Dari hari ke hari, musik K-Pop terus merambah dunia. Ia menembus sekat budaya dan bahasa, bahkan bagi mereka yang tak memahami sepatah kata pun dalam bahasa Korea. Sedangkan di sisi lain, J-Pop – dengan segala pesonanya – seakan tersembunyi di balik tirai tebal, sulit dijangkau, meski dalam dekade-dekade sebelumnya, ia memiliki tempat tersendiri di hati penggemar global.
Muncul pertanyaan: mengapa K-Pop lebih populer daripada J-Pop? Ada banyak faktor yang turut membentuk jurang popularitas antara keduanya, mulai dari perbedaan fokus pasar, aksesibilitas, hingga pendekatan distribusi musik yang diambil industri Jepang dan Korea.
Fokus Pasar: Lokal vs Global
Jika ditelaah lebih dalam, tampak perbedaan yang mendasar antara K-Pop dan J-Pop dari segi orientasi pasar.
Sejak awal, industri musik Korea begitu berambisi memperluas cakupan audiens, menargetkan pangsa pasar global yang jauh lebih luas. Mereka mengemas K-Pop dengan elemen-elemen yang dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, menyusun lirik yang kadang disisipkan bahasa Inggris, mengolah citra yang mudah dipahami lintas budaya, dan menggelar tur internasional yang mendekatkan artis dengan penggemar global.
Sebaliknya, J-Pop berdiri dengan filosofi yang berbeda. Jepang, sebagai negara dengan budaya pop yang sangat berkembang, sejak lama merasa cukup dengan pasar domestiknya. Musik J-Pop, seperti halnya manga dan anime, diproduksi dengan selera dan kebutuhan pasar Jepang.
Jika ada penggemar dari luar negeri, mereka dipandang hanya sebagai bonus, sekadar efek samping yang tidak pernah direncanakan. Pandangan ini akhirnya menjadi bumerang, membatasi potensi musik J-Pop di panggung global, meskipun pada kenyataannya ia memiliki daya tarik yang kuat dan penggemar setia di luar Jepang.
Pasar domestik Jepang memang sangat menguntungkan. Invasi K-Pop di masa awal-awal adalah untuk tembus di pasar musik Jepang, terutama di tahun 2000-an sampai 2010-an. Bahkan ada beberapa idol K-Pop jadi pengisi lagu anime.
Aksesibilitas: Distribusi yang Tertutup
Faktor lain yang turut menyumbang perbedaan popularitas antara K-Pop dan J-Pop adalah aksesibilitas.
Saat dunia sudah beralih ke layanan musik daring seperti YouTube dan Spotify, sebagian besar agensi musik Jepang masih mengandalkan penjualan fisik melalui CD atau DVD. Bagi penggemar J-Pop di luar Jepang, mendapatkan album atau merchandise resmi adalah perjuangan tersendiri.
Lagu-lagu J-Pop sering kali tidak tersedia dalam platform musik digital atau disajikan dalam versi terbatas yang menghambat penyebarannya secara global.
Jika kita melihat K-Pop, kehadirannya di dunia maya begitu terasa. Setiap rilis musik baru disertai dengan video klip berkualitas tinggi yang tersedia di YouTube, di mana siapa pun bisa mengaksesnya dengan mudah. Bahkan, platform streaming besar seperti Spotify dan Apple Music menjadi ladang distribusi utama.
Dengan strategi yang sepenuhnya menyadari pentingnya distribusi yang luas, K-Pop telah menjelma sebagai produk budaya yang bisa dinikmati di mana pun, kapan pun. Sedangkan, J-Pop terjebak dalam lingkaran distribusi yang terbatas, dengan regulasi hak cipta yang ketat sehingga berbagai karya penggemar seperti cover lagu atau video fan-made sering kali ditarik dari peredaran. Akibatnya, sebagian penggemar J-Pop terpaksa mengunduh secara ilegal untuk menikmati musik favorit mereka, yang secara tidak langsung merugikan industri itu sendiri.
Keunggulan Musik J-Pop yang Masih Tersisa
Namun, meskipun K-Pop telah mendominasi pasar Asia dan sekitarnya, tidak berarti J-Pop kehilangan taji sepenuhnya. Ada daya tarik yang unik dan otentik dalam J-Pop yang tak sepenuhnya tergantikan oleh K-Pop.
Ciri khas musik J-Pop yang sering kali bervariasi, dengan genre yang beragam dan gaya yang tidak biasa, menawarkan pengalaman yang berbeda bagi pendengarnya. J-Pop juga erat kaitannya dengan budaya pop Jepang lainnya, seperti anime, yang memberikan warna tersendiri bagi penggemar.
Kini, sejumlah perusahaan musik Jepang mulai menyadari pentingnya distribusi yang lebih terbuka. Lagu-lagu J-Pop sudah mulai tersedia di platform streaming seperti Spotify, walaupun jumlahnya masih tertinggal dibandingkan K-Pop. Ini menjadi langkah awal bagi J-Pop untuk membuka diri ke dunia, meskipun masih ada jarak panjang untuk bisa bersaing di ranah internasional.
Di sinilah letak paradoks dari fenomena J-Pop yang menarik. Pada satu sisi, ia adalah musik dengan karakter kuat yang mencerminkan budaya Jepang yang khas, dan di sisi lain, ia tertinggal dari arus distribusi global yang lebih modern.
Pada akhirnya, popularitas K-Pop yang lebih besar dibanding J-Pop adalah kombinasi antara strategi pemasaran global dan aksesibilitas yang luas. Sementara J-Pop, meski masih mempertahankan kualitas dan keunikan, perlu membebaskan dirinya dari belenggu yang diciptakan industri dalam negerinya sendiri agar dapat menjangkau lebih banyak hati di luar sana.