Bersyukurlah, kalau perlu langsung sujud syukur. Sebab kita lahir di zaman yang setidaknya sedikit lebih baik, hidup di era kapital ketimbang kolonial. Ya, meski pendidikan sudah dikapitalisasi, tapi lebih mending daripada pendidikan politik etis penuh intrik dan diskriminatifnya Belanda. Pada masih bisa mencicipi nikmatnya bersekolah kan?
Berbicara soal pendidikan, saya rupanya melupakan salah satu elemen penting dari hal ini: menulis. Sebuah kesalahan besar karena ga mencatat pemaparan yang disampaikan saat Ngaleut. Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Duh saya hilap pesan Imam Syafii ini.
Jadi harap maklum info yang bakal saya sampaikan cuma secuil dan mungkin ga valid. Masih anak bawang di Komunitas Aleut, dan ini ngaleut perdana saya.
Gambaran tentang kondisi pendidikan modern di era kolonial pada awal abad 20 sebelumnya telah sedikit saya ketahui berkat roman Tetralogi Bumi Manusia-nya Pramoedya. Selain sebagai politik etis, pembangunan fasilitas pendidikan di Hindia Belanda bertujuan dalam misi zending juga sebagai pencetak sumber daya manusia yang murah.
Bandung saat itu akan diplot untuk dijadikan pusat pemerintahan Hindia Belanda. Beragam infrastruktur dibangun, salah satunya fasilitas pendidikan. Iklim sejuk yang dimiliki seperti di Belanda sana juga menjadi alasan tepat Bandung untuk dijadikan kota pendidikan.
Theodore Conrad Van Deventer, yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Sumur Bandung, merupakan tokoh politik etis yang menekankan akan pentingnya edukasi, migrasi, dan irigasi bagi pribumi. Pada masa politik etis inilah, sifat sekolah diubah dari elitis menjadi populis. Salah satu usaha Van Deventer dan istrinya adalah mendirikan Yayasan Kartini, yang kemudian menelurkan Sekolah Kartini sebagai wadah kepedulian bagi pendidikan khusus kaum perempuan muda pribumi.
Nah, Sekolah Kartini di Jalan Van Deventer inilah lokasi terakhir ngaleut kemarin. Berawal dari Balai Kota, menyusuri Jalan Merdeka dari Santa Angela menuju Unpar dan dilanjutkan ke Santa Aloysius. Kemudian ngaleut menuju SMA paling ngehits di Kota Bandung, SMAN 5. Lalu terus ke Bala Keselamatan.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=ceTeqras7Mc]
Oh ya belum dijelasin nih, ‘ngaleut’ dari kata ‘aleut’ itu artinya ‘berjalan beriringan’. Aktivitas ini lah yang rutin diadakan tiap Minggu oleh Komunitas Aleut untuk menyusuri jalan Kota Bandung sembari mempelajari sejarahnya. Dan setelah sekian lama cuma bisa memantau akun twitternya, akhirnya saya bisa ikutan ngaleut juga.
Untuk urusan jalan kaki keliling Bandung sih udah biasa, jalan sendirian tapi. Soalnya banyak bangunan unik dan antik di kota ini. Sekaligus sekarang lagi terobsesi sama street photography, semoga dengan ikutan ngaleut ini bisa sambil belajar. Selain itu, motif lainnya ikutan ya buat kardio dan nambah teman aja, mungkin juga pacar.
Harusnya mah saya tuh moto-moto gedungnya, tapi apa daya ternyata hasil jepretannya pada kebakar (baca: overexposure). Lagi belajar meningkatkan kualitas foto dengan cara ga melihat liveview kamera kalau udah jepret. Dan ya, saya dapat pelajarannya.
Kalau yang masih belum merasa puas sama sedikitnya info dan foto yang saya berikan, silahkan tengok ini:
- Blog: Dunia Aleut!
- Facebook: Komunitas Aleut
- Twitter : @KomunitasAleut
nanya orang sunda artinya aleut itu apa. nggak ngerti. eh di bawah ada penjelasannya 😀
Bahasa halus emang, jadinya emang ga banyak yg tahu.
[…] Tautan Asli: http://arifabdurahman.com/2014/09/16/ngaleut-perdana-bandung-kota-pendidikan/ […]
Mulia banget motifnya.. Menambah teman yang syukur-syukur jadi pacar.. 😀
Iya dong, memperluas silaturahmi berarti kan memperluas juga datangnya rezeki dan juga jodoh. 😀
Kegiatan yang menyenangkan itu, kalau ada hubungannya dengan hobi… 🙂
Kegiatan yg menyenangkan juga kalau bisa dilakukan dengan si dia.
Tapi sayangnya saya belum punya. 🙁
Semoga segera bertemu dengan si dia. Sehingga dapat segera menyempurnakan separuh agama. 🙂
Kegiatan yang keren dan perlu dibudayakan di beberapa daerah
Dan siapa lagi yg bisa membudayakan kalau bukan warga daerah tersebutnya.
Seneng banget baca postingan ini. Sambil membayangkan Bandung.
Terbayang sama mantan ya?
Uwow, Komunitas Aleut buka cabang ndak di Jakarta? Hehe
Mungkin Jakarta juga punya komunitas heritage sendiri.
Untuk heritage memang ada, sebagai contoh saja LWG DMO Kota Tua Jakarta.
pengin ikutan ngaleut juga ih, asik kayaknya.
Asyik bingits kakak. 😀
wahhh seruuu , kalau dibandung ada komunitas Aleut , di kota medan ada komunitas yang serupa dengan nama @MedanHeritage . sukses ya buat komunitas nya untuk mengajak masyarakat nya mengenal sejarah kotanya
Bisa nih kalau sekali-kali studi banding sama Medan Heritage.
Kenali sejarah kotamu, maka makin cinta kau kepadanya. 😀
masih untung ga kebakar semua hasil jepretannya 😀
Ah tapi bisa diakali di kamar gelap digital yg bernama Lightroom dan Photoshop. 😀
[…] ini diambil di Jalan Merdeka dekat Bandung Indah Plaza ketika saya tengah Ngaleut Pendidikan pas hari Minggu […]
Wah istilah baru yang keren mas Ngelautt mantap” saya suka berjalan beriringan pasti nambah pacar bisa juga yax?? wkwkw pizz mantap mas arif seru juga kayanya tuh
Bukan ngelaut, tapi ngaleut.
Iya semoga aja nantinya bisa berjalan beriringan dengan si dia.
haha lucu banget itu tulisannya bener-bener sunda, kang maaf OOT mau nanya. Haram Jada Ula gandeng apaan sih artinya?
Mungkin “haram jadah ulah gandeng”.
Haram jadah = artinya bisa haram banget atau ga mau banget
Ulah gandeng = jangan berisik
Intinya ya jangan berisik.
Videonya mantap bro Arip,,cara pengambilan gambarnya keren
Masih belajar padahal mah.
Hasil jepretannya keren mas, hehehe… Sayangnya kegitan seperti ini nggak ada di daerah saya 🙂
Harus dibikin berarti. 😀
Asik nih rip kalo ada di Jakarta juga. Btw, jepretan lu keren-keren. Kameranya apa ya? Diedit lg gak?
Pokoknya kamera yg dibeli dari hadiah lomba blog plus lensa yg dibeli dari sisa beasiswa.
Pake filter old school gitu di Lightroom.
Kang, abdi Fitriane, bade tumaros, upami hoyong ngiringan komunitas aleut kumaha carana? Nuhun..
Pantau akun na, terus lamun bade ngiringan ngaleut tinggal konfirm via sms ka cp, ka Kang Vecco namina. Enjingna tinggal kumpul di meet point. Lamun nu karek ngiringan mah mayar iuran 10 rebu kanggo satauneun, engke bakal dipasihan pin.