“Ini adalah masalah yang menarik karena Anda ingin menganggapnya sebagai pertanyaan bodoh,” sebut Roy Sorensen, seorang filsuf di Washington University, “tapi Anda dapat melihat refleksi bahwa kita terpancing dengan pertanyaan itu, dan ini bukan pertanyaan bodoh.”
Manusia telah menanyakan hal ini selama ribuan tahun, dan pertanyaan ini nongol di sebuah grup Whatsapp. Keluar jawaban ngaco dan enggak jarang balasan yang merendahkan, seakan mengiyakan argumen dari Sorensen di atas. Saya juga gatal untuk memberi jawaban sok lucu sebenarnya. Saya sendiri sudah punya jawaban saintifiknya di kepala, namun karena lupa-lupa ingat, kembali buka Google dan menemukan artikel Time berjudul Now You Know: Which Came First, the Chicken or the Egg?
Langsung saja, jawaban secara ilmiahnya telur. Meski pertanyaan ayam dan telur ini biasanya dilancarkan secara metaforis, biologi sudah memberi jawaban literal, dimungkinkan berkat adanya prinsip Darwin bahwa spesies berkembang dari waktu ke waktu, dan dengan demikian ayam memiliki nenek moyang yang bukan ayam. Telur ada sebelum ayam. Fosil telur dan embrio tertua berusia sekitar 190 juta tahun. Fosil Archaeopteryx, yang umumnya diterima sebagai burung paling primitif, berusia sekitar 150 juta tahun, yang berarti burung datang setelah telur.
Agar lebih gampang dimengerti, Neil deGrasse Tyson menyerdehanakannya: “Mana yang lebih dulu: ayam atau telur? Telur – yang dierami oleh seekor burung yang bukan seekor ayam.” Kalau diurutkan begini: proto-ayam > telur ayam > ayam.
Cara kita memahami masalah selalu jadi masalah itu sendiri. Bukan hanya jawaban atas pertanyaan yang penting, tapi pertanyaannya itu sendiri. Mungkin yang lebih menarik adalah untuk mengulik dari mana asal usul pertanyaan begini dan bagaimana perkembangan untuk menemukan jawabannya justru mengungkapkan tentang sejarah pemikiran manusia – filsafat Barat, lebih tepatnya. Dari mistis ke sains, dan enggak menutup kemungkinan bakal ada pandangan baru yang melampaui.
Pertanyaan dilematis ini berasal dari pengamatan bahwa semua ayam menetas dari telur dan semua telur dihasilkan oleh ayam. Metafora yang menggambarkan situasi di mana enggak jelas mana dari dua peristiwa yang harus dipertimbangkan sebagai penyebab dan mana yang harus dipertimbangkan sebagai efek, atau untuk mengekspresikan skenario matematika yang bernama regresi tak terbatas.
Cerita dimulai di Yunani Kuno. Aristoteles dengan jelas memikirkan jenis pertanyaan ini, tegas Sorensen, meskipun ia berhasil lolos dengan menjawabnya bahwa keduanya secara tanpa batas terus bersaling ke belakang dan terus eksis tanpa ada asal yang sejati.
Plutarch yang memberi pertanyaan ini bentuk abadi, “Apakah Ayam atau Telur yang lebih dulu,” tulisnya “mengguncang masalah besar dan berat (soal apakah dunia memiliki awal).” Pada abad kelima, seorang cendekiawan Romawi, Macrobius, menulis bahwa orang-orang “bercanda tentang apa yang Anda kira sebagai hal sepele, dalam menanyakan apakah ayam betina itu berasal dari telur atau telur dari ayam betina, tapi intinya harus dianggap penting.”
Filsuf Kristen seperti Agustinus dan St. Thomas Aquinas menghabiskan waktu untuk mempertimbangkan bagaimana menggabungkan pemikiran bijak para filsuf Yunani dengan kepastian pandangan religius mereka, kata Sorensen. Sampailah pada kesimpulan, dengan memahami pertanyaan yang didasarkan secara ketat pada konsep Kejadian: ayam yang datang lebih dulu.
Beberapa ratus tahun kemudian, sejarawan natural Italia Ulysse Aldrovandi menulis secara singkat mengenai masalah ini, mengungkapkan bahwa pertanyaan tersebut terkenal namun diselesaikan pada 1600: “Saya sekarang melupakan pertanyaan yang tak penting dan lebih meyakinkan daripada pertanyaan yang aneh, apakah ayam ada sebelum telur atau sebaliknya. Hal ini dinyatakan dalam kitab suci bahwa ayam betina ada terlebih dahulu. Buku-buku ini mengajarkan bahwa hewan diciptakan di awal dunia; Karena itu ayam betina tidak berasal dari telur tapi berasal dari ketiadaan.”
Pada abad ke-18, keadaan berubah. Denis Diderot, seorang pemikir penting pencerahan dan editor Encyclopédie, tidak menganggap pertanyaan itu begitu sederhana. “Jika pertanyaan tentang prioritas telur di atas ayam atau ayam di atas telur mempermalukan Anda, itu karena Anda mengira bahwa hewan pada awalnya adalah spesiesnya saat ini,” tulisnya pada tahun 1769. “Benar-benar tolol!” Bagi Diderot, masa lalu seekor binatang sama tidak menentu dengan masa depannya.
On the Origin of Species-nya Charles Darwin mempersulit isu ini sampai penerbitannya pada tahun 1859, catat Sorensen. Teori evolusi menjelaskan bahwa dalam beberapa hal Diderot menuju ke arah yang benar, namun penekanannya pada perubahan bertahap (dan prinsip pewarisan genetik Gregor Mendel) menghasilkan kombinasi antara kepastian dan misteri yang berlanjut sampai hari ini: telur harus sudah datang dulu, tapi tidak bisa dikatakan kapan. Ini adalah perjuangan untuk membedakan antara satu spesies dan spesies lainnya mengingat ada banyak tumpang tindih saat spesies beradaptasi secara perlahan.
Meski sains sudah cukup menjawab, para filsuf terus terlibat dalam masalah ini. Jelas, pertanyaan itu tetap merupakan titik awal yang bermanfaat untuk semua jenis meditasi. Saya paling suka pasase Kurt Vonnegut dalam Cat’s Cradle: Harimau berburu, burung terbang; Manusia duduk dan bertanya-tanya ‘mengapa, mengapa, mengapa?’ / Harimau harus tidur, burung harus mendarat; Manusia harus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia mengerti.
Wkwkwk… pertanyaan yang tak pernah lekang ditelan waktu
Aku baru dibisiki malaikat yang sudah tercipta sebelum telur dan ayam tercipta. Ketika Tuhan hendak menciptakan ayam atau telur lebih dulu, ternyata sepasang ayam jantan dan ayam betina yang lebih dulu yang diciptakan. Barulah kemudian kedua ayam itu bercinta dan ayam betina menghasilkan telur.
Jadi menurut wangsit yang saya terima, yang kemungkinan besar dari malaikat tersebut, Ayam diciptakan lebih dulu daripada telur, Wkwkwkwk…
Tah kalau pake jawaban ieu berarti masih di masa kegelapan, padahal Tan Malaka cape-cape nulis Madilog.
Menurut saya duluan mana ayam apa telur? Ayam, dong. Kan duluan ayam yang disebutin. Kira-kira begitu orang kalo ditanya duluan mana ayam apa telur. Dikira ini pertanyaan bercanda, ternyata saintis bersusah-susah untuk sekedar menemukan pertanyaan sehebat ini!
Permainan bahasa Wittgenstein wah wah