Maaf, Aku Seorang Melankolis-Plegmatis

“Kenapa sih suka Murakami? Aing mah baca Norwegian Wood langsung ga suka.”

“Nah kenapa maneh ga suka? Ya sama kayak alasan kenapa maneh ga suka Murakami itu.”

Tanpa perlu menjelaskan lebih banyak, pekerja Sampoerna yang doyan penulis Ahmad Tohari itu sudah sangat paham dengan jawaban saya. Bahwa soal suka dan tidak suka itu urusan selera. Berdebat sehebat apapun tak akan ada yang dicapai. Dan kalau ngomongin penulis hipster asal Jepang ini, dari Viny JKT48 sampai Zen RS saja suka sama dia.

“Yang paling bikin suka karena sifat tokoh-tokoh ceritanya mirip urang.”

Ya, alasan kenapa saya sangat suka Haruki Murakami karena ketika membaca karyanya, baik cerpen maupun novelnya, saya berasa jadi sang protagonisnya. Kemungkinan besar ini pengaruh dari sang penulis yang sifatnya memang begitu–ada spekulasi kalau dia INFP sih. Yang pasti sering saya membatin, “Ah aing banget!” pas baca.

Membaca kumpulan cerpen Blind Willow, Sleeping Woman misalnya, memberikan kesan kepada saya bahwa tokoh-tokoh di dalam cerpen-cerpen tersebut sepertinya hanya hidup di satu alam. Mereka hanya hidup di alam pribadi, dunia di dalam diri mereka sendiri, atau dunia kecil dimana hanya ada diri mereka sendiri tanpa orang lain.

blind willow sleeping woman haruki murakami

Saya mendapati diri saya ada dalam 24 cerita pendek di buku ini. Membaca serasa bercermin saja. Dalam The Ice Man, saya menemukan diri saja menjadi Sang Manusia Es, yang hemat bicara, tak terlalu antusias akan segala hal, kecuali hobinya yang membaca buku, dan ada kesan untuk mengisolasi diri. Kesepian dan kesendirian memang nampak sebagai tema utama dalam Blind Willow, Sleeping Woman, bahkan ini nampaknya mencakup semua karya Haruki Murakami.

Saya akan memakai kata ‘Melankolis-Plegmatis’ yang mengacu pada tokoh-tokoh dalam cerpen ini. Gabungan dari dua kuadran yang kadar introversinya tinggi, berlaku pasif, bisa dibilang juga seorang yang pesimis.

Pribadi yang hanya memikirkan ke dalam diri sendiri,sekilas mereka orang-orang yag egois. Mereka yang hidup nyaman sebisa mungkin tanpa mengganggu orang lain. Namun mereka mengungkapkan diri dengan lemah lembut dan tulus.

Karena alasan personel inilah kenapa saya senang menerjemahkan cerpen-cerpen Haruki Murakami. Dan berikut daftar ke-24 cerpennya, beberapa sudah ada yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

  1. Blind Willow, Sleeping Woman
  2. Birthday Girl
  3. New York Mining Disaster
  4. Aeroplane: Or, How He Talked Himself as If Reciting Poetry
  5. The Mirror
  6. A Folklore for My Generation: A Prehistory of Late-Stage Capitalism
  7. Hunting Knife
  8. A Perfect Day for Kangaroos | Hari yang Sempurna Untuk Kangguru (Tempo 9/6/10) – Habi Hidayat
  9. Dabchick
  10. Man-Eating Cats | Kucing Pemakan Manusia – Sabda Armandio
  11. A ‘Poor Aunt’ Story
  12. Nausea 1979
  13. The Seventh Man
  14. The Year of Spaghetti | Tahun Spaghetti (Suara Merdeka 2/3/09) – Rama Dira J.
  15. Tony Takitani | Tony Takitani – Senja Hampir Habis
  16. The Rise and Fall of Sharpie Cakes
  17. The Ice Man | Manusia Es (Jawa Pos 26/12/10) – Ucu Agustin
  18. Crabs
  19. Firefly
  20. Chance Traveler
  21. Hanalei Bay
  22. Where I’m Likely to Find It
  23. The Kidney-Shaped Stone That Moves Every Day
  24. A Shinagawa Monkey | Monyet Shinagawa

Dalam pengantar kumcer Blind Willow, Sleeping Woman yang ditulis langsung Haruki Murakami ini, ada ungkapan menarik, yakni bahwa menulis cerpen seperti membuat kebun, sementara menulis cerpen sama dengan  mencipta sebuah hutan. Nah, beberapa cerpen di atas ada beberapa yang merupakan premis cerita dari novel Murakami, Firefly untuk Norwegian Wood, dan Man-Eating Cats dalam Sputnik Sweetheart.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1887

11 Comments

  1. Saya suka baca2 buku tapi belum pernah denger tentang murakami. Nanti kalau ada uang saya coba deh beli bukunya murakami. Soalnya penasaran he he he

  2. Karya Murakami sepertinya menarik untuk dibaca. Tapi aku butuh yang berbahasa Indonesia. Bahasa Inggriskuuu… hmmm. ah. sudahlah..

  3. Dulu saya ikut tes kepribadian di kampus dan hasilnya saya juga seorang melankolis-phlegmatis! Meski dengan perbandingan yang jomplang banget sih :hihi. Tapi kaitannya dengan Pak Haruki ini, mungkin beliau memang benar orang yang seperti itu juga ya :hehe. Saya belum pernah baca karyanya (bahasa Inggris saya agak parah) tapi pernah dengar dari teman beberapa cerpennya memang dahsyat. Terutama Man-Eating Cats…

  4. Saya baca terjemahannya yang ada di blog ini saja.
    Tiap orang punya kesukaan sendiri, saya belum belum suka, walau sudah baca terjemahan di blog anjeun. Belum mampu menggetarkan sayah, hehehe…

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *