Fakultas Kekurangan Pria

Kenapa sih Rip ga ngambil kuliah di DKV atau tentang informatika gitu? Kok bisa sih kuliah di kampus yang porsi gender mahasiswanya seorang Arif berbanding jumlah personel SNSD? Kenapa milih FKEP Unpad? Salah jurusan kah? Enak ga sih kuliah di sana? Emang cita-citanya jadi apa sih?

Oh ada banyak sekali pertanyaan di semesta ini. Dan saya dengan baik hatinya bakal mencoba mengurai jawaban dari pertanyaan di atas dengan sedikit rada banyak berbelit-belit, berputar-putar dan berbasa-basi ria.

Okey, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, saya bakal ajak dulu menengok perjalanan spiritual dan psikologis seorang Arif di masa-masa awal SMA. Sebelum mengetahui ceramahnya Sir Ken Robinson di TEDx yang bertajuk “Schools Kill Creativity”, Arif yang saat itu masih polos kayak kunyuk mulai merasakan kalau emang sistem pendidikan yang ada tuh membunuh kreativitas kita sebagai muridnya. Kita dididik untuk mematuhi peraturan. Jika salah mendapat nilai jelek, jika benar mendapat nilai bagus. Konsep belajar untuk ga boleh salah layaknya robot membuat kita dipupuk rasa takut. Dan ketakutan adalah musuh besar dari kreativitas.

Oleh sebab itu, Arif mencoba sebuah manuver ekstrem. Bosen selalu dapat ranking sepuluh besar dari SD sampai SMP, ditambah motif ingin dieleminasi dari kelas unggulan, maka saya memutuskan untuk ga berambisi meraih nilai akademis bagus. Menghiraukan produk pendidikan warisan revolusi industri ini. Dan hasilnya sukses bertengger di ranking 2 terbawah. 😎

Keajaiban pun datang. Si otak kiri saya makin hiperaktif, makin ‘maceuh’ kalau dalam bahasa Sunda mah. Inspirasi dan ide semakin sering hinggap di kepala. Hidup pun makin berwarna, ga peduli nilai akademis jeblok. Dan gara-gara si nilai jeblok tadi jadi nambah pengalaman deh. Untuk pertama kalinya dipanggil ke ruang BP.

Sekarang lanjut ke penjurusan kelas. Mata pelajaran yang paling saya sukai adalah bahasa, sejarah, dan seni. Namun, meski nilai-nilai pelajaran eksak pada hancur, tetap aja dimasukin ke jurusan IPA. Gara-gara kelas unggulan tadi ternyata ga ada sistem eliminasinya, jadi selama 3 tahun kelasnya ya sama membernya. Ya udah lah, pasrah aja meski nilai Fisika sampai di UN pun tak pernah lebih dari angka 5. :mrgreen:

abusadji kelas XII
Family: Abusadji – L: 11 P: 24

Sampailah di kelas XII, ketika kehidupan mulai menampakan kebengisannya. Kita diharuskan untuk membuat suatu pilihan. Sebenernya ga ada paksaan, cuma orangtua ngasih rekomendasi aja buat ngambil Farmasi atau yang berhubungan dengan bidang kesehatan biar cepet dapat kerja. Dan berhubung sejak dari kecil emang selalu bingung kalau ada yang nanya cita-cita, ya udah deh ngikutin saran mereka.

Universitas Padjadjaran pastinya jadi incaran utama. Dan pilihannya ya tadi ke satunya Farmasi dan buat cadangannya Keperawatan. Sebenernya pengen ngambil Kesehatan Masyarakat, sayangnya di Unpad mah cuma ada S2 aja. Mau ngambil Psikologi, tapi sesuatu yang ga mungkin kalau ngaca sama kemampuan diri. Ya gimana mau lolos, belajarnya juga ga bener, dan paling anti yang namanya ikutin bimbel. Emang ga terlalu serius juga nyiapin buat SNMPTN.

Try Out SMB Telkom.
Try Out SMB Telkom. Masuk peraih nilai 5 terbesar loh dulu.

Nah, terus kenapa ga milih jurusan yang berhubungan sama perkomputeran? Bukannya jago desain grafis ya tuh? Haha. Sebenernya saya masih ga pantes dibilang jago, ini karena diberi jiwa kreatif tinggi aja makanya karya-karya bikinan saya keliatan bagus. Rada songong maaf. Selain itu saya bisa ahli perkomputeran ya karena belajar otodidak, apalagi di zaman internet kayak gini. Jadi saya pikir ga harus masuk jurusan teknologi informasi atau desain grafis.

Hanya kerja di dalam ruangan, cuma duduk depan komputer bukanlah profesi yang saya idamkan. Karena bahagia adalah ketika membahagiakan orang lain. Dan mungkin dengan menjadi tenaga kesehatan lah saya bisa berbagi kebahagiaan. Tsahh~

Jadi, meski keperawatan pilihan kedua pas SNMPTN, aslinya pengennya mah masuk ke sini. Sementara pilihan Farmasi mah buat menyenangkan hati orang tua aja. Alhamdulillah, sesuai hitung-hitungan saya, akhirnya jadi juga mahasiswa Unpad. Bangga banget karena nama saya mejeng di Pikiran Rakyat halaman kedua paling atas, ya iyalah pengumuman hasil SNMPTN emang. 😀

Oh, waktu itu datang dilema lainnya juga karena harus memilih antara D3 Analis Kesehatan Poltekkes Bandung sama S1 Keperawatan Unpad. Kesamaan dari keduanya adalah pria jadi kaum minoritas. Dan setelah riset tanya ini itu dari beragam sumber, pilihan pun jatuh ke Fkep Unpad. Semesta telah merencanakan.

Pertimbangan lainnya, saya pikir waktu itu kalau kuliah keperawatan mah pasti jauh dari yang namanya Fisika dan Matematika. Eh, ternyata ketemu juga, tapi untung cuma satu semester doang.

Gimana sih rasanya kuliah di kampus yang kaum adam jadi minoritas? Sebelumnya saya klarifikasi dulu rasio perbandingan mahasiswa cowok cewek di angkatan saya. Sebenarnya bukan 1:9, tapi lebih dari itu. Dari 154 mahasiswa hanya 10 orang yang pejantan. Jadi mungkin analogi proporsinya itu seorang Arif berbanding 9 personel SNSD, ditambah Suzy miss A, Luna f(x), Boram T-ara, Eunji Apink, dan Jessica Veranda JKT48. 1:14! 😯

fabulous family
Family: Fabulous – L: 10 P: 144

Kemayoritasan kaum hawa inilah sebenarnya jadi salah satu alasan lain saya memilih Fkep Unpad. Fakta lain tentang Arif Abdurahman yang perlu diketahui adalah bahwa orang ini seorang socially awkward, apalagi kalau berhadapan sama yang berbeda jenis kelamin. Jadi ya, kuliah di sini buat meningkatkan kemampuan bersosialisasi sama para betina. Dan setelah dua tahun, emang kerasa peningkatannya lah.

Untuk kuliah sendiri sih masih menjaga paradigma yang tumbuh pas SMA tadi, masa bodoh lah sama nilai akademik mah. Ga terlalu mikirin IPK. Kalau ada bahasan yang menarik baru dipelajari. Sistem kuliahnya sendiri ada kelas besar seangkatan, metode Problem Based Learning dengan kelompok kecil, dan praktikum di lab.

Ketika jadi mahasiswa inilah saya malah makin mengenal kemampuan dan kesukaan diri sendiri. Ilmu keislamanan, filsafat, psikologi, jurnalistik, dan sejarah jadi disiplin ilmu yang saya gemari. Dengan tetap otodidak mendalami desain grafis dan blog. Selain itu, soft skill pun makin terasa karena aktif ikutan kepanitiaan dan organisasi ini itu.

Pertanyaan terakhir nih, cita-citanya jadi apa sih? Orang melankolis tuh paling apresiatif sama seni, pemikir, cenderung mengorbankan diri, bertalenta, perfeksionis secara alamiah, berhati tulus, kreatif, memiliki imajinasi luar biasa, dan analitis. Dan menurut fakta hampir seluruh seniman besar dunia, komponis, filsuf, penemu dan ahli teori adalah orang melankolis. Cuma satu aja sih kelemahan paling fatalnya, depresif pesimistis.

Ya, saya punya banyak impian dan kans buat meraih semuanya pun kalau boleh dibilang sangat mungkin. Tapi aneh entah kenapa malah jadi dbikin galau saking banyaknya pilihan impian tadi. Ingin jadi perawat profesional, ingin jadi pengusaha, tapi ingin jadi dosen, ingin jadi penulis, ingin jadi full-time blogger, ingin ini ingin itu banyak sekali. Duh jadi pusing. Sedikit oportunis, tapi di satu sisi saya harus tetap idealis, dan di sudut lainnya pun saya dipaksa harus berpikir realis.

Diperparah dengan ke-INFP-an saya karena menurut hasil riset masa kuliah tuh jadi fase tergalau, terdilematis, dan terguncang bagi tipe satu ini. Bahkan disebutkan angka kematian tertinggi terjadi di bangku kuliah ini. Kematian karena bunuh diri ga kuat sama tekanan. Horor ya Allah. 😯

Semoga bisa masih bisa bertahan hidup lah sampai lulus dari Fkep Unpad ini. Mau nanti kerja apa dan dimana terserah lah, asal halal. Yang pasti cita-cita tertinggi saya mah ya masuk surga-Nya dengan cara selalu bisa memberi kebermanfaatan bagi sesama. Tsah~

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1907

82 Comments

    • Namja sidae apaan ya mbak? Laki-laki maksudnya bukan?
      Yg pasti fans setia So Nyuh Shi Dae saya mah. 😀

  1. Bagus di situ banyak cewek jadi kagak stress, daripada di T. Mesin stress lo cowok semua….kalaupun ada ceweknya lebih perkasa dari yg cowok.

  2. kayak ane banget, dulu sekolah smk yang cowok cuman ada 4 biji. terus dipertengahan kelas dua malah tinggal 3 biji, kena kasus dia.

    tapi asik kok, apa lagi kalau pas mau pelajaran olah raga. pada ganti baju di dalam kelas semua, gag tau nasib malang atau mujur waktu itu. soalnya ane bertiga juga ganti baju di dalem kelas :))

      • Sistem pendidikan yang ada di Indonesia itu membunuh kreativitas murid…murid di tuntut harus bisa semua pelajaran, padahalkan setiap orang punya potensi beda…dan pendidikan di indonesia hanya mencari nilai…

  3. sama oom..
    gue juga nyasar d jurusan keguruan.
    lulus kuliah sempet ngajar..
    but kemudians, sebuah production house menjebak gue.. hingga akhirnya gue sekarang terjerembap di dunia per-media-an.
    kalo di suruh ngajar lagi, pasti udah kolup.. bodo ah! ngga harus diajarin sama gue juga kan?! udah pada bisa ngajarin diri sendiri ini lah..

    • Minimal bisa jadi guru bagi keluarga kita sendiri oom, sayang kan itu udah belajar lama di jurusan keguruan.

  4. Dulu pas ujian masuk universitas negeri, saya sempat pilih jurusan Farmasi, dari kelas IPA SMA. Tapi sayang nggak keterima. Akhirnya masuk ke jurusan sosial, hehe…

  5. Ketakutan adalah musuh besar kreativitas, sedikit tersindir disini.

    Gue juga gak ngerti kenapa semua orang mentingin otak kanannya yang pelupa.

    Rif, Melankolis sama Plegmatis temenan gak? gue plegmatis.

  6. dan arif kayaknya udah menjiwai sebagai cowok minoritas ya, ini blognya aja pinky gini. hihihi *oops
    greget atuh laah mendakan blog ieu, keren tur cinta basa sunda :))

  7. Wah… Wah… Wah…
    Ceweknya banyak, jadi banyak saingan deh buat dapetin Kakak…
    🙂

    23.10.14 dunia memosting tulisan baru, kunjungi ya kaka…

  8. Aduh.. saya senyum-senyum bacanya. I feel you Arip, eh Arif. Saya juga melankolis, INFP dan mempunyai banyak impian tapi gampang pesimis dan sensitif juga. Kalo saya sebaliknya, kuliah yang kebanyakannya para laki-laki (saat ini 3: +- 40). You are not alone tea rif 😛

    • Alhamdulillah masih bisa bertahan sampai semester terakhir, eh tapi dibikin down karena tanpa disangka-sangka satu temen laki-laki keluar kemarin. Kirain saya yg bakal menyerah.

  9. Kak saya lagi sekolah di poltekkes jurusan analis kesehatan, nah kemaren saya ikutan sbmptn lagi dan keterima di keperawatan unpad. Nah kata kakak gimana? Mending diambil keperawatan unpad atau jangan? Makasih

    • Sebenarnya kembali lagi ke diri pribadi sih. Saya sih dulu pilih Fkep Unpad ketimbang Analis Poltekkes karena faktor non teknis. Biar dapat prestise/gengsi, dapat gelar sarjana karena S1, dapat beasiswa, dan jadi mahasiswa, soalnya katanya di Poltekes mah kuliahnya kayak SMA (dari pagi jam 7 sampe sore, padet lagi).
      Yg paling penting sih pengen bisa kerja di luar negeri, ke Jepang. Kan paling bisa kalau jadi Sarjana Keperawatan, sekalian biar bisa nerusin langsung ke S2.
      Ya pikir-pikir dulu lagi, untung-ruginya. Yang pasti, kalau masuk ke sini berarti jadi adik kelas saya ini mah, dan sialnya saya belum lulus tepat waktu. :mrgreen:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *