Kembang Api

“Bandung memang kota kembang,” kelakar bocah itu berteriak keras. “Kembang api! Dan akan jadi indah kalau dibakar dulu.”

Dalam sarung gitar merk Yamaha, bocah itu menyembunyikannya. Dia menentengnya dengan sangat santai. Air mukanya setenang permukaan es limunku. Awalnya kupikir itu hanya senapan angin biasa, atau semacam senjata untuk main airsoft. Tidak salah lagi, itu memang senjata api semi-otomatis karya dari Mikhail Kalashnikov, karena darinya tersembur peluru yang menghunjam mati 18 orang. Masih menjadi pertanyaan, bagaimana ia bisa dapat AK47. Apa sih yang tak bisa didapat dari internet? Ini dugaan yang paling bisa kuterima. Aku sedang berbincang dengan perempuan bernama Wendy saat jam makan siang di Wendy’s Braga. Kebetulan yang begitu lucu. Dan berakhir jadi mimpi buruk.

Bandung kota kembang api? Indah kalau dibakar dulu? Aku tak bisa berhenti memikirkan bualan bocah itu. Entahlah, kemungkinan besar ini efek karena bocah itu kebanyakan melahap film laga dan main video game kriminal. Atau hasil cuci otak Al-Qaeda, atau ISIS, atau CIA, atau KGB (memang ada kepentingan apa Rusia di Indonesia?), atau cuma gejala Skizofrenia.

Ah ya, oleh-oleh dari bencana penembakan itu hanya membuat sedikit koyak betis kaki kiriku — berjalanku masih pincang sampai sekarang, dan sangat tak nyaman ketika berak. Tentu saja, aku beruntung tak sesial kedelapan belas korban itu. Atau justru mereka yang lebih beruntung, karena bisa mati secara heroik.

Bocah itu memang sinting. Tapi nahas, dia tak bisa mewujudkan kembang api ciptaannya. Karena bom yang sudah ia siapkan di balik jaketnya itu cuma meledakkan dirinya sendiri. Bocah sinting yang pintar itu ternyata salah perhitungan, atau mungkin ditipu penjual bomnya (begitulah, jangan terlalu percaya penjual di internet).

Bagaimanapun, itu kembang api yang indah, daging bocah itu muncrat ke sana-kemari, dengan begitu estetiknya. Hmm, bisakah aku melihat kembang api seindah itu lagi? Aku terus membatin. Tapi dengan satu syarat, aku tak sudi melihat perempuan cantik yang pecah kepalanya di depan mataku.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1783

3 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *