Di lingkaran pembaca manga yang mengikuti serial super panjang semisal One Piece, Hunter x Hunter, Berserk, Detective Conan atau Hajime no Ippo, pasti pernah mendengar selentingan lelucon kayak, “Kapan sih tamatnya? Takutnya keburu meninggal lagi mangakanya.”
Sayangnya, lelucon tadi berubah jadi mimpi buruk yang nyata. Kentaro Miura, pencipta manga Berserk, dikabarkan meninggal dunia di usia 54 tahun.
Kabar pertama kali saya dapat dari cuitan @berserk_project yang menayangkan pernyataan resmi dari editorial Young Animal, majalah manga seinen tempat Berserk berlayar.
Rilisan pernyataan di Twitter yang mengumumkan kematian Miura akibat diseksi aorta akut.
“Kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada karya Miura-sensei dan berdoa untuk jiwanya,” pesan itu menyimpulkan.
Berserk dan Warisan Fantasi Gelap Kentaro Miura
Memulai serialisasi pada tahun 1989, seri manga ini menceritakan kisah Guts, seorang tentara bayaran, dan Griffith, pemimpin kelompok tentara bayaran yang disebut “Taka no dan”, atau “Band of the Hawk” dalam sebutan Bahasa Inggris.
Serial seinen ini berlatarkan penggambaran fiksi tentang Eropa abad pertengahan dalam semesta alternatif dengan elemen fantasi gelap.
Baca juga: 15 Serial Anime Seinen Pilihan
Mungkin ada yang belum pernah mendengar tentang Miura atau bahkan serial Berserk, tetapi pengaruhnya terhadap budaya pop sangat besar. Karyanya memiliki pengaruh besar pada video game, anime, dan manga lainnya, bahkan melewati batasan medium.
Guts berfungsi sebagai pola bagi banyak jagoan yang datang setelahnya. Pedang sangat besar yang dia pakai bisa dibilang memulai tren seorang protaganis, yang menyebar ke karakter seperti Cloud Strife di Final Fantasy VII, Dante di Devil May Cry dan Ichigo Kurosaki di Bleach.
Kita tak akan mendapatkan Dark Souls. Kita tak akan mendapatkan Monster Hunter. Kita tak akan mendapatkan story quest Dark Knight dalam Final Fantasy XIV. Beberapa bahasa visual dari apa yang kita anggap sebagai fantasi gelap hari ini tak akan dapat dikenali tanpa Berserk.
Berserk adalah tentang banyak hal. Dari proses penyembuhan dari trauma, upaya tanpa henti untuk belajar percaya, sampai mengelola keteguhan meski dikelilingi kegelapan, dan tak membiarkan harapan padam.
Meski dengan fantasi gelap yang menyelimutinya, Berserk mengajak kita mengenal apa arti menjadi manusia, untuk bahagia, untuk menemukan kedamaian.
Baca Berserk. Tidak ada di dunia ini yang seperti itu. Maksud saya benar-benar membacanya. Ada keindahan, kepercayaan, persahabatan, cinta, dan pertumbuhan di balik dunia yang mengerikan.
Miura telah bekerja di Berserk sejak awal masa remajanya dan menjadi dewasa bersamanya, berubah selama 30 tahun dari kekerasan yang suram menjadi harapan yang menantang. Jika Berserk adalah cerminan dari penulisnya, saya senang karakternya mampu mencapai kepuasan sebelum akhir.
Dengan berpulangnya Miura, penting untuk mengingat bahwa manga diciptakan oleh manusia, bukan mesin. Manusia sakit dan butuh istirahat. Memang bikin frustrasi sebagai pembaca, dan saya mengerti. Namun mengeluhkan atau bahkan menghina sang artis karena malas bekerja betul-betul salah.
Seniman dan penulis tak selalu bisa menyelesaikan karyanya secara cemerlang, dan dalam artian sudah rampung. Terkadang mereka membuat rencana terlalu besar. Terkadang hidup menghalangi.
Ada daya tarik dari karya seni yang belum selesai. The Canterbury Tales, komposisi musik Requiem dari Mozart, roman Brother Karamazov dari Fyodor Dostoyevsky, beberapa novel karya Franz Kafka, Dandelions dari Yasunari Kawabata dan banyak lagi. Miura dan Berserk-nya layak masuk daftar ini.
Saya pikir Berserk baiknya memang begitu: karya yang belum selesai. Berserk adalah Kentaro Miura, idenya, pikirannya, jadi saya tak bisa berpikir akan ada mangaka lain yang bisa melanjutkan. Memang, mungkin saja asisten atau istrinya sudah diberitahu soal bagaimana Berserk akan berakhir. Namun, tak akan ada yang bisa melakukannya seperti Miura.
Selamat jalan, Kentaro Miura. Terima kasih telah membawa kami dalam perjalanan yang tidak akan pernah kami lupakan ini.
Menengok chapter terakhir Berserk, Griffith mencapai tujuannya (meski saya masih menantikan hukuman berat baginya, yang sepuluh ribu kali lebih menyakitkan dari ditampar Cricket) dan Guts berhasil membawa ingatan Casca kembali. Seluruh teman perjalanan Guts sekarang bahagia di Elfheim selamanya.
kalau one piece bernasip sama,pasti akan gempar dunia persilatan ya rip..secara mastah oda adalah idola sejuta umat dengan masterpiece yang hingga kini masih berlanjut ga tamat tamat
sebelumnya, kuhaturkan turut berbela sungkawa dengan mangkatnya Miura sensei…hmmm sakitnya ini lebih ke jantung ya…masih awam aku ama istilah medisnya
tapi ngomongin berserk yang belum kelar karena alasan mangaka nya wafat…biasanya dengan menggantung begitu malah kemudian ceritanya akan terangkat lagi…menggantungnya dengan cara yang indah dan sentimentil huhu…kalaupun mau diteruskan takutnya feelnya ga dapat kayak oas dikerjain miuranya kan…
tapi emang kuakui garis garis gambarnya cakep, meski terkesan kelam dan gelap sih 🙂
Kalau One Piece rajanya shounen, maka Berserk ini di seinen. Karena shounen lebih luas jangkauan usianya, tentu kalau ada apa2 sama Oda-sensei bakal gempar juga.
Iya, diseksi aorta itu pecahnya pembuluh darah aorta, yg ngalirin darah penuh oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Untuk gejalanya emang kayak penyakit jantung dan stroke.
Chapter terakhir itu kayak semacam persiapan buat ke pertempuran final sih, jadi ceritanya juga lagi santai, latihan, dan ada adegan kocak2nya.
Iya emang kelam dan gelap, dan sengaja saya tampilin yg masih terbilang aman.
Iya betul. Banyak banget mangaka yang karyanya dari jaman dulu belum tamat. Gantung ending abadi ceritanya. Walaupun bukan penggemar Berserk, tahu seri ini memang terkenal. Gambarnya penuh dengan roa model Arnold Suasanaseger
rangkuman yang bener bener ngena banget, terima kasih sudah menulis blog ini. Ini membuka perspektif saya melihat sisi lain dari mangaka dan karyanya