Secara bahasa halaqah artinya lingkaran dan liqo artinya pertemuan. Secara istilah halaqah berarti pengajian dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam bahasa lain bisa juga disebut majelis taklim, atau forum yang bersifat ilmiyah.
Istilah halaqah ini sangat umum di Timur Tengah dan biasa dilakukan di banyak masjid. Materinya bisa berkaitan dengan kitab tertentu seperti aqidah, fikih, hadits, sirah dan seterusnya. Setiap hari selalu dipenuhi dengan halaqah yang diisi oleh para masyaikh atau ustaz yang merupakan pakar di bidangnya.
Sedangkan istilah liqo lebih umum dari halaqah, karena isinya bisa saja bukan merupakan kajian ilmiah, tetapi bisa diisi dengan rapat, pertemuan, musyawarah dan seterusnya.
Halaqah dan Liqo di Indonesia
Istilah halaqah dan liqo di Indonesia umumnya sering dikaitkan dengan pengajian dalam format kelompok kecil antar 5 sampai 10 orang, di mana ada satu orang yang bertindak sebagai narasumber yang sering diistilahkan dengan murabbi, yang bermakna pembina.
Halaqah dan liqo di Indonesia kadang juga disebut sebagai mentoring.
Secara umum, format halaqah dengan jumlah terbatas ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah bahwa anggota dari halaqah itu biasanya adalah orang-orang yang sudah terpilih melalui semacam seleksi. Sehingga lebih mudah untuk penangannya ketimbang bila jumlahnya terlalu banyak. Sehingga kontroling dari murabbi bisa lebih sempurna.
Kekurangannya adalah apabila kemampuan sang murabbi ini terbatas baik dari sisi waktu, ilmu dan kemampuan dalam membina, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Dari sisi ilmu dan wawasan, halaqah kecil ini akan sangat tergantung dari wawasan sang murabbi. Bila kemampuannya baik, maka umumnya anggotanya pun punya wawasan yang baik.
Sehingga meski pada beberapa sisi ada kelebihannya, tapi halaqah kecil ini perlu juga dilengkapi dengan penambahan ilmu-ilmu keislaman secara lebih lanjut dan lebih luas, bila ingin mencetak orang-orang yang ahli dalam bidang syariah Islam.
Sekedar ikut halaqah yang jam pertemuannya hanya 2-3 jam sepekan tentu sangat kurang bila tujuannya adalah mendalami ilmu-ilmu keislaman. Apalagi bila sang murabbi terbatas ilmu dan kemampuan bahasa Arab.
Tapi umumnya, halaqah yang banyak diselenggarakan itu memang tidak bertujuan mencetak ahli syariah, tetapi lebih kepada membentuk wawasan dan kepribadian yang Islami.
Untuk bisa menelurkan ahli syariah, yang dibuthkan adalah kuliah di fakultas syariah. Dan untuk melahirkan aktifis yang memiliki wawasan fikrah Islam serta memiliki kepribadian yang islami, sarana halaqah umumnya lumayan bermanfaat.
Namun semua itu tidak lain hanyalah wasilah (sarana) yang bisa dimanfaatkan dalam rangka dakwah kepada Allah dan melahirkan generasi yang islami.
Urgensi Ikut Liqo
Liqo atau halaqah hanyalah sebuah format metode pembinaan yang selama ini cukup efektif untuk melahirkan kader-kader yang dibutuhkan. Tetapi esensinya adalah membina dan melahirkan afrad (individu) yang memiliki kriteria tertentu seperti berqidah yang shahih dan syamil, beribadah yang berkualitas, akhlaq yang mulia, produktif dalam beramal dan seterusnya.
Biasanya sarana yang digunakan tidak berhenti pada pertemuan mingguan saja, tapi ada juga yang bersifat rekreatif, ilmiyah, hiburan dan seterusnya. Namun semua itu dalam rangka menghiduap sistem kehidupan yang islami.
Tidak ikut liqobukan suatu dosa yang akan membawa seseorang masuk neraka. Namun liqo dalam makna istilah seperti yang kami sebutkan di atas selama ini sudah memiliki peran dalam rangka membentuk unsur-unsur kebaikan dalam tubuh umat Islam.
Paling tidak merupakan sebuah gerakan alternatif dalam rangka menghidupkan Islam sebagai manhaj atau sistem kehidupan. Dan arahnya adalah menuju kepada lahirnya generasi islami, rumah tangga islami, masyarakat islami bahkan hingga negara dan khilafah islamiyah.
Sehingga seyogyanya setiap generasi muda Islam ini ikut aktif dan mengambil peranan dalam setiap jenis usaha untuk mensukseskan kebangkitan Islam.
Peran Murabbi dalam Liqo
Murabbi sebenarnya memiliki peran yang sangat signifikan dalam membina dan membentuk binaannya. Secara umum, sosok murabbi yang ideal adalah yang bisa menjadi sosok seorang ayah yang mengayomi, seorang guru yang mengajarkan ilmu, seorang sahabat sejati dan juga seorang pimpinan yang menunjuki.
Berbeda dengan guru atau dosen yang tugasnya melemparkan materi dan pergi, murabbi justru bertugas untuk menemani dan hidup bersama dengan para binaannya, memberi teladan langsung dan juga menjadi sosok panutan.
Karena itu tugas seorang murabbi sungguh sangat berat dan sukar. Karena harus merangkap sekian banyak peran dan tugas.