Cara Menggunakan Teko Kopi dari Neraka

umberto eco coffee

Ada beberapa cara untuk menyiapkan kopi yang enak. Ada caffè alla napoletana, caffè espresso, café turque, cafesinho do Brasil, French café-filtre, Americano. Setiap kopi, dengan caranya sendiri, sama unggulnya. Americano bisa jadi solusi muram yang disajikan pada suhu 100 derajat celcius dalam gelas plastik, lazim tersedia di stasiun kereta api untuk keperluan genosida, dengan kopi dibuat dengan alat cerek penapis kopi Amerika, seperti yang Anda dapati di rumah-rumah atau di kedai sederhana, yang disajikan bersama telur dan bacon, dengan kopi tadi begitu sedap, wangi, mengalur turun seperti aliran air dari muara, untuk kemudian menyebabkan palpitasi parah, karena satu cangkir mengandung lebih banyak kafein ketimbang empat espresso.

Kopi seduh adalah sesuatu yang berbeda. Biasanya terbuat dari jelai busuk, tulang orang mati, ditambah beberapa biji kopi asli yang diambil dari tempat sampah di gudang obat bangsa kuno macam Celtic. Hal ini mudah dikenali dari bau yang tak diragukan adalah kaki yang direndam dalam air cucian piring. Kopi ini disajikan di penjara, sekolah reformasi, gerbong tidur, dan hotel mewah. Tentu saja, jika Anda menginap di Plaza Majestic, di Maria Jolanda & Brabante, di Des Alpes et Des Bains, Anda memang bisa memesan espresso, tapi ketika tiba di kamar Anda, kopi tadi bakal tertutup lapisan salju. Untuk menghindari kecelakaan ini Anda malah memesan Continental Breakfast, dan Anda berbaring telentang, bersiap merasakan kenikmatan sarapan di atas ranjang.

Continental Breakfast terdiri dari dua roti gulung, satu croissant, jus jeruk (dengan pengukuran homeopati), secuil mentega, sebotol mungil selai blueberry, madu, dan selai aprikot, sebotol susu, yang sekarang dingin, nota tagihan dengan total seratus ribu lira, dan teko jahanam penuh dengan kopi seduh. Teko-teko digunakan oleh orang normal—atau teko kopi lawas yang Anda gunakan dengan menuangkan minuman harum langsung ke cangkir—biarkan kopi turun melalui mulut pipa atau cucuk sempit, sedangkan bagian atasnya ada perangkat pengaman yang menjaga agar tetap tertutup. Kopi seduh di Grand Hotel dan gerbong tidur kereta Eropa disajikan dalam teko dengan cucuk yang sangat lebar—seperti paruh pelikan yang cacat—dan dengan penutup yang sangat mudah dibuka, yang dirancang sedemikian rupa sehingga—ditarik oleh horror vacui yang tak tertahankan—luncurannya otomatis langsung turun saat teko dimiringkan. Kedua perangkat ini memungkinkan teko jahanam untuk menuangkan setengah kopi langsung ke roti gulung dan selai dan kemudian, berkat penutupnya yang bergeser, menyebar sisanya ke atas seprai. Di dalam gerbong tidur, teko bisa dibuat lebih murah, karena pergerakan kereta itu sendiri membantu penyebaran kopi; Di hotel, di sisi lain, tekonya harus buatan Cina untuk membuat tutupnya jadi lebih mudah bergeser, namun tetap saja sangat mangkus.

Seperti asal usul dan tujuan teko kopi dari neraka, ada dua aliran pemikiran. Mazhab Freiburg menegaskan bahwa perangkat ini memungkinkan hotel untuk memperlihatkan, lewat seprai yang selalu segar, bahwa tempat tidur Anda selalu diganti. Mazhab Bratislava menegaskan bahwa motivasinya bersifat moralistik (lihat Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Catholicism): teko kopi neraka mencegah kemalasan di tempat tidur karena sangat tidak nyaman untuk makan brioche, yang juga sudah terciprat kopi, di atas kasur Anda yang yang basah kuyup oleh muntahan kopi tadi.

Teko kopi neraka tidak dijual ke individu, tapi diproduksi khusus dalam jaringan hotel besar dan untuk perusahaan kereta mewah. Juga tidak digunakan di penjara, di mana kopi seduh disajikan dalam kaleng berantakan, karena seprai yang terbasahi kopi akan lebih sulit dideteksi dalam kegelapan jika itu sebagai alasan untuk tujuan pelarian.

Mazhab Freiburg menyarankan agar pelayan meletakkan nampan sarapan di atas meja dan tidak di tempat tidur. Mazhab Bratislava menanggapi bahwa menghindari penuangan kopi di atas seprai tidak dapat disangkal, tapi tidak dapat dihindari tumpahannya melewati ujung baki dan mengotori piyama (hotel tidak menyediakan sepasang baru tiap hari); Dan, dalam hal apapun, piyama atau bukan, kopi yang diambil di meja langsung tumpah ke perut dan alat kelamin, menghasilkan luka bakar di tempat yang tidak dikehendaki. Atas keberatan ini, balasan mazhab Freiburg adalah dengan mengangkat bahu; Dan, terus terang, jawaban ini tidak memuaskan.

*

Diterjemahkan dari How to Use the Coffeepot from Hell (1988) dalam buku How to Travel With a Salmon & Other Essays.

Umberto Eco adalah seorang novelis, esais, kritikus sastra, dan filsuf asal Italia. Juga profesor dalam masalah semiotik dan budaya populer.

 

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1789

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *