Hokage, Übermensch dan Aristokrasi

Desa Konoha, desa tersembunyi oleh daun pohon, mula-mula hanyalah sebuah ide utopis yang muncul dari kedua pemimpin klan tadi selama masa perang berkecamuk. Figur Hokage kemudian diciptakan.

Inilah Konoha, sebuah desa besar yang seringnya dalam lindungan damai, desa yang tumbuh sehabis rekonsiliasi antara klan Senju dan Uchiha – yang terlibat sengketa selama berpuluh-puluh tahun. Berkat inisiasi Hashirama Senju dan Madara Uchiha maka terbentuklah sebuah masyarakat madani dalam sebuah kesatuan desa.

A historical claim: “The beginnings of everything great on earth are soaked in blood thoroughly and for a long time.”

Nietzsche, The Genealogy of Morals

Konsep Hokage Sebagai Adimanusia

Setelah Konoha lahir, Hashirama kemudian mencipta konsep “Hokage”, istilah untuk pemimpin desa, dan menunjuk Madara sebagai orang yang pantas memegang tampuk jabatan ini. Namun, konsensus publik memilih Hashirama yang harus jadi orang no. 1 di Desa Konoha ini. Sebuah proses demokratis.

Namun, pada kelanjutannya, sistem pemerintahan di desa ini adalah sebuah aristokrasi, lebih tepatnya warrior aristocracy. Sebuah sistem yang menjamur di abad pertengahan Eropa, dan di Jepang ketika zaman samurai.

Yang bisa jadi hokage adalah orang terkuat, yang penunjukannya dilakukan oleh hokage sebelumnya berdasar rekomendasi dari konsil Konoha. Bukan kekuasaan yang diwariskan lewat darah, meski memang tokoh dari klan Senju sering terpilih. Ada Tobirama Senju, Hiruzen Sarutobi, Minato Namikaze, Tsunade (Senju), Hatake Kakashi, sampai Naruto Uzumaki, yang menjadi hokage pelindung Konoha. Ketika di bawah kepemimpinan mereka, suasana desa relatif kondusif.

hokage in konoha naruto manga masashi kishimoto

Sehubungan dengan ini, filsuf Nietzsche tampaknya setuju dengan konsep hokage. Ia menganggap yang diperlukan adalah suatu sistem aristokrasi: bukan suatu aristokrasi yang berdasar pada keturunan, melainkan suatu aristokrasi yang dipimpin oleh manusia-manusia yang memenuhi suatu syarat keunggulan.

Menurutnya, dalam pergaulan antarmanusia, yang kudu ditumbuhkan adalah manusia-manusia unggul, Übermensch, yaitu mereka yang dengan kekuatannya bisa mengatasi kumpulan manusia dan massa. Manusia unggul ini ditumbuhkan oleh gabungan yang harmonis dalam tiga hal: kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan.

Maka aristokrasi adalah kunci, dengan aristokratnya seorang Adimanusia; Übermensch. Apalagi dalam jagat dunia Naruto, hokage adalah manusia yang memang benar-benar Superman, dalam arti harfiah.

Hokage merupakan manusia dengan kekuatan metafisik ultra-dahsyat. Namun tetap, di balik kekuatan yang begitu super, para hokage tetap rendah hati dan berjiwa ksatria; nggak mau menyalahgunakan. Tanpa demokrasi pun, aristokrat seperti ini memang layak memimpin.

Demokrasi adalah suatu obsesi belaka, tempat setiap orang sempat bersaing sambil berteriak sama-rata-sama-rasa. Padahal manusia bersaing justru karena mereka berbeda-beda.

Menurut Nietzsche, demokrasi adalah suatu gejala yang menunjukan bahwa suatu masyarakat sudah menjadi busuk sehingga nggak mampu lagi melahirkan pemimpin-pemimpin yang agung. Ya, filsuf eksistensialis ini pembenci demokrasi, baginya ini adalah racun. Demokrasi menentang kenyataan bahwa kodrat alam adalah diferensiasi. Demokrasi telah membuahkan anarki dan menjadi kemewahan yang nggak mampu dimiliki rakyat.

Demokrasi memang sistem yang cacat, namun tetap dipakai, karena memang nggak ada lagi yang lebih baik. Adapun aristokrasi, ini hanyalah sistem yang sudah kadaluarsa, sering dipakai di abad silam, dan terbukti banyak infeksinya. Memang cocok di Konoha, tapi ini hanyalah sebuah dunia dongeng.

Aristokrasi cocok di alam fiksi, begitu pun demokrasi, tujuan berbagai sistem ini memang baik, tapi hanya sebatas cita-citanya. Pada akhirnya, segala yang ideal hanya ada dalam gagasan dan fiksi. Juga lewat genjutsu.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1881

7 Comments

    • Pernah ada loh. Saat zaman para nabi, dan saat Khulafaur Rasyidin, meski mereka pun nggak sempurna. Mungkin ga bakal ada lagi zaman itu, dan inilah tantangan kita, hidup dalam berbagai ketidaksempurnaan.

  1. tulisannya yang mendalam nih bro, mantablah bro…
    anyway kalau sistem khilafah versi Islam jaman dulu itu gimana bro?
    kan dulu berdasarkan “kekuatan” pemimpinnya juga kan ya, yang tidak memilih berdasarkan suksesi garis darah

    • Masa Khulafaur Rasyidin itu kekhalifahan yang cukup sempurna berkat “ketokohan”, meski memang ada juga melencengnya. Dan khalifah setelah ini semakin menurun kualitasnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *