Di tahun 1990an, ketika kamera analog satu-satunya pilihan, menggunakan roll film expired yang tanggal kadaluwarsanya udah lewat buat memotret tentu hal yang konyol banget. Logikanya kayak susu yang sudah basi, emang ada yang mau minum ini?
Tapi di era megapixel, sebagian orang justru melirik kembali nuansa vintage, mungkin bosan sama ketajaman dan kemulusan foto digital.
Ide buat menggunakan film expired jadi opsi yang menarik, utamanya buat yang baru belajar kamera analog, atau karena alasan dana terbatas. Atau biar edgy dan hipster aja.
Baca juga: 5 Pocket Camera Film 35mm
Film Fresh vs Film Expired
Pertama, kita harus paham dulu sama yang namanya ISO, tentang konsep sensitivitas cahaya. Kalau belum tahu silakan Google dulu.
Dalam kamera digital, untuk mengatur ISO bisa seenak jidat. Beda dengan film, karena ketika mau foto-foto pas siang hari yang cerah ya harus siapkan film yang misalnya ber-ASA 200, kemudian set di kamera dengan 200 juga, dan angka ini enggak bisa diganggu-gugat lagi.
Nah, bedanya fresh sama expired itu dari keakuratan ISO yang tertulis. Film fresh ber-ASA 800, sudah pasti sensitivitasnya segitu. Namun, buat film 800 yang expired, ada kemungkinan ASA-nya turun jadi 400, bisa juga masih 800. Ya, film expired biasanya mengalami penurunan sensitivitas.
Alasan produsen roll film memberi tanggal kadaluarsa adalah jaminan mereka sampai kapan sensitivitas film masih terjaga. Karena biasanya toko-toko penjual enggak menyimpan filmnya di lemari pendingin, sehingga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan turunnya sensitivitas. Jadi, kalau ada film yang kadaluwarsa tahun 2008, tapi disimpan di kulkas, misalnya, enggak akan turun sensitivitasnya.
Intinya sih film yang kadaluwarsa tetap bisa dipakai, dengan resiko kita enggak tahu berapa nilai ISO yang tepat.
Tes Jepret Film Expired
Berikut contoh hasil jepretan pakai Canon Canonet QL17 dengan amunisi Fujifilm Superia 200 dengan tahun kadaluwarsa 2008. Film ini sering disebut juga Superia Jenaka.
Tonal warna yang dihasilkan film expired tentunya berbeda dengan yang fresh, biasanya bakal lebih kontras dan tajam. Misalnya kalau yang fresh warnanya biru muda, maka kalau yang expired bakal rada ungu.
Tapi hukum ini enggak selamanya berlaku, yang pasti hanya bisa kita ketahui kalau filmnya sudah diproses. Di sini asyiknya eksperimen pakai film expired.
Film expired ini saya dapatkan dari @morninggiantshop, langsung beli 20 roll buat stok amunisi. Kalau mau hubungi saya, katanya sih Superia Jenaka yang expired 2008 ini edisi terakhir.
Matamu, lightmeter-mu. Semua foto yang dijepret ini enggak pakai bantuan lightmeter. Semua pakai intuisi dengan metode Sunny 16.
Jadi kenapa harus takut pakai film expired, bukankah hidup ini adalah kumpulan dari berbagai ketidakpastian?
*
Referensi:
- Dezner, Antonio. 7 Maret 2012. How to Use Expired Film. Lomography.
- Raso, Michael. 26 September 2013. Why Shoot Expired Film? The Film Photography Project.
Bagus hasilnya. Kayak abis dipakein filter instagram
Tapi kalau yg ini pas diupload ke instagram pake caption hashtag-nya #nofilter. 😀
tapi ribet ah klo upload ke IG, kan kudu di scan dulu fotonya. #dibahas 😉
Justru gara-gara hashtag #indo35mm #ishootfilm #believeinfilm #beforepixel #bandunginfilm di IG yg bikin saya keracunan pake kamera analog ini.
Ya biar bisa pamer juga. 😎
Waahh, seru ya foto pakai film lagi. Hasilnya ternyata bagus-bagus dan gak kalah sama kamera digital canggih 😀
Ga kalah sama jepretan kamera digital yg dipakein filter vintage. 😎
Sudah pada tutup tukang cuci fotonya, hehe
Tapi tetap masih ada satu dua mah. Boleh lah ke Bandung kalau mau cuci scan mah. 😀
Yay 35mm! Buset 20 roll. Pengen dong 1, eh tapi gak ada kameranya deng huhu.
Btw, kurang banyak fotonya /tetep.
Nanti deh bikin giveaway blog berhadiah kamera analog, kalau udah bosen sama si Canonet-nya. Dan semoga ada yg mau sponsorin.
Buat satu objek, saya jepret 2-3 kali dengan settingan exposure beda-beda, dan diambilnya ya cuma yg hasil akhirnya “paling bagus”.
WOLOH! Jangan kamera… Terlalu berharga /tsah. Tapi gapapa deng, ditunggu ya giveawaynya, pasti ikutan hahay.
Pantesan. Hambur dong ._.
Wah, alun-alun bandung #gagalfokus
penurunannya ga terlalu kentara sepertinya #sotoy
Tahun baru, alun-alun baru. 😀
hebaaat… saya pasti sudah tersesat kalau pakai cara ini…
keren rip!
saya mah nyimak aja, da ga ngerti. setting kamera slr aja isonya kaga bisa2, apalagi bikin beginian. wkwk
Karena auto-ISO adalah teman terbaik.
kamera saya masih adadan mulus, film dan tukang cuci fotonya yang gak ada.
Kamera analognya apa nih bang?
Wahai anak muda. Maafkan saya mencantumkanmu dalam Liebster ini. Semoga berkenan dijawab. *kemudian terbang*
http://tirsme.com/2015/01/12/liebster-award-basi-angetin/
cantik asliiii…..
Iya Taeyeon-nya cantik.
bukankah hidup ini adalah kumpulan dari berbagai ketidakpastian? hehehe, suka dengan kalimat itu.
Nah, kalau ini, sih, emang tukang motretnya jagoooo 🙂
Masih belajar pake kamera film. Ini mah masih jauh dari kata jago.
wah udah lama gk ke alun”..semenjak king kerbakar jadi istri gk pernah ngajak belanja lagi ke daerah alun”…
Harus coba ke alun-alun kang sama keluarga.
Tahun 80-an, bikin foto itu lebih menantang. Semua serba manual.
Dan saya suka tantangan.
Keren ya hasilnya.. Kesannya vintage-vintage gitu.. 😀
Ya pasti, kan kameranya vintage. Tapi yg ini original, #nofilter.
Keren, rifle
WOW.. endingnya!! tapi gokil juga, kita harus mencoba hal yang lama kemudian yang baru…
Yang penting berani mencoba.
Gaya vintage keren juga ya.. Tapi aku gk paham nih masalah foto2..
Instagram-instagram gimana gituh. 😎
jadi inget tahun 2008 dulu, pas beberes baru ngeh kalau ada beberapa rol film belom di cuci dari tahun 2001 … gambarnya kayak gitu jadinya
Kata saya sih masalah sedikit perubahan terhadap warna tidak masalah … yang berharga kan momen-nya …
boleh lah di follow ig saya adrian_curts hidupp analog #bdg35mm hahahaha
Folbek juga yeaharip dong kaka. 😀
Pas proses filmnya di pull dulu gak? Atau dibiarkan proses normal, Asa 200 diproses 200.. Btw Fotonya cakep. Saya juga sedang nyusun hasil2 analog terbaru buat diposting di blog yermiariezky.worpress.com.
Nggak di pull atau push kok, soalnya ya asa standar juga dan dipakenya pas cerah.
Kalau pas pake film bw baru saya maen-maenin pull biar dapet kontras dan grain, biar kayak Daido Moriyama.
Belajar Jurus Mataharinya ini yg blom mahir nih 😀
Kang, aya komunitasna? Hoyong terang.
Di Bandung mah paling gegedugna Mang Fajar Yayat (@hipercatlab), sok aya hunting foto, tapi jarang-jarang sih.
Di instagram klik #indo35mm weh geura.
Siap, nuhun kang.
aku lagi pake fujifilm superia expired 2002. satu aku taruh di toycam disdery satu lagi aku taruh di nikomat EL biar tau bedanya gmn antara pake toycam sm slr. ga sabar buat nge lab film tapi ga habis2 nih karena pengen motret momen2 yang pas. hahhahaha
Karena udah biasa di zaman digital, jadi maunya serba instan. Pake film itu belajar sabar. Sabar pas motret, sabar nunggu momen karena harus bener-bener kepake, sabar nunggu hasil lab, dan sabar kalau-kalau hasilnya ngecewain.
kang bahas soal paper expired sama chemical expired dong
penasaran nih