Danur: Kisah Risa dan ‘Jurig Walanda’-nya

danur risa saraswati

“Skizofrenia tah Risa Saraswati!”

Celetukan seorang teman saat kuliah pas dosen ngebahas soal hantu dalam perspektif ilmu psikologi. Skizofrenia sendiri penyakit psikosa yang gejalanya halusinasi dan delusi, contohnya ngelihat sesuatu yang sebenarnya nggak ada. Dan ya, sama temen saya tadi, Teh Risa didiagnosis punya penyakit mental alias gelo.

Sebagai seorang yang logis namun borangan (baca: penakut), tentang hantu ini saya termasuk yang percaya kalau makhluk jenis ini memang ada. Dua tahun ngekos dekat Jembatan Cincin Jatinangor gitu. Tapi ngeliat langsung sih belum, dan mungkin konsep hantu dalam perspektif saya dengan Teh Risa emang beda.

Yang pasti, bakal saya review novel yang saya jepret di kuburan di atas. Ya, selamat datang di perhentian dalam rangkaian blog tour Gerbang Dialog Danur.

DANUR rilisan jilid baheula

| Kalian tahu apa itu Danur? Danur adalah air yang muncul dari jasad mahkluk hidup yang telah mati dan membusuk.

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih buat Bukune karena menghadiahi buku yang jadi incaran saya sejak lama ini. Padahal untuk Maddah dan Sunyayuri sudah tersimpan rapi di perpustakaan mini saya.

Meski masuk genre horror, tujuan ditulisnya Danur ini justru bukan untuk menakut-nakuti. Bukan kesan takut yang kita dapat ketika membaca, malah rasa iba yang muncul. Karena dibalik seremnya teteh kuntilanak, ada kisah tragis yang sebenarnya ingin ia bagi. Hantu juga butuh temen curhat!

Dan berkat kemampuan Teh Risa ini, tentunya jadi incaran ‘mereka’ yang ingin mengeluarkan keluh kesahnya. Seperti Danur, meski terkesan menjijikan, dan emang menjijikan, vokalis Sarasvati ini dipaksa untuk terus mencium berbagai bebauan tak sedap ini, yang seringnya malah menyiksa. Tapi terkadang tersimpan wewangian di baliknya.

Dari sejak masih di Homogenic, staf Disbudpar Kota Bandung ini emang kayaknya hobi bikin lagu kelam nan mistis. Lewat buku ini lah Teh Risa membagi kisahnya secara gamblang soal dilema karena punya kemampuan supranaturalnya, utamanya tentang persahabatannya bersama lima ‘Jurig Walanda’ yang masih bocah-bocah imut.

Ada Peter si anak remaja pendek yang bandel, William sang pemain biola, Hans si pembuat kue, Hendrick sang primadona, dan si kecil Janshen yang cengeng bergigi ompong. Selain kelima sekawan ini, ada juga Samantha, Jane, Ardiah, Edwin, Teddy, Sarah, Elizabeth, Kasih, dan yang lainnya. Bukan hanya bule, yang lokal pun ikut menyuarakan isi hatinya.

Setelah baca buku ini dijamin kita bakal punya pandangan berbeda kalau-kalau misalnya pas tengah malam ga sengaja ngedenger ada suara sesenggukan. Tapi kalau saya mah kayaknya tetap refleks langsung baca ayat kursi.

Bukannya meremehkan tragisnya kematian ‘mereka’, tapi ini mah gara-gara udah baca buku lanjutannya duluan. Jadi tau kalau kebanyakan yang jadi ‘jurig walanda’ itu meninggalnya ya gara-gara agresi militer Jepang.

Aripmeter: 78%

Maaf. Meski sudah bertitel Goodreads Librarian, tapi kalau soal review buku mah kemampuannya masih nol besar. Nah, kalau nggak puas sama review ini, bisa juga singgahi blog lain yang jadi host.

Dan jangan lupa bakal ada bedah buku Gerbang Dialog Danur di The Panasdalam Cafe nanti tanggal 2 April. Dipandu langsung sama yang punya restonya, Haji Pidi Baiq. Ah moal baleg ku si surayah mah sigana. :mrgreen:

bedah buku danur

Yang butuh tebengan bisa lah kontak-kontak, diutamakan perempuan lajang. Tapi maaf, sangat menolak kalau yang ditebengnya ‘teteh’ yang itu mah. Bukan sombong atau gimana, cinta lain dimensi adalah kemustahilan.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1790

34 Comments

  1. Haduh, bukunya bikin penasaran! Cerita-cerita mereka yang kini belum tenang pasti ada sisi mengharukannya. Bagaimanapun mereka juga dulu pernah jadi manusia biasa seperti kita, kan, hanya saja mereka kini terjebak dalam keabadian… oh buku ini ada lanjutannya, ya?

  2. Kalau melihat atau mendengar sesuatu yg ganjil sebaiknya cuekin saja. Jangan pernah mencoba utuk berinteraksi. Sekali nyambung, bakalan susah memutuskan sambungan. Dia akan terus mengajak kita ngobrol, jadi kita bakalan kaya orang gelo.

    • Ya, dalam Islam memang yg namanya hantu itu adalah jin yg menyamar.
      Kalau diladenin, mereka makin nyaman mengelabui manusia.

  3. “Alias gelo” aduh itu bikin ngakak bacanya. :))
    Aku aja cuma kuat baca Danur doang, soalnya katanya buku yang laen lebih serem dan lagi beliau selalu ngedeskripsiin makhluk-makhluk itu lengkap dari ekspresi sampe fisiknya jd makin kebayang.

    • Ada di setiap toko buku juga, saya mah seneng beli bukunya ya di Palasari.
      Bobotoh sone kan, meski masih pake angka “Beyond 9”.

  4. Wah si akang ternyata ngikutin bukunya ya. Aku juga suka baca yang beginian. Dan kemaren ikut giveaway dari kevin. Bikin penasaran deh isinya .____.

  5. Sadis amat disangka gila! Hahaha… Padahal makhluk halus memang ada sih. Nggak kelihatan bukan berarti nggak ada kan. Dan seseorang yang memang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat awam, kayaknya nggak sepantasnya deh, dibilang gelo. Tega nian, bro! -_- Karena bisa aja kan, yang dilihatnya betulan ada. Siapa dan apa sih yang bisa menangkap penampakan? Hahaha…

    Ups maaf, kok jadi malah berapi-api banget bahas soal dunia gaib? -_-

    Tapi gue tertarik sama premisnya. Cari ah novelnya.

  6. aahhhh tetehhh Risaaa.. kok aku nggak tau yah besok ada acara ini 🙁
    Kapan yah teteh ngadain konser lagi huhuuu

    Aku waktu itu ikutan konser Nishkala Sarasvati sama Lengkah Maddah, hampir mati dibuat takut sama hantu2 yang disajikan sepanjang jalan menuju panggung, kereennn bgt lah Teteh ini kl bikin konser.

    Aku suka sosok William yang kalem dan si ompong Janshen 🙂

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *