Menulis ekspresif adalah batu loncatan hubungan antara kesehatan dan aktivitas menulis.
Menulis ekspresif berasal dari dalam diri. Ini adalah tulisan personal dan emosional tanpa memperhatikan bentuk atau konvensi penulisan, seperti ejaan, tanda baca, dan kata kerja baku. Tulisan ekspresif tidak memperhatikan kepatutan: ia hanya mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hati kita. Maka matikan dulu pelajaran berbahasa.
Tulisan ekspresif lebih memperhatikan perasaan daripada peristiwa, ingatan, benda, atau orang dalam isi narasi.
Seperti dalam penulisan naratif, tulisan ekspresif mungkin memiliki pola cerita: awal, tengah, dan akhir. Meski seringkali, tulisan ekspresif bergolak dan tak dapat diprediksi, dan itu tak masalah. Tulisan ekspresif bukanlah apa yang terjadi, melainkan bagaimana perasaan kita tentang apa yang terjadi atau sedang terjadi.
Baca juga: Menulis Jurnal Sebagai Antidepresan
Hubungan antara tulisan ekspresif dan kesehatan telah dieksplorasi secara khusus oleh Dr. James Pennebaker di University of Texas, Austin. Dalam proyek penelitiannya, Pennebaker mengembangkan sebuah tulisan ekspresif yang mendorong untuk mengungkap potensi manfaat kesehatan dari menulis tentang pergolakan emosional.
Proyek penelitian Pennebaker telah direplikasi berkali-kali dengan hasil positif. Studi ini untuk selanjutnya sering disebut sebagai Paradigma Pennebaker.
Jadi Peneliti Diri Kita Sendiri
Untuk membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tulisan ekspresif dan apa yang bisa dilakukan, jadilah peneliti diri kita sendiri. Cobalah latihan ini, silakan baca instruksi umum ini sepenuhnya sebelum mulai menulis
- Waktu: Tulis minimal 20 menit per hari selama empat hari berturut-turut.
- Topik: Apa yang kita pilih untuk dituliskan harus sangat pribadi dan penting bagi kita.
- Menulis terus menerus: Jangan khawatir tentang tanda baca, ejaan, dan tata bahasa. Jika kita kehabisan hal untuk dikatakan, buat garis atau ulangi apa yang sudah kita tulis.
- Tulis hanya untuk diri sendiri: Kita mungkin berencana untuk menghancurkan atau menyembunyikan apa yang kita tulis. Jangan ubah latihan ini jadi semacam menulis surat. Latihan ini hanya untuk bacaan kita sendiri.
- Tetap jaga diri: Jika kita masuk ke dalam penulisan, dan kita merasa tidak dapat menuliskan tentang peristiwa tertentu karena itu akan menyakiti kita, STOP menulis!
- Tegapkan diri: Banyak orang akan merasa murung atau sedih setelah menulis ekspresif, terutama pada hari pertama atau setelahnya. Biasanya perasaan ini hilang sepenuhnya dalam satu atau dua jam.
Prompt Penulisan Pennebaker (Menulis selama 20 menit)
Dalam tulisan, kita harus benar-benar melepaskan dan mengeksplorasi emosi dan pemikiran terdalam kita tentang pengalaman paling traumatis dalam seluruh hidup kita.
Kita mungkin mengikat trauma ini dengan bagian lain dari hidup kita: masa kecil kita, hubungan kita dengan orang lain, termasuk orang tua, kekasih, teman, kerabat, atau orang lain yang penting bagi kita.
Kita dapat menghubungkan tulisan dengan masa depan kita dan seperti apa orang yang kita inginkan di masa mendatang, atau seperti apa kita sebelumnya, atau seperti apa kita sekarang.
Tidak semua orang mengalami trauma, tetapi kita semua memiliki konflik atau stres berat, dan kita dapat menulis tentang ini juga.
Semua tulisan bersifat rahasia. Tidak akan ada pembagian konten. Jangan khawatir tentang bentuk atau gaya, ejaan, tanda baca, struktur kalimat, atau tata bahasa.
Hasil
Istirahat sejenak setelah kita menulis untuk merenungkan apa yang kita tulis dan berbelas kasih kepada diri sendiri. Jika kita khawatir orang lain melihat apa yang kita tulis, letakkan tulisan di tempat yang aman, atau cukup sobek atau robek.
Namun jika kita tak khawatir seseorang dapat membaca apa yang telah kita tulis, kita mungkin masih ingin tetap menulis, sehingga kita dapat kembali ke tulisan terdahulu setelah menyelesaikan latihan empat hari ini.
Satu atau dua minggu setelah kita menyelesaikan empat hari penulisan ekspresif, kita mungkin ingin merenungkan apa yang kita perhatikan dalam hidup kita, bagaimana perasaan kita, dan bagaimana kita bersikap.
*
Referensi:
- James Pennebaker: http://homepage.psy.utexas.edu/homepage/faculty/pennebaker/Home2000/JWPhome.html
- Pennebaker, JW. (2004). Writing to Heal: A Guided Journal for Recovering from Trauma and Emotional Upheaval. (18-26).
Kumaha kabarkna kang. Semoga sehat dan sukses selalu.
Alhamdulillah sehat, tapi suksesna mah masih semoga hehe.
Saya suka menulis
ini bagus nih buat semacam jalur pengeluaran unek-unek yg daripada dipendam di kepala dan hati, mending diluapkan dan diceritakan dalam sebuah tulisan, mungkin rasanya akan seperti rasa plong setelah curhat ke teman, tapi bedanya, tulisan ga ada feedbacknya, ga ada yg nyemangatin kalo lagi sedih, tapi tetap terpuaskan karena emosi dan beban fikirannya tercurahkan.