secret Paris-nya Brassaï adalah bahwa di Bowery, aku bisa menjadi ‘fotografer jalanan’ di malam hari,” kata Godlis. “Brassaï pejalan malam dapat dilihat sebagai perpanjangan modern dari flâneur, seseorang yang malas, terpisah, sering sendirian, tidak terbebani oleh kendala kehidupan keluarga dan jadwal, dan hanya bisa ada di kota metropolis.”
Brassaï: The Secret Paris of the 30s
Godlis begitu klop dengannya. Satu-satunya yang ia inginkan adalah keluar dan membuat foto. Dia mulai belajar sendiri cara memotret di malam hari tanpa flash dan membuat cetakan di kamar gelap rumahnya. “Itu berjalan sempurna dengan skena punk: tiga akord sudah cukup,” katanya.
“Kami semua mencoba meletakkannya dengan gaya DIY betulan dan segera mengeluarkannya. Itulah yang terjadi di CBGB: Jim Jarmusch ingin membuat film, Debbie Harry dan Chris Stein ingin membuat rekaman, Ramones ingin memainkan pertunjukkan. Aku ingin mengambil foto, mencetaknya, dan keluar dan menangkap lebih banyak gambar.”
Selama tiga tahun berikutnya, Godlis mengumpulkan karya seminal yang mendokumentasikan adegan punk New York pada puncaknya. Dalam semangat Brassaï, Godlis menjatuhkan nama depannya dan hanya menggunakan yang terakhir, mengadopsi tanda tangan mononim dalam adegan yang diisi oleh karakter seperti Richard Hell, Johnny Rotten, Stiv Bators, dan Rat Scabies.
Juga seperti Brassaï, Godlis menunggu 40 tahun sebelum foto-fotonya akhirnya diterbitkan sebagai monograf dalam History is Made at Night. Itu tidak disengaja, tetapi paralelnya menambahkan lapisan resonansi lain, pengingat yang kuat untuk mengikuti impianmu tanpa rasa takut, mengetahui suatu hari nanti dunia akan menyusulnya.
*
Diterjemahkan dari How Brassai Inspired These Photographs Documenting Punks in 1970s New York.