Kinbaku: Seni Erotika Bondage dari Jepang

Kinbaku (緊縛), yang berarti mengikat ketat, adalah jenis bondage Jepang, dihargai karena estetika dan daya tarik seksualnya. Teknik ini berakar pada Periode Edo feodal, tetapi bukan bentuk seni seksual sampai abad kedua puluh.

Di Jepang, tali telah memainkan peran budaya yang signifikan selama ribuan tahun.

Tentu saja itu digunakan untuk alasan praktis, seperti untuk mengoperasikan katrol dan mengikat kimono, tetapi juga untuk yang spiritual: Dalam Shinto ada shimenawa (tali pemurnian), atau batas ring sumo.

Kinbaku menggunakan tali untuk mengikat dan menahan tubuh secara dekoratif untuk tujuan kesenangan erotis.

Sejarah Seni Bondage Kinbaku di Jepang

Master kinbaku berpengalaman atau yang disebut bakushi mengatakan seni ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikuasai.

Sekaligus sulit dikenali di dunia pornografi yang diproduksi secara massal saat ini. Hanya di Barat, istilah shibari, yang tidak merujuk pada jenis bondage apa pun di Jepang, digunakan secara bergantian dengan kinbaku.

Baca juga: 10 Karya Erotis Klasik Jepang

kinbaku bondage
1) Penampilan Kinbakushi Naka Akira; 2) Contoh gyaku ebi atau ikat udang mundur; 3) Gambar dari majalah ‘Yomikiri Romance’ pada tahun 1953. Foto: Culture Trip.

Selama Periode Edo, tali digunakan sebagai pengekang dan hukuman. Teknik-teknik tertentu dikembangkan, termasuk beberapa yang terus digunakan hari ini, seperti “ikatan udang”. Namun bondage sebagai seni seksual tidak menyebar sampai awal 1900-an.

Pada saat itu, teater kabuki mulai membuat gaya bondage penyiksaan ini, yang dikenal sebagai hojojutsu, dan menambahkannya ke pertunjukan mereka. Hojojutsu perlu dilonggarkan demi keselamatan dan agar menarik secara visual bagi penonton.

Pornografi di media cetak, sebagai ilustrasi dan fotografi, lepas landas selama era pasca perang. Budaya fetish bondage bawah tanah dan kinbaku-bi (keindahan bondage) menemukan audiens di majalah seperti Kitan Club dan Uramado, dan telah memiliki pengikut setia sejak itu.

Saat ini, kinbaku juga dihargai sebagai pertunjukan panggung, di dunia seni kontemporer, dan tetap menjadi aspek budaya fetish yang menarik.

*

Referensi:

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1789

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *