Kill la Kill: Hiroyuki Imaishi Tanpa Filter

Kill la Kill adalah apa yang terjadi jika imajinasi dibiarkan berjalan sangat liar. Ia menciptakan dunia yang bahkan hukum fisika tidak dapat mengikutinya.

Meski dalam beberapa hal, kekuatan dan kecepatan tampaknya tunduk pada kehendak dan determinasi diri, di sini Kill la Kill benar-benar merayakan klise shounen.

Disutradarai oleh Hiroyuki Imaishi dan ditulis oleh Kazuki Nakashima, yang sebelumnya bekerja bersama di Studio Gainax dalam anime hit Tengen Toppa Gurren Lagann pada tahun 2007. Setelah keluar dari Gainax, Imaishi dan rekan lainnya membangun Studio Trigger, dan Kill la Kill menjadi anime pertama mereka.

Kill la Kill mengikuti Ryuko Matoi, seorang siswi dalam pencariannya untuk menemukan pembunuh ayahnya, yang membawanya ke dalam konflik kekerasan dalam lingkungan sekolah dengan Satsuki Kiryuin, presiden dewan siswa Akademi Honnouji, dan selanjutnya dengan kerajaan bisnis mode ibunya.

Magical Girl Melawan Rezim Totaliter

kill la kill ryuko matoi

Seperti Gurren Lagann bagi anime mecha, Kill la Kill hadir untuk merayakan anime mahou shoujo atau magical girl. Dengan kata lain, keduanya membawa kiasan yang sama dengan genre tersebut, menumbangkannya, dan kemudian membawa mereka ke ekstrim terjauh.

Di sebagian besar anime magical girl, para jagoan mendapat kostum yang dapat mengaktifkan kekuatan super mereka. Dalam Kill la Kill, kostum itu secara harfiah merupakan sumber kekuatan Ryuko.

Sebagai contoh lain, anime magical girl sering menampilkan pakaian yang minim atau ketat, tapi mereka yang mengenakannya tak pernah tampak malu dengannya. Di dunia Kill la Kill, merasa malu dengan pakaian minim memang bakal mengurangi kekuatan. Bahkan adegan transformasi magical girl klasik dibawa ke tingkat fanservice yang sama sekali baru dengan sejumlah besar syut pada selangkangan dan payudara yang betul-betul eksibisionis.

Selain mencatut genre anime magical girl, Kill la Kill mengeksplorasi rezim totaliter yang tersembunyi dalam kedok meritokrasi, yang semuanya kita lihat berbasis di sekitar lingkungan sekolah. Menjadi siswa biasa membuat keluargamu miskin dan berada di daerah kumuh. Dengan menjadi siswa di atas rata-rata, kamu diberikan seragam super dan keluargamu pindah ke bagian kota kelas menengah. Menjadi kapten klub menjadikan semakin kuat dan memberi keluargamu sebuah rumah mewah dan kehidupan penuh harta.

Namun untuk mendapatkan lebih banyak kekuatan, kamu harus membuktikan diri lebih baik ketimbang orang-orang yang sudah memiliki kekuatan. Tentu saja, karena orang-orang di atas sudah punya kekuatan, hanya seseorang yang bandel seperti Ryuko yang dapat maju dalam sistem, meski dia jelas lebih suka menghancurkannya.

Mungkin hal yang paling menarik dari latar ini adalah bagaimana Kill la Kill mengembangkan karakter antagonis utama: presiden dewan siswa Kiryuin Satsuki. Dia dengan jelas percaya bahwa sistemnya adil, bahwa yang terkuat dan dengan demikian yang paling berguna akan naik ke puncak.

Keyakinannya inilah yang membuat premis anime menjadi mungkin, itulah alasan mengapa dia memungkinkan Ryuko untuk naik ke tangga teratas dan berduel satu lawan satu dengan setara. Kiryuin benar-benar ingin tahu sampai tingkat tertentu apakah selama ini dia salah.

Kill la Kill dan Permainan Kata

kill la kill

Kisah Kill la Kill berkisar pada serangkaian permainan kata-kata. Misalnya, dalam bahasa Jepang, kata untuk seragam sekolah (制服 seifuku) dan penaklukan (征服 seifuku) identik secara fonetis, meski keduanya menggunakan huruf berbeda.

Dengan demikian, rencana jahat antagonis adalah menaklukkan dunia dengan seragam sekolah dan pakaian lainnya. Pun yang serupa lainnya adalah “fashion” (フ ァ ッ シ ョ fasshon) dan “fasisme” (フ ァ シ ズ ム fashizumu) yang terdengar sangat mirip dalam bahasa Jepang. Memang, dalam cerita itu, Kiryuin Satsuki menggunakan fashion untuk mengubah sekolah menjadi kediktatoran fasis.

Namun permainan kata terbaik dalam seri ini adalah judulnya sendiri: “Kill la Kill” (キ ル ラ キ ル kiru ra kiru). Dalam bahasa Jepang “kiru” punya beberapa arti yang berbeda: “membunuh” (キ ル), “memotong” (切 る), dan “memakai” (着 る).

Jadi itu membuat judul yang sempurna untuk anime tentang seorang gadis yang mengenakan seragam magis (dan bertarung dengan orang lain yang memakai seragam serupa yang membangkitkan kekuatan super), menggunakan setengah dari sepasang gunting pemotong sebagai senjata, dan sedang dalam misi pembalasan mencari pembunuh ayahnya.

Aksi, Komedi dan Fanservice Gila-gilaan dalam Kill la Kill

kill la kill

Tidak ada yang lebih jelas dari adegan aksi anime ini. Setiap pertempuran benar-benar sinting dan gila-gilaan. Musuh bertarung dengan segala sesuatu, mulai dari raket tenis bertenaga super dan pedang kendo, hingga pisau bedah pelajaran biologi dan alat musik. Tubuh yang terbanting, beragam ledakan, serta sudah tak dapat dihitung berapa infrastruktur yang rusak.

Komedi dalam Kill la Kill sama luar biasanya dengan aksinya, dan beberapa episode berputar di sekitar adegan komedi alih-alih aksi. Komedi sering datang dalam dua bentuk: slapstick atau humor seksual. Slapstick bekerja dengan sangat baik, mengandalkan lelucon visual dan permainan kata yang cerdas. Humor seksual cenderung bekerja dengan baik, meski kadang-kadang agak terlalu berlebihan.

Seperti semua hal lain dalam Kill la Kill, bahkan fanservice ditampilkan secara ekstrem — kostum Ryuko menjadi contoh utama. Sungguh, itu lebih vulgar daripada bikini, dengan hanya suspender dan rok super mini. Ini sebenarnya ide subversif bahwa rasa malu memengaruhi kekuatan, dan ini sepertinya lebih merupakan alasan untuk menghadirkan fanservice yang lebih banyak sebagai bagian integral dari plot.

Ketelanjangan dalam anime ini merajalela, tetapi jarang seksual, dan sering menjadi bagian dari lelucon. Secara anatomis memang agak disensor, tidak ada puting atau rambut kemaluan atau penis, tetapi tidak dapat disangkal bahwa pada akhirnya, semua orang benar-benar telanjang. Secara harfiah.

kill la kill ryuko matoi fanservice

Kill la Kill adalah salah satu dari beberapa seri yang pernah saya lihat dengan pacing sempurna. Kill la Kill tidak memiliki episode filler. Sesuatu yang penting terjadi di setiap episode, baik itu memajukan plot utama atau mendefinisikan dunianya dengan lebih baik.

Bahkan, Kill la Kill mengolok-olok langkahnya yang cepat dan tidak normal: Episode ke-16 dimulai dengan menyatakan bahwa ini adalah episode rekap — episode rekap yang ternyata cuma selama satu menit dan dua puluh lima detik sebelum opening.

Terlepas dari hamparan kegilaan dalam Kill la Kill, namun ia masih konsisten secara internal; tidak ada yang bertentangan dengan apa pun yang telah ditetapkan sebelumnya.

Seragam memberimu kekuatan super, seorang gadis remaja menguasai sebuah pulau, dan pakaian bisa menjadi makhluk hidup yang berbicara kepadamu. Ini adalah kehidupan normal bagi dunia Kill la Kill.

kill la kill nudity

Pada akhirnya, yang membuat Kill la Kill sangat menyenangkan adalah cara ia menyentuh beragam hal yang tak umum — yaitu, dengan cara yang gila-gilaan. Adegan aksinya gila-gilaan; humornya gila-gilaan; fanservice gila-gilaan; semuanya gila-gilaan.

Namun di balik kesenangan yang merajalela dalam anime ini adalah tentang bagaimana menumbangkan kiasan anime, serta menyajikan komentar sosial terselubung.

Kill la Kill membuat saya bersemangat menonton tiap episodenya dan tidak pernah membuat saya kecewa. Jika kamu mencari perjalanan yang menyenangkan, penuh aksi gila-gilaan dengan banyak humor dan premis yang bermain-main dengan genre anime magical girl, ini adalah anime yang menyenangkan.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1767

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *