Seri Fate bisa dianalogikan taman bermain bagi penulis untuk membayangkan bagaimana karakter dari era, budaya, dan tradisi sastra yang berbeda dapat berinteraksi.
Fate/Grand Order mengambil pendekatan ini lebih ekstrim, memadukan tak hanya karakter historis tetapi juga karakter dari mitos Fate sendiri sehingga jadi satu hiruk-pikuk besar yang menyenangkan.
Arc ketujuh Babylonia tentu saja tidak terkecuali. Saya pikir adaptasi animenya telah melakukan pekerjaan yang baik untuk mengontekstualisasikan sebagian besar motivasi karakter utamanya, dan karenanya saya percaya itu juga menimbulkan pertanyaan akan asal-usul mereka dalam tradisi lisan dan tertulis yang sudah ada.
Cerita pasang surut dengan berlalunya usia, tetapi beberapa karakter ini telah bertahan selama beberapa milenium. Karakter-karakter dalam Fate/Grand Order telah ada dalam kesadaran kolektif umat manusia sebelumnya, meski mungkin di antara penggemar anime ada yang baru kenal, jadi mari kita lihat dari mana mereka berasal.
Fate/Grand Order – Absolute Demonic Front: Babylonia
Aniplex meluncurkan survei pada bulan Januari 2018, menanyakan penggemar apa quest favorit mereka, dan perkembangan masa depan seperti apa yang ingin mereka lihat; quest “Babylonia” dan “anime TV” masing-masing menduduki peringkat pertama.
Kemudian Fate/Grand Order – Absolute Demonic Front: Babylonia diumumkan pertama kali pada 29 Juli 2018 oleh Aniplex sebagai adaptasi dari quest “Order VII: The Absolute Frontline in the War Against the Demonic Beasts: Babylonia” tadi. Anime ini diproduksi oleh CloverWorks.
Produser CloverWorks Yūichi Fukushima menyatakan bahwa meskipun adaptasi anime tidak mencakup awal video game, Fate/Grand Order – Absolute Demonic Front: Babylonia dapat ditonton bahkan oleh mereka yang tak memainkan game tersebut.
Menonton serial anime FGO juga bisa langsung dilakukan tanpa perlu menonton serial Fate lain. Meski saya sangat merekomendasikan untuk menonton Fate/stay night terlebih dahulu, bisa lihat Panduan Urutan Fate Series dan Cara Menontonnya.
Untuk pembahasan saya di bawah ini akan banyak spoiler, jadi jika belum menonton Fate/Grand Order – Absolute Demonic Front: Babylonia, silakan tonton dulu.
Hikayat Babilonia dan Epik Gilgamesh
Singularitas dalam Fate/Grand Order kali ini disebut Babylonia, maka sudah sepantasnya kita mulai dengan Mesopotamia, wilayah tempat peradaban ini pernah berdiri. Mesopotamia adalah salah satu dari beberapa tempat lahirnya peradaban, dan juga bertanggung jawab atas salah satu kisah tertua umat manusia yang masih ada: Epik Gilgamesh.
Epik Gilgamesh adalah puisi epik dari Mesopotamia kuno, yang dianggap sebagai literatur terkenal paling tua yang bertahan, meski tak lengkap. Epik Gilgamesh ini dimulai dengan lima puisi Sumeria tentang Bilgamesh (bahasa Sumeria untuk “Gilgamesh”), raja Uruk, yang berasal dari Dinasti Ketiga Ur (sekitar 2100 SM).
Kita mungkin tak akan pernah tahu cerita lengkap dan akurat yang diceritakan dalam Epik Gilgamesh, jadi siapa bilang anime melodramatis yang penuh aksi kurang valid ketimbang spekulasi ilmiah lainnya?
Apa yang Dikisahkan Epik Gilgamesh?
Paruh pertama Epik Gilgamesh membahas Gilgamesh, raja Uruk, dan Enkidu, seorang pria liar yang diciptakan oleh para dewa untuk menghentikan Gilgamesh menindas rakyat Uruk.
Setelah Enkidu menjadi beradab melalui inisiasi seksual dengan seorang pelacur, dia melakukan perjalanan ke Uruk, kemudian menantang Gilgamesh untuk uji kekuatan. Gilgamesh yang keluar sebagai pemenang, meski keduanya malah menjadi teman.
Bersama-sama, mereka melakukan perjalanan enam hari ke Hutan Cedar yang legendaris. Mereka berencana untuk membunuh Humbaba dan menebang Cedar suci.
Dewi Ishtar mengirim Banteng Surga untuk menghukum Gilgamesh karena menolak kemajuan peradaban yang diciptakan Gilgamesh. Meski Gilgamesh dan Enkidu membunuh Banteng Surga, dan karenanya para dewa memutuskan untuk menghukum mati Enkidu.
Di paruh kedua Epik Gilgamesh, kesedihan atas kematian Enkidu menyebabkan Gilgamesh melakukan perjalanan panjang dan berbahaya untuk menemukan rahasia kehidupan abadi.
Gilgamesh akhirnya belajar bahwa “Hidup, yang kau cari, kau tidak akan pernah menemukan. Karena ketika para dewa menciptakan manusia, mereka membiarkan kematian menjadi bagiannya, dan kehidupan ditahan di tangan mereka”.
Namun demikian, karena proyek-proyek pembangunannya yang hebat, catatannya tentang nasihat Siduri, dan apa yang diceritakan tentang Banjir Besar, ketenaran Gilgamesh bertahan sampai sekarang.
Setelah kematian Raja Urk itu dan runtuhnya peradaban Babilonia, justru timbul minat yang meluas pada kisah Gilgamesh yang sampai hari ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan ditampilkan dalam karya fiksi populer. Fate/Grand Order – Absolute Demonic Front: Babylonia
Gilgamesh dan Enkidu
Gilgamesh adalah karakter yang kehadiran dan bahkan cara tertawanya seharusnya sudah tak asing lagi bagi penggemar Fate/stay night atau Fate/Zero. Gilgamesh adalah sosok antagonis.
Baca juga: Fate/Zero yang Sinis dan Dingin
Namun, Gilgamesh yang kita temui di Babylonia adalah karakter yang sangat berbeda yang justru membantu protagonis FGO dan umat manusia dalam perjuangan mereka untuk bertahan dari kiamat yang akan datang.
Meski ketidaksesuaian ini mungkin tampak mengejutkan pada awalnya, itu sebenarnya dijelaskan oleh peristiwa dalam Epik Gilgamesh tadi.
Di awal cerita, Gilgamesh adalah otokrat setengah manusia, setengah dewa yang paling terkenal karena sifat angkuh dan kelakuan urakannya bagi warga Uruk. Gil ini pasti menyerupai orang sama selama peristiwa Fate/Zero, dengan semua harta Babel yang dimilikinya.
Meski kemudian semua orang di Uruk berdoa agar para dewa menghukumnya. Para dewa menjawab doa mereka dengan homunculus yang dibentuk dari tanah liat: Enkidu.
Jika Enkidu dalam Epik Gilgamesh adalah laki-laki, interpretasi Fate tentang karakter ini adalah androgini dan tanpa gender. Ini sebenarnya memiliki beberapa dasar dalam deskripsi maskulin dan feminin dari Enkidu yang ditemukan dalam Epik Gilgamesh. Saya pikir salah satu hal paling keren tentang Fate adalah kebebasannya ini.
Kedekatan ikatan Gil dan Enkidu secara konsisten ditekankan dalam Epik Gilgamesh, dan bahkan ada referensi bahwa mereka saling berciuman. Ini bisa diartikan sebagai kedekatan persaudaraan yang kuat, tetapi tidak ada alasan kita tidak bisa membacanya sebagai kisah romantis.
Dalam Epik Gilgamesh, Gilgamesh menolak untuk melepaskan tubuh Enkidu sampai minggu-minggu berlalu dan belatung menggeliat keluar dari hidungnya, setelah itu dia menghabiskan sebagian besar puisi yang tersisa untuk memberi tahu semua orang dalam jarak pendengaran betapa dia merindukan Enkidu. Hati Gilgamesh benar-benar hancur.
Beratnya kematian ini memacu Gilgamesh untuk melakukan perjalanan untuk menemukan rahasia keabadian. Nah, Gil yang lebih lembut dan lebih bijak ini yang Ritsuka temukan sebagai pemimpin terakhir umat manusia di Singuralitas Babilonia.
Gilgamesh memerintah dengan tablet tanah liat di tangan alih-alih senjata, dan di Fate/Grand Order dia diklasifikasi ulang sebagai Caster (tipe kelas pendukung) alih-alih Archer yang kejam. Yang dibutuhkan hanyalah kematian seorang teman terdekatnya dan perjalanan epik ke ujung bumi untuk membuat Gilgamesh lebih arif.
*
Referensi:
- Dalley, Stephanie. 2000. Myths from Mesopotamia: Creation, the Flood, Gilgamesh, and Others. Oxford University Press.
- Jones, Steve. 7 Maret 2020. The Mythology of Fate/Grand Order: Babylonia Part 1. Anime News Network.
- Tigay, Jeffrey H. 1982. The Evolution of the Gilgamesh Epic. University of Pennsylvania Press.
[…] Baca juga: Fate/Grand Order, Epik Gilgamesh dan Imajinasi Babilonia […]