For a Free Palestine: Gelaran Film Karya Perempuan Palestina

Pandemi tampaknya telah menyebabkan maraknya program film digital yang unik, khususnya aksesibilitas yang lebih besar untuk film-film berdurasi pendek dan eksperimental, secara global. Selama setahun ke belakang, ada berbagai festival film yang digelar secara daring, dan dengan penayangan yang seringnya tanpa dipungut biaya.

Berita akan agresi Israel baru-baru ini dan meningkatnya diskusi tentang kolonialisme di Palestina memantik salah satu program yang bertujuan agar sinema Palestina lebih mudah diakses. Dengan tajuk “For a Free Palestine: Films by Palestinian Women”, Another Screen menawarkan film-film oleh perempuan Palestina.

https://twitter.com/anothergaze/status/1394754958583554050

Program ini sepenuhnya gratis dan Another Gaze sebagai penyelenggara merupakan platform swadaya. Another Gaze sendiri adalah jurnal film feminis yang didirikan pada Januari 2016, yang bekerja secara sukarela. Dari editor, pelaksana program serta pembuat Another Screen juga bergerak secara non-profit.

“Ide Another Gaze adalah tentang membuat sesuatu yang dianggap sebagai batasan menjadi sesuatu yang membuka kemungkinan yang tak terbatas,” sebut pendiri sekaligus editor Daniella Shreir. Sebuah filosofi yang sekarang memandu kurasi dalam platform streaming Another Screen.

Another Screen bukan hanya muncul sebagai tanggapan atas pergulatan pameran film selama pandemi COVID-19, tetapi untuk menciptakan ruang untuk melihat karya sineas perempuan di samping menyediakan esai dan wawancara yang membantu membingkai ide dan subjek mereka.

For a Free Palestine: Films by Palestinian Women

Dimulai dari 18 Mei dan akan berlangsung selama sebulan. Saat ini, jajaran pembuat film yang sudah bisa ditonton: Jumana Manna, Basma Alsharif, Rosalind Nashashibi, Razan AlSalah, Mahasen Nasser-Eldin, Larissa Sansour. Selanjutnya, akan hadir dalam beberapa hari ke depan: Emily Jacir, Mona Benyamin, Lokman Slim / Monika Borgmann, Pary El-Qalqili, Layaly Badr, Shuruq Harb, Mai Masri.

Untuk profil sineas dan sinopsis filmnya juga disediakan. Untuk filmnya diunggah lewat Vimeo, sehingga cukup mudah untuk langsung diputar. Langsung saja berkunjung ke:

another-screen.com/films-free-palestine-women

Disediakan pula saluran donasi via GoFundMe yang bakal digunakan untuk memfasilitasi bantuan medis, hukum, dan infrastruktur di Palestina. Selain itu sumbangan sekunder akan digunakan untuk mendukung pembuatan film di Gaza; proyek restorasi film-film tua Palestina; pusat budaya untuk pengungsi di Wilayah Pendudukan Palestina dan lainnya.

Di bawah ini beberapa film yang sudah saya tonton (dan akan saya coba perbarui, atau mungkin dibuat dalam pos lain):

Your Father Was Born A 100 Years Old, And So Was The Nakba (Razan AlSalah, 2017)

Gambar

Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk mengunjungi rumahnya yang hilang di Haifa adalah lewat Google Street View. Namun setelah 50 tahun, jalanan di sana tak lagi bisa dikenali. Gambaran Google Street View yang kadang terdistorsi dan memudar saat koneksi jaringan putus-nyambung, adalah gambaran trauma atas relokasi paksa akibat berdirinya Israel.

Razan AlSalah memberikan persembahan yang memilukan kepada salah seorang generasi pertama pengungsi, neneknya.

A Space Exodus (Larissa Sansour, 2009)

Image

Merujuk pada pendaratan Armstrong di bulan, dia menafsirkan isyarat teoretis ini sebagai “satu langkah kecil bagi seorang Palestina, sebuah lompatan raksasa bagi umat manusia”.

Film ini mengikuti Sansour dalam perjalanan fantasinya ke bulan. Dengan inspirasi Space Odyssey-nya Stanley Kubrick yang disesuaikan dalam konteks politik Timur Tengah. Partitur musik yang dapat dikenali dari film fiksi ilmiah tahun 1968 diubah menjadi akord Arab yang masih selaras dengan visual surealisnya.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1906

7 Comments

  1. Woaaa baru tau ada festival film Palestina. Sekarang memang jadi banyak ya festival film gini diadain daring dan gratis. Kemarin aku juga ikutan festival film Jepang. Yang ini aku jadi kepo juga. Thank infonya ya kak ^^

    • Pasti Japanese Film Festival ya? Kalau itu emang udah rutin ditayangin di bioskop semingguan per kota, sering kebagian nonton juga dibayarnya pake tulisan review hehe. Kebetulan karena lagi pandemi, distribusinya jadi lewat online.

  2. belum pernah nonton film hasil karya palestine.
    hiks, padahal film film luar juga bagus bagus, taunya yang sering ditonton dari hollywood aja
    aku penasaran sama s space exodus, kayaknya menarik ini

    • Iya saya pun belum pernah nonton film Palestina, kalau sinema Timur Tengah udah beberapa, meski masih dikit yg saya tonton. Emang Hollywood itu industri gede, sengaja distribusi dikencengin, jadinya ya bisa ditonton gampang.

      Space Exodus cuma beberapa menit sih, jadi saya asal klik aja yg bisa cepet ditonton, dan emang menarik pesannya.

    • Seperti halnya medium seni yg lain, pengaruhnya ga bakal secara langsung dan mungkin agak makan waktu bahkan bertele-tele, tapi emang tujuannya buat memantik kepedulian.

  3. Menarik banget. Seingetku aku belum pernah nonton festival film. Nanti deh aku coba ikutan nonton ini. Film Your Father Was Born A 100 Years Old, And So Was The Nakba kayaknya sedih ya, mirip kita kalau nonton film masa penjajahan gitu gak si?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *