Pada 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Bandung dan kreativitas merupakan pasangan yang sulit dipisahkan. Hal ini salah satunya disebabkan warganya yang hobi ‘ngariung’, senang kumpul bareng-bareng. Dari sekedar untuk berbagi omong kosong dan keluh kesah sampai untuk beradu pemikiran dan ide.
Ya, hampir semua hal besar memang berawal dari aktivitas ngariung ini. Dan di Bandung, pernah diadakan satu ngariung yang paling fenomenal dan berdampak bagi dunia, Konferensi Asia-Afrika.
Bahwa Bandung terkenal juga sebagai ibukota Asia-Afrika memang bukan suatu kebetulan. Setelah usai Perang Dunia II, Vietnam dan Indonesia tampil sebagai pelopor Asia-Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme. Dan Bandung diberi kehormatan untuk dijadikan tempat konferensi, dan gedung yang bernama Sociëteit Concordia dipilih sebagai tempat ngariung-nya.
Ironis, Gedung Merdeka yang merupakan tempat ngariung paling bersejarah ini pernah dipakai konser dangdutan, yang membuat heran para turis dari China yang notabene warganya sangat respek dengan peristiwa KAA. Memang benar, bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya.
Berkat peristiwa memalukan tadi, akhirnya pada Maret 1980, gedung bergaya art deco rancangan dari Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25. Pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto.
KAA dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa ga hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.
“ZORG, DAT ALS IK TERUG KOM HIER EEN STAD IS GEBOUWD”
Sebuah intruksi yang diberikan Gubernur Jenderal Daendels ketika melintasi jembatan Sungai Cikapundung yang baru selesai dibangun. Arti dari bacotan Belanda itu adalah “Coba usahakan, bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun suatu kota”.
Dibanding kota-kota besar lain di Indonesia, Bandung terbilang masih muda. Hanya sebuah kota ciptaan kolonial. Nuhun buat Daendels telah membangun Jalan Pos Anyer-Panarukan yang melewati sebuah dataran tinggi bekas kawah purba. Yang karenanya tercipta sebuah kota bernama Bandung ini.
Dan terkutuklah kau wahai Daendels karena melakukan kerja paksa berujung genosida yang merenggut sampai puluhan ribu orang pribumi. Sialan kau!
Buku rekomendasi: Pramoedya Ananta Toer – Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Sebagai fanboy dari Pram, tentunya roman tetralogi Bumi Manusia menjadi bacaan favorit saya. Dan yang paling saya suka yakni tokoh utamanya Minke sebagai representasi dari sosok Tirto Adhi Soerjo sang pendiri Medan Prijaji. Sebuah koran pertama berbahasa Melayu yang dikelola pribumi dengan uang dan perusahaan sendiri.
Bukan hanya sekadar memberitakan sebuah peristiwa atau kebijakan yang merugikan publik, namun Medan Prijaji terjun langsung menangani kasus-kasus yang menimpa orang kecil.
Surat kabar ini pun pernah menjadi sorotan publik internasional pada waktu itu saking larisnya. Selain memang karena sang redaktur Tirto Adhi memegang peran penting di Syarikat Islam, dan tentunya memakai surat kabar ini sebagai media propaganda organisasi pergerakan nasional ini.
Jadi jauh sebelum KAA tadi, Bandung sudah memberikan kontribusi bagi Indonesia lewat Medan Prijaji ini. Bukan hanya “Bandung Untuk Indonesia”, tapi lebih dari itu, “Bandung Untuk Dunia”. 😎
Tanpa mendeskritkan kota-kota lainnya di Indonesia, jangan iri bagi yang ga tinggal di Bandung. Silahkan buat sesuatu yang berdampak di wilayahmu masing-masing. Mulai dengan ‘ngariung’, dan kalau bisa lanjut ke ‘ngaleut’.
emang orang bandung kreatid tidak diragukan lg itu
hidup persib lah!
Hidup Persib dan Pelita Bandung Raya!
Menarik jalan-jalannya karena belajar sejarah. Keren
Sekaligus buat kardio juga. 😀
Aduh bulan depan mau ke Bandung rencananya nih, rekreasi favorit kang arip di bandung tempat mana aja kang? boleh dong bagi2 😀
Wisata taman aja, kalau mau yg lebih sejuk wisata ke Bandung selatan.
Kalau ke sini pas weekend, pas malam Minggunya dateng ke Culinary Night, dan Minggu paginya ikutan jalan-jalan sama Komunitas Aleut ini. 😀
Bagaimana kondisi pusat pusat sejarah lain nya di bandung ?
udah lama euy ga ke bandung.heheh
Yang pasti pribumi mah hobinya cuma bisa merusak.
Emang sialan bener tuh si Daendels.. -_-
Si sialan yg punya kontribusi melakukan pembangun di Hindia Belanda.
Wow bandung emang kerenn euyy
Keren pisan lah. 😎
Jadi kangen Bandung…
Sama aku ga kangen?
Keren. Jadi pengen ke Bandung. 🙂
[…] diambil di daerah sekitar Gedung Sate yang mau ke Taman Lansia pas lagi Ngaleut episode “Dari Bandung Untuk Indonesia” […]
[…] Tautan asli: http://arifabdurahman.com/2014/09/23/ngaleut-episode-bandung-untuk-indonesia/ […]
[…] diambil di Grote Postweg alias Jalan Raya Pos di sekitar Kantor Pikiran Rakyat saat lagi Ngaleut eps. ‘Bandung Untuk Indonesia’. Koleksi jepretan di laptop yang saya angkat berhubung ngepas sama tema wpc minggu ini, […]