Meme “Padoru Padoru” adalah salah satu fenomena internet yang berhasil menyatukan penggemar anime dari seluruh dunia.
Video dengan karakter chibi yang bernyanyi ini akan berkeliaran di bulan Desember, khususnya di momen Natal.
Bagi yang belum tahu, meme ini diambil dari lagu yang dinyanyikan oleh karakter Nero Claudius dari game Fate/Extra saat ia mengenakan kostum Santa Claus.
Dengan nada ceria, Nero melantunkan, “Padoru Padoru,” yang menjadi semacam lagu Natal Jepang yang merupakan parodi dari “Jingle Bells.”
Namun, di balik kemeriahan ini, ada lapisan-lapisan sejarah dan budaya yang layak untuk kita telaah lebih dalam.
Nero Claudius: Dari Kaisar Romawi Jadi Waifu Ceria
Nero Claudius, dalam sejarah asli Romawi Kuno, dikenal sebagai salah satu kaisar paling kontroversial. Ia memerintah dari tahun 54 hingga 68 Masehi, dengan reputasi sebagai seorang seniman ambisius sekaligus pemimpin yang kejam.
Nero memiliki kecintaan mendalam terhadap seni pertunjukan; ia sering tampil sebagai penyair, musisi, dan aktor, meskipun perilaku ini dianggap tidak pantas bagi seorang kaisar.
Namun, sisi gelap Nero tidak bisa diabaikan. Ia dituduh membakar kota Roma, meskipun bukti sejarah menunjukkan bahwa klaim ini mungkin dilebih-lebihkan oleh musuh-musuh politiknya.
Ia juga dikenal karena tindakan brutal terhadap keluarganya sendiri, termasuk pembunuhan ibunya, Agrippina. Gambaran Nero sebagai seorang diktator sadis bertahan selama berabad-abad sebagai simbol tirani.
Sebaliknya, Nero Claudius dalam Fate series, yang pertama muncul di Fate/Extra, adalah antitesis dari sosok historisnya.
Dalam seri ini, Nero adalah seorang Saber dengan kepribadian ceria, percaya diri, dan penuh kasih terhadap sang Master. Ia memproklamirkan dirinya sebagai “The Emperor of Roses,” seorang penguasa yang memprioritaskan keindahan dan seni.
Karakter Nero di Fate dirancang untuk memancarkan daya tarik dan pesona, meninggalkan warisan historisnya yang gelap demi narasi yang lebih ringan dan romantis. Transformasi ini menunjukkan bagaimana budaya pop dapat merekonstruksi tokoh sejarah menjadi ikon modern dengan konteks yang sepenuhnya baru.
Padoru Padoru: Lirik Lagu dan Makna
Lagu “Padoru Padoru” pada dasarnya adalah adaptasi dari “Jingle Bells,” tetapi dengan lirik yang diubah dengan main-main.
Dua baris pertama adalah lirik lagu Jingle Bells dalam Bahasa Jepang. Artinya “melintas cepat di atas salju, meluncur seperti angin.”
Sementara sisanya diubah sama Nero. Tsukimihara adalah nama sekolah latar Fate/Extra berlangsung. Banyak yang mengartikan langsung “Tsuki” dengan bulan. Meski tak terlalu salah, karena Tsukimihara Academy memang berada di Moon Cell (spoiler).
Bagian “Padoru Padoru” sendiri adalah otonomepia. Berasal dari pelafalan Jepang untuk “Paddle,” yang mengacu pada gambaran Santa Claus yang bepergian melintasi langit untuk menyampaikan hadiah.
Ketika Nero menyanyikan lagu ini dalam kostum Santa Claus, ia memancarkan keceriaan yang kontras dengan citra serius atau menakutkan dari versi historis dirinya.
Namun, meme “Padoru Padoru” tidak hanya menjadi hiburan semata. Popularitasnya menunjukkan bagaimana elemen budaya pop Jepang sering kali terputus dari konteks aslinya dan diadopsi oleh komunitas global sebagai simbol universal keceriaan.
Dalam hal ini, “Padoru Padoru” adalah bukti bagaimana elemen budaya dapat diubah, didaur ulang, dan dijadikan bagian dari narasi kolektif yang jauh dari asal-usulnya.
Interpretasi Budaya Populer
Mengapa Nero Claudius versi Fate dapat diterima secara luas sebagai ikon yang ceria dan menggemaskan, sementara sosok aslinya begitu kontroversial?
Jawabannya mungkin terletak pada kebutuhan kita untuk menciptakan pahlawan yang dapat memenuhi kebutuhan emosional dan estetika modern. Di dunia yang penuh tekanan, versi Nero yang riang menawarkan pelarian yang menyenangkan.
Sementara itu, meme “Padoru Padoru” adalah representasi dari bagaimana budaya digital menciptakan ruang baru untuk ekspresi kolektif. Dalam meme ini, kita melihat bagaimana tokoh-tokoh sejarah dan budaya dipadukan dengan kreativitas modern, melahirkan simbol baru yang bisa diakses oleh siapa saja.
Dengan demikian, “Padoru Padoru” bukan hanya sekadar meme; ia adalah refleksi dari bagaimana sejarah, budaya, dan kreativitas modern dapat bersatu dalam harmoni yang tak terduga. Dari Kaisar Romawi yang kejam hingga waifu yang menggemaskan, Nero Claudius adalah bukti bahwa dalam budaya pop, segalanya mungkin.
Agar tak ketinggalan tulisan terbaru dan menarik dari Kearipan, bisa ikuti di Google News.