Ekplorasi Sejuknya Musik Indonesia Lewat Indielokal

indielokal

Sebagai anak yang lahir di era alternative rock dan post-britpop, wawasan musik saya masih terbilang minim. Kalau boleh dikata: bodoh. Hanya melek sama industri musik pasaran yang kebanyakan mengangkat tema egoisme, hedonisme, dan berbagai isu picisan soal nafsu duniawi.

Oh ya, saya pun termasuk orang yang cuek soal isu pembajakan. Prinsip saya: “Hak cipta hanya milik Allah”. Komersialisasi ide dan karya hanya perbuatan tangan-tangan manusia. Jadi sejak zaman kaset pita, saya merasa nggak berdosa untuk melakukan pembajakan. Apalagi musisi dari label mayor, mereka udah kebanyakan dapat duit, jadi nggak masalah buat dibajak.

Bagai buah simalakama. Pembajakan pun punya andil positif sebagai sarana promosi, biar musisi makin dikenal, lagunya pun makin banyak yang hafal. Nah, begitupun dengan satu saluran Youtube yang promosi berbagai musisi dalam jalur indie di Indonesia, Indielokal. Yang dibalik kebaikan hatinya untuk mempromosikan musisi lokal, ada isu soal etika hak cipta.

Disclaimer: Indielokal does not claim ownership and acknowledges the full rights of the owner/s to the media uploaded on the site. If you would like to take down a video, inquire or submit, please contact us at “indielokal.id@gmail.com”.

Saat menemukan channel ini, saya kira Indielokal ini label musik indie semacam FFWD Records. Namun setelah baca disclaimer di keterangan videonya seperti di atas, “Oh cuma channel Youtube doang ya”.

Beragam lagu diunggah dengan hanya video yang menampilkan satu foto, biasanya pemandangan, yang ditengah-tengahnya diberi sebuah watermark logo Indielokal. Untuk foto-fotonya pun yang terdeteksi Google, nama fotografernya dicantumin di keterangan video. Namun entah sudah izin langsung atau belum, saya enggak tahu.

Ah tapi nggak usah diambil pusing lah. Yang pasti lewat saluran Indielokal ini kita bakal kepincut sama musik indie Indonesia. Bagi yang cuma ngikutin musik mainstream pasti awal-awal bakal menemukan keanehan, mungkin muncul semacam efek ‘culture shock’.

“Nama band-nya kok aneh gini?”

“Ini beneran ya ada nama band kayak gini?”

“Musiknya kok.. eh enak juga ternyata”

“Beneran ini musisi kita? Kirain luar negeri loh”

“Lagu-lagu dalam Indielokal patut dibawa di Malaysia. terbaik (!)” – komen dari negeri seberang

“Well I’m into Indonesian indie music now lol” – Christian Bryle

Pada akhirnya ‘music is about preference’. Selera orang beda-beda, dan tentunya kita nggak boleh memaksakan kesukaan kita agar disukai juga orang lain. Mau musik mainstream atau indie, mau genrenya apa, terserah yang punya kuping.

Untuk Indielokal sendiri menjajakan musisi dalam rentang genre ‘yang menyejukan’, ada folk, alternative, indie pop, bossa nova, jazz, dan entah apa lagi jenisnya yang belum saya pelajari. Yang pasti lagu-lagunya cocok untuk jadikan teman nulis.

Saya nggak anti sama lagu cinta-cintaan. Tapi tema tentang cinta itu luas, bukan cuma sekedar jatuh cinta dan putus cinta yang biasanya sering diangkat industri musik kapitalis.

Ah hampir lupa, meski saya seringnya jadi pekerja teks komersial, tapi postingan ini murni dari lubuk hati, bukan advertorial. Silahkan langsung buka channel Youtube keren ini, subscribe, dan semoga ada musisi indie Indonesia yang bikin kamu kepincut.

Silahkan membajak musisi dari industri musik besar, tapi haram kalau yang indie mah!

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1790

38 Comments

  1. Wah iya, musik indie tuh unik-unik. Mungkin, karena mereka tidak terlalu memperhatikan bisnis dalam bermain..

    Oke dicatat tentang ‘Pekerja Teks Komersial’. Nambah kosakata baru 😀

    • Ya karena mereka bermusik bukan berbisnis. Bukan pasar yg mendikte mereka.

      Pekerja teks komersial itu sama lah kayak PSK, sama-sama dibayar buat memuaskan hati klien.

    • Kalau untuk acara musik dulu pas zaman masih ada MTV emang bagus. Masih sering nampilin musisi lokal di jalur indie. Sekarang mah saya mah males juga liatnya, mungkin cuma yg di NET yg bagus.

  2. Sama halnynya dengan penulis indie, Bro. Mungkin buat yang sering baca buku-buku karangan penulis-penulis yahud, saat disodori naskah dari penulis indie, apalagi yang belum punya nama, pasti langsung mengernyitkan dahi. Padahal, sepengamatan gue, banyak lho penulis-penulis indie yang kreatif dan layak dinikmati karya-karyanya.

    Intinya, mereka yang berjalan di jalur indie itu sebetulnya kurang mendapatkan kesempatan lebih, Kalau diberikan kesempatan, mereka bisa, kok, seyahud yang sudah punya nama,

    • Saya baru denger soal penulis indie ini.
      Yang pasti, baik dari penerbit besar, penerbit ecek-ecek, atau self-publishing, semua buku itu bagus. Karena sejelek-jeleknya buku pasti ada satu manfaatnya: menjauhkan kita dari hal lain yg ga berguna dengan aktivitas membaca.
      Kalau saya sendiri sih lebih milih buku terbitan yg udah terpercaya.

  3. Musisi indie sangat membutuhkan saluran untuk orang lain dapat mengenal mereka, jadi pastinya ini sarana yang sangat baik :)). Terima kasih untuk informasinya :)).

    • Tapi saya justru seneng karena mereka ga terkenal luas, jadi ada rasa bangga sebagai penggemar musik indie, ada kesan eksklusifnya. 😀

      • Ya, menyukai sesuatu yang tidak sama dengan orang lain itu memang menjadikan diri sebagai fans eksklusif ya. Setuju dengan ini :)).

  4. Music Indie kita itu emang enak-enak untuk didengarkan.
    baru tahu ada link youtube buat lagu-lagu indie, segera melihat ke sana

  5. Saya juga suka sama musik2 indie. Rasanya kok lebih ada ‘makna’ nya dibanding musik major label.. Hehe..
    Baru tau juga kalau ada chanel youtube yang muterin indie musik. Mantab tulisannya mas Salam kenal

  6. Kalok musisi indie sih Febri tuh yang banyakan suka, Rif.. Da aku mah apa atuh, hanya fans garis kerasnya Adam Levine 🙁

  7. Wah saya juga pernah nyasar di channel indielokal juga Mas. Memang gudangnya musik indie channel tsb.

    Saya suka lagu payung teduh di atas. The S.I.G.I.T juga ada beberapa yang suka. Selain musik indie, saya juga suka buku yang diteribitkan indie atau penerbit minor.

    • Genrenya sih bebas bisa apa aja. Sesuai asal katanya dari independent yang berarti merdeka, berdiri sendiri, berjiwa bebas, dan tidak bergantung.
      Seringnya musisi dari label major, label besar, biasanya dikatrol sama pasar. Beda sama indie yg ga terpengaruh. Misalnya lagi ngehits soal tema putus cinta, ya mereka justru masa bodo mau ngangkat tema soal apa aja.

  8. Saya gak begitu ngikutin kalo Indie Lokal, Soalnya jarang yang bergenre Post-Hardcore dan Metalcore 🙁 Paling apal Homogenic sama Payuh Teduh. :3

  9. The Trees and the Wild (sekarang sih Trees and Wild) juga bagus tapi sayang belum mengeluarkan album lagi. Huhuhu. Sore juga mang enakeun huhuy!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *