Mencicipi Sastra Korea Kontemporer

Padahal hanya beda dua hari kemerdekaannya sebelum Indonesia, tapi Korea Selatan hari ini bisa dibilang negara maju, mengekspor beragam produk industri juga budaya; gawai (Samsung, LG), otomotif (Hyundai/KIA), musik (K-Pop: SNSD, 2NE1, Apink, dkk.), makanan (kimchi, jajangmyun, Miwon), film (My Sassy Girl, King and the Clown, Miracle in Cell no. 7), sampai sinetron (Winter Sonata, Full House, Reply 1988). Tapi nampaknya, untuk sastra belum terlalu melejit. Siapa coba penulis Korea Selatan yang terkenal? Yang paling terkenal paling Park Dong Seon, pembuat komik golongan darah itu.

Maka saya iseng menelusuri internet, dan menemukan dua penulis Korea Selatan, Jo Kyung-ran dan Kim Young-ha, yang kemudian saya coba terjemahkan cerpennya. Ah, nampaknya saya berhak dapat ganjaran dari Dinas Kebudayaan Korsel, dikasih paket wisata ke Pulau Jeju, misalnya. Lebih karena tertarik pada ceramahnya Kim Young-ha di TEDx, maka saya merasa harus untuk membaca karyanya, dan beruntung dapat ebook novelnya (gratis dan ilegal, pastinya), sehingga akhirnya bisa mencicipi sastra Korea Selatan.

Dalam setengah halaman pertama saja dalam novel tipis ini, Kim Young-ha membicarakan lukisan The Death of Marat, Henry Miller, Oscar Wilde, William Shakespeare, Sylvia Plath, Gustav Klimt, B.B. King, Animal Kingdom, permen lolipop Chupa Chups, Chet Baker, Antonio Banderas, Leonardo DiCaprio, dan film Stranger Than Paradise.  Dari sini, kita bisa langsung mengaitkannya pada Haruki Murakami. Dan memang, membaca ‘I Have the Right to Destroy Myself’ ini serasa membaca dua novel awalnya Murakami, ‘Dengarlah Nyanyian Angin’ dan ‘Pinball, 1973’–kebetulan saya bacanya sehabis khatam novel ini.

Sometimes fiction is more easily understood than true events. Reality is often pathetic.

Dengan seorang narator anonim, menceritakan tokoh-tokoh yang tak kalah misteriusnya: K, C, Seyeon (Judith), Mimi. Premis ceritanya adalah bahwa si narator itu adalah seorang penulis dan konsultan. Kliennya adalah mereka yang berkonsultasi soal cara terbaik untuk bunuh diri. Bagaimana cara bunuh diri yang elegan, misalnya dengan jangan mencontoh yang dilakukan Plath. Bagaimana cara bunuh diri tanpa perlu merepotkan, apalagi mencelakakan orang lain. Kita tahu, selain Jepang, dalam hal bunuh diri, Korea juga menempati peringkat yang membanggakan.

Jika membaca cerpen-cerpen dari Korea (semoga saya bisa menerjemahkan lebih banyak), kita bisa merasakan enggak ada konflik, hampir enggak ada fokus, dan kegemaran untuk menyimpang (digresi). Dalam salah satu review Goodreads, ada yang berkomentar: It’s one of those artsy-fartsy novels with no plot. All the characters did was have sex and kill themselves. Dan sebagai fanboy Murakami, saya berani menyebut ‘I Have the Right to Destroy Myself’ ini barang kw 1 dari prosanya ‘Wind/Pinball’.

Entahlah, kita juga tahu, kultur membaca di Korea boleh dibilang sangat bagus. Saya pernah menyaksikan seorang Lee Kwangsoo, yang menampilkan dirinya konyol dan ceroboh itu, dalam salah satu episode Running Man ketika menggerebek untuk membangunkannya pagi-pagi di kamar hotelnya, justru Kwangsoo sudah bangun dan tengah masyuk membaca buku. Bahkan, Seohyun SNSD sering membaca saat selingan rekaman dan konsernya. “Kami semua membaca (member SNSD), dan kami selalu membawa satu dua buku di tas kami,” tambahnya.

Lantas kenapa K-Sastra enggak terdengar gaungnya? Hmm… Keasingan sastra Korea dibandingkan dengan karya sastra Jepang di Indonesia sebenarnya merupakan hal yang wajar, karena penerjemahan sastra Jepang sudah jauh-jauh hari dilakukan oleh pengarang dan sastrawan Indonesia. Upaya memahami berbagai mis­teri berkaitan dengan manusia, bangsa, dan budaya Korea salah satunya da­pat dijangkau melalui upaya pe­nerje­mahan teks sastra, seperti apa yang dikatakan Puskhin bahwa pener­jemah­an karya sastra ibarat kuda beban yang membawa harta kebudayaan suatu bangsa dari satu negeri ke nege­ri lain. Hwaiting!

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1786

17 Comments

  1. Sekarang sudah merambah ke sastra korea. Ternyata korea bukan cuma K-Pop. Tapi penulis korea ada yg udah go internasional?

    • Udah nonton berkali-kali, tapi tetep aja ga bisa enggak harus sedia tisu. 🙁
      Park Shinhye nya gemay lagi..

    • Biasa donlot torrent di kickass, tapi harus diakalin pake semacam proxy generator, soalnya diblok Internet Positif.
      Rekomen judul buku ya? Hmm, coba Haruki Murakami deh.

  2. Jarang sih emang masyarakat Indonesia buat belajar sastra korea, karena emang kebanyakan nonton Dramanya doang wkwk

    Tapi emang bener, ga ada salahnya kita belajar budaya luar karena MEA sudah di depan mata 🙂

  3. Mas mau tanya dong, mungkin ini out of the box, kalo karya sastra korea itu masuk ke world literature work ga? Aku dpt tugas nih dari dosen buat analisis World short story, nah korsel itu masuk world ga? Thx. Kamsahamnida^^

    • Wah mungkin saya kurang kompeten kalau ditanya sastra, hanya seorang yg hobi baca aja sebenarnya.
      Tapi coba jawab. Masih bingung dengan istilah ‘world literature work’ yg dimaksud, yg saya tangkap maksudnya apakah sastra Korea sudah mendunia, khususnya cerpennya, begini maksudnya bukan, takut salah?
      Untuk di era kontemporer ini salah satu ‘capaian kesuksesan’ seorang penulis adalah cerpennya dimuat di dua majalah bergengsi: The New Yorker atau Paris Review. Dan kalau ga salah, Yi Mun Yol dan beberapa penulis Korea lain udah sering nongol di sana.
      Satu poin penting lainnya, bicara sastra dunia berarti bicara soal penerjemahan, khususnya penerjemahan ke Bahasa Inggris, dan Korea Selatan ini kelihatannya getol dalam urusan ini.

      Kalau mau lebih mantap coba tanyanya langsung ke Eka Kurniawan deh, di blognya kemarin juga bahas sastra Korea >>> http://ekakurniawan.com/journal/the-vegetarian-han-kang-8511.php

      Kamsahamnida 😀

  4. Kalo di Inggris penulis Korea yg lagi terkenal banget tuh Han Kang, karyanya yg udah diterjemahkan ke bahasa Inggris tuh The Vegetarian sama Human Acts. Belum baca tapi pengen.

    • Wah iya Han Kang, novelnya masuk nominasi Man Brooker Prize tahun ini sama Lelaki Harimau-nya Eka Kurniawan.

  5. saya punya buku berbahasa korea, oleh-oleh dari korsel. Setiap buka halamannya selalu terasa menyenangkan memandangi kata-kata perkata meski tak tahu baca, apalagi artinya 🙂

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *