Sebut saya manusia kolot dari zaman purbawi. Dan nampaknya saya sangat tidak cocok dengan genre stage photography. Dari 12 frame klise film Kodak Gold 200 yang saya boroskan untuk menjepret suasana Pandai Besi manggung di Taman Film saat acara Festival Arsitektur Parahyangan kemarin (6/6/15), hanya foto di atas yang menurut saya paling bagus untuk dipamerkan.
Saking dalam kondisi trance karena bisa nyanyi bareng Cholil Mahmud, sampai hirau untuk menyetel kamera primitif secara sungguh-sungguh. Kapan lagi soalnya saya hafal lagu-lagunya satu band, sehingga bisa pede menyuarakan mulut. Yang pasti, untuk urusan mengabadikan momen saat konser memang saya bukan ahlinya. Berhubung kamera ponsel yang tidak terlalu mumpuni, dan kalau pun berkamera bagus tetap tak bisa berbagi momen indah itu karena Path sudah saya buang.
Jika boleh meminjam istilahnya Bre Redana, saya adalah pemuja kelambatan. Saking lambatnya, pas nonton Pandai Besi ini masih pakai sweater Efek Rumah Kaca.
Sering kita lupa, bahwa ada kalanya sebuah momen atau kejadian itu lahir di depan kita, hanya untuk dinikmati saat itu dan secara egois saja. Namun berkat gawai canggih, kita seringkali disibukan malah dengan merekam dibanding menikmati momen. Berbagi momen dengan melewatkan kesementaraan momen penuh orgasme tersebut.
Tapi saya tak menyalahkan, berbagi momen bukanlah suatu dosa. Bukankah berbagi adalah suatu kebaikan? Kalau ini menjadi kenikmatan kita ya silahkan.
Sayang aja beli tiket buat liat langsung malah milih liat lewat layar ya.
Nah iya kang, tapi konser yg ini mah masuknya gratis sih.
Komo haratis 😀
kemaren abis liat cuplikan konser di net.
itu penonton depan pada ngacungin hp nya semua buat ngerekam
ahelah mau nonton apa mau ngerekam sih sebenernye
kalo cuma motoin sekali dua kali sih gapapa
tapi ini dari awal konser sampe akhir
wkwkwk
Jadi menikmati momen sambil berbagi itu asik dan nikmat ya kang. Tapi kalo berbagi tentu tak orgasme, karena orgasme itu sesuatu yang dinikmati sendiri. Egoiskah? haha…
cara menikmati yang berbeda di beda zaman 😀
Yup, setuju!!!
Kadang banyak momen yang fotografis, jadi diabaikan gara-gara keasikan menikmati momen. Di situ saya merasa sedih. -_-
Kalau nonton konsersi, simpen semua gadget dan kamera~ lebih suka menikmati dari pada mengabadikannya 😀
Saya sih mengabadaikan iya, menonton iya, yang engga sih cuma nunggu semprotan air dari panitia aja wkwkwk