Dalam semesta yang luas dan terus bercabang dari Type-Moon, Neco-Arc hadir sebagai anomali.
Sebagai karakter parodi dari Arcueid Brunestud dalam visual novel Tsukihime, Neco-Arc memadukan estetika kucing dengan absurditas parodi. Kemunculannya pertama kali di segmen “Teach Me, Ciel-sensei!” jika kita masuk Bad Ending.
Dari visual novel itu membuka jalan bagi perjalanan karier panjangnya dalam dunia meme dan fandom. Namun, bagaimana Neco-Arc berubah dari sekadar pelengkap humor menjadi ikon budaya pop digital?
Asal Muasal Neco-Arc: Dari Tsukihime ke Carnival Phantasm
Neco-Arc lahir dalam konteks yang sangat spesifik. Tsukihime, sebagai visual novel bergenre eroge, mengundang banyak pertanyaan tentang bagaimana Type-Moon menciptakan ruang untuk karakter seperti Neco-Arc di tengah narasi yang gelap dan serius.
Dalam segmen interaktif bersama Ciel, Neco-Arc memecahkan keheningan tragedi dengan komedi slapstick yang nyeleneh. Pada titik ini, Neco-Arc adalah sebuah komentar meta tentang medium yang digelutinya: parodi internal dari dunia Type-Moon itu sendiri.
Namun, jejaknya tidak berhenti di sana. Melty Blood, sebuah game fighting berbasis Tsukihime, menjadikan Neco-Arc sebagai karakter yang bisa dimainkan.
Kemudian, di Carnival Phantasm, Neco-Arc mendapatkan panggung yang lebih luas untuk menghibur dengan berbagai sketsa komedi yang mendekonstruksi dunia Type-Moon. Sebagai karakter, ia breaking the fourth wall yang mengingatkan penonton bahwa apa yang mereka konsumsi, pada akhirnya, adalah hiburan.
Kebangkitan Neco-Arc di Era Meme
Pengumuman remake Tsukihime: A Piece of Blue Glass Moon pada 2021 membawa angin segar bagi fandom Type-Moon. Namun, di balik sorotan terhadap Arcueid dan Shiki, Neco-Arc kembali mencuri perhatian.
Meme-meme Neco-Arc mulai membanjiri media sosial, menampilkan gambar, klip, dan remix audio dari Melty Blood dan Carnival Phantasm. Apa yang membuat karakter ini relevan di era meme adalah kemampuannya untuk menjadi wadah humor absurd yang melintasi batas budaya.
Meme, seperti Neco-Arc, adalah produk dari ingatan kolektif yang terus diperbarui. Sebuah klip YouTube yang diunggah sepuluh tahun lalu tiba-tiba menemukan audiens baru di TikTok atau Twitter.
Dalam konteks ini, Neco-Arc adalah arketipe karakter meme: mudah dikenali, lucu tanpa konteks, dan memiliki daya tarik visual yang sederhana namun efektif. Kepopulerannya kembali di awal 2020-an adalah bukti bagaimana budaya digital memanfaatkan nostalgia untuk menciptakan tren baru.
Sebagai parodi, Neco-Arc tidak hanya mengejek karakter asli yang ia tiru, tetapi juga sistem produksi budaya pop secara keseluruhan. Ia adalah sebuah kritik terhadap keseriusan yang sering melekat pada media seperti visual novel dan anime. Namun, di sisi lain, ia juga adalah hiburan murni: seekor kucing antropomorfik yang mengeluarkan suara aneh dan melakukan hal-hal bodoh.
Ia memanfaatkan absurditas untuk menawarkan pelarian dari narasi besar yang sering membebani konsumen media. Namun, berbeda dengan karya-karya tersebut, eksistensi Neco-Arc lebih terfragmentasi: ia hidup dalam klip, meme, dan kompilasi YouTube, menjadikannya entitas digital yang melintasi medium.
Neco-Arc adalah cermin dari bagaimana kita mengkonsumsi dan memproduksi budaya pop di era digital. Ia adalah bukti bahwa sesuatu yang awalnya kecil dan tidak signifikan dapat menemukan relevansinya dalam konteks baru. Dalam dunia yang sering kali terlalu serius, ia mengingatkan kita akan pentingnya tertawa.
Pada akhirnya, Neco-Arc adalah lebih dari sekadar kucing atau meme; ia adalah simbol dari bagaimana absurditas bisa menjadi cara kita memahami dunia yang semakin kompleks.
Agar tak ketinggalan tulisan terbaru soal anime dan beragam informasi menarik lainnya, bisa ikuti di Google News.