Membobol Perpustakaan Haryoto Kunto

Siapa sih dia? Setahun lalu, saat masih awal-awal mengikuti Komunitas Aleut!, Minggu terakhir di September 2014 ketika ngaleut bertema “Basa Bandung Halimun”, seekor koordinator yang bernama Vecco menunjukan sebuah rumah di bilangan Jalan Mesri. Katanya itu adalah rumah dari penulis kenamaan yang berjuluk Kuncen Bandung. Kemudian dia mencoba membujuk setengah merajuk agar bisa masuk, namun nahasnya gagal. Saya tentunya nggak peduli, siapa pula Haryoto Kunto itu.

Ya, boleh dibilang saya baru jadi warga Bandung setahun ini. Lahir dan hidup memang di Bandung, tapi Kabupaten-nya. Tinggal selama 18 tahun di Bandung coret, 3 tahun di Jatinangor, dan sebulan di Pusparaja, Tasikmalaya. Tentunya saya tetap bangga jadi orang Kabupaten Bandung, dan pastinya sudah sah jadi orang Bandung juga.

haryoto kunto book

Oke, jadi siapa sih Haryoto Kunto itu? Nah, beliau adalah dia yang dijuluki “Kuncen Bandung”, penulis yang telah menelurkan buku-buku seputar Bandung, khususnya dalam aspek sejarah; ‘Wajah Bandoeng Tempo Doeloe’, ‘Semerbak Bunga di Bandung Raya’, ‘Ramadan di Priangan’, dan lain sebagainya. Sebagai seorang penulis, sudah suatu keniscayaan Om Hary ini adalah seorang pembaca yang tergolong rakus juga. Dan memang, sepeninggalnya pada 4 Oktober 1999, almarhum mewarisi sekitar 50.000 buku dan beragam literatur lain.

| Lihat: The Jakarta Post – Author Haryoto Kunto’s home a bookworm’s paradise

Namun, gudang harta karun ini hanya jadi surga yang sulit diakses siapa pun. Hal ini bukannya tanpa alasan, karena pengelolaan sendiri masih ditangani pihak keluarga, lebih tepatnya hanya oleh istri tercinta sang Kuncen Bandung, Ibu Etty R. Kunto. Butuh dana yang nggak sedikit buat menghidupi perpustakaan ini, apalagi jika harus membukanya buat khalayak umum. Makanya surga ini disembunyikan untuk sekian lama, sehingga wajar jika tahun lalu kami mustahil bisa masuk.

Alhamdulillah, lewat magisnya sebuah silaturahmi, melalui Om Wisnu yang merupakan anak didiknya Ibu Etty saat di SMAN 11 Bandung, Komunitas Aleut! bisa tembus juga masuk surga yang terletak di JL. H. Mesrie No. 5 ini.

Dan WOW! Tumpukan emas berserak di rak-rak. Contoh kecilnya ada setidaknya lima jilid ‘Semerbak Bunga di Bandung Raya’ yang masih dalam kondisi bening, harga satu buku ini kalau dirupiahkan minimalnya bisa ditukar dengan duit sebesar Rp. 700.000. Sesuatu yang membanggakan, setelah bertahun-tahun, Komunitas Aleut! akhirnya jadi pengunjung pertama yang bisa mengisi lagi buku tamu perpustakaan.

| Lihat: Pikiran Rakyat – Perpustakaan Haryoto Kunto Vakum 2 Tahun (ditulis tahun 2008)

Namun, koleksi-koleksi ini terancam rusak oleh hama serangga. Bantuan terakhir yang diterima hanya pada zaman Gubernur HR Nuriana sebanyak Rp 50 juta untuk pemeliharaan buku sehingga sebagian buku sudah diberi sampul dan dikodifikasi, dan sayangnya ini sudah bertahun-tahun yang silam. Sebenarnya sudah ada beberapa institusi yang menawarkan diri untuk mengelola surga ini, namun beragam sodoran ini belum ada yang benar-benar pas bagi Bu Etty. Istri Haryoto Kunto ini berharap bisa mendapatkan pengelolaan yang kompeten dan becus mengurus, nggak setengah-setengah.

Jika boleh berandai-andai, meski cuma punya pengalaman sebagai Goodreads Librarian, saya pasti senang nggak ketulungan jika dipercaya jadi pustakawan di sini. Tak mengapa lah jika cuma dibayar dengan bisa ngekos di surga ini.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1783

22 Comments

  1. Wah saya mau tuh jadi penjaga perpusnya klo ditawarin. Pasti isinya buku-buku yang kualitasnya diatas rata-rata. Beruntung sekali komunitas Anda bisa mengakses masuk. Jadi iri

    • Buku soal humaniora kebanyakan, tapi ada novel tentang Krakatau yg ditulis abad ke-18 yg dicetak cuma 50 jilid. Dan itu salah satunya ada di sini.

  2. Wah benar-benar harta yang tak ternilai itu. Siapa coba atuh yang bisa menilai gudang ilmu?
    Kok pemda jabar atau kota bandung gak tergerak buat menyelamatkan?

    • Kalau dari pemerintah biasanya cuma formalitas, cuma setengah-setengah ngurusnya. Takut kejadian kayak perpustakaan di Gedung Sate yg asalnya jadi perpus terbaik di Asia Tenggara, tapi kemudian pada hilang koleksinya karena salah kelola.

    • Sudah ada beberapa tawaran, tapi belum ada yg pas. Misalnya dari ITB yg cuma mau ngambil buku-buku tertentu aja, nggak mau ngurus semua bukunya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *