Berapa Penghasilan Seorang Mangaka di Jepang?

Manga, sebutan untuk komik asal Jepang, sudah menjadi salah satu budaya dan industri yang dikenal di luar Negeri Sakura.

Seorang mangaka, seniman yang melahirkan dunia-dunia fiktif di atas kertas, kerap dipandang sebagai sosok yang menjalani kehidupan impian, berlimpah royalti dan ketenaran.

Di Jepang, manga dibaca oleh berbagai kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak judul manga yang sangat populer dicetak di sana dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Namun, di balik setiap panel yang kita nikmati, tersembunyi realitas kompleks tentang bagaimana seorang mangaka mendapatkan penghasilan.

Sumber Penghasilan Seorang Mangaka

manga shonen perempuan mangaka

Seorang mangaka bisa bekerja dari pagi hingga malam untuk menyelesaikan beberapa halaman atau sejumlah chapter, mereka kadang lupa mandi, hanya makan makanan instan atau jarang membereskan ruangan akibat harus menyelesaikan manganya.

Lantas, berapa sih penghasilan seorang mangaka? Hal tersebut pasti banyak dipertanyakan para pencinta bacaan yang satu ini.

Secara garis, ada tiga pilar utama dari penghasilan mangaka. Masing-masing pilar ini menawarkan bayangan yang berbeda tentang kesejahteraan seorang kreator komik di Jepang.

1. Genkouryou (Bayaran Per Halaman)

Genkouryou merupakan pendapatan pokok dari seorang mangaka yang mereka terima dari perusahaan yang menerbitkan karya mereka. Biasanya, bayaran ini dihitung per halaman.

Setiap halaman manga yang dikerjakan dengan susah payah, mulai dari sketsa kasar hingga garis akhir yang detail, memiliki nilai yang berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan ketenaran sang mangaka.

Untuk seorang mangaka pemula yang berkarya di majalah mingguan, seperti Weekly Shonen Jump, bayaran per halaman biasanya berkisar antara 5.000 hingga 12.000 yen. Sekitar Rp500 ribu sampai Rp1,2 juta.

Angka ini mungkin terlihat besar jika dikonversikan ke mata uang lain, tetapi bila dikalkulasikan dengan jumlah jam yang dihabiskan untuk menggambar satu halaman, yang kadang mencapai belasan jam, penghasilan ini tidaklah semewah yang dibayangkan.

Bayangkan jika seorang mangaka harus menggambar 20 halaman setiap minggu untuk memenuhi tenggat waktu, maka dalam sebulan mereka bisa membawa pulang sekitar 400.000 yen (sekitar Rp40 juta). Angka yang cukup untuk hidup sederhana di Tokyo, tetapi di situlah ujian hidup seorang mangaka dimulai.

Namun, untuk mangaka terkenal seperti Eiichiro Oda, kreator One Piece, atau Akira Toriyama, pencipta Dragon Ball, angka genkouyou ini bisa melambung.

Oda, misalnya, dilaporkan mendapatkan sekitar 50.000 yen (sekitar Rp5 juta) per halaman. Ini berarti, hanya dari genkouyou, dalam satu chapter (biasanya 20 halaman), Oda bisa mengantongi 1 juta yen (sekitar Rp100 juta) setiap minggu. Penghasilan fantastis yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang.

Meski begitu, mangaka yang sudah mapan biasanya mempekerjakan beberapa asisten. Jadi penghasilan tadi harus dibagi lagi untuk menggaji asisten mangaka, yang biasanya bukan hanya satu dua orang saja.

2. Inzei (Lisensi)

Jika genkouyou adalah penghasilan dari kerja keras fisik, inzei adalah buah dari popularitas dan pengaruh.

Inzei berasal dari lisensi, terutama dalam bentuk adaptasi anime, film, video game, merchandise, dan kerja sama dengan berbagai pihak komersial.

Bagi seorang mangaka yang karyanya telah diadaptasi ke media lain, inzei bisa menjadi sumber penghasilan pasif yang mengalir tanpa henti.

Ambil contoh Rumiko Takahashi, mangaka legendaris yang karyanya seperti Inuyasha dan Ranma ½ mendunia. Karya-karyanya tidak hanya diterbitkan di berbagai negara, tetapi juga diadaptasi menjadi anime, drama, dan film layar lebar.

Dari setiap adaptasi tersebut, Takahashi menerima inzei, yang jumlahnya bisa berkisar antara 1 hingga 10 persen dari total keuntungan yang dihasilkan. Jika film adaptasi dari manga-nya menghasilkan 1 miliar yen di box office, inzei yang diterimanya bisa mencapai 10 juta yen hanya dari satu sumber saja.

Inzei adalah mata air yang terus mengalir, bahkan ketika sang mangaka sudah tidak lagi aktif menggambar.

Inilah yang membuat para mangaka senior seperti Yoshihiro Togashi pencipta Hunter x Hunter atau mendiang Kentaro Miura pencipta Berserk tetap mendapatkan penghasilan meski karya mereka sering hiatus, tidak dirilis secara reguler.

3. Royalti

Di antara penghasilan mangaka, royalti adalah salah satu sumber yang paling langsung dan stabil. Royalti dihasilkan dari penjualan volume manga (tankoubon), baik fisik maupun digital.

Di Jepang, royalti standar untuk seorang mangaka berkisar antara 8 hingga 10 persen dari harga jual per buku. Untuk setiap volume manga yang dijual seharga 500 yen, seorang mangaka mendapatkan 40 hingga 50 yen.

Tampaknya kecil? Memang, jika volume manga hanya terjual beberapa ribu kopi. Namun, bagi mangaka seperti Kohei Horikoshi, pencipta My Hero Academia, yang manga-nya terjual jutaan kopi setiap volume, royalti ini bisa berubah menjadi penghasilan besar.

Misalnya, jika satu volume terjual 3 juta kopi, dengan harga 500 yen per buku, maka penghasilan dari royalti bisa mencapai 150 juta yen. Itu baru dari penjualan manga, belum termasuk penjualan edisi digital dan merchandise yang berpotensi menambah royalti yang diterima.


Namun, tidak semua mangaka beruntung bisa menikmati gemerlapnya inzei dan royalti besar. Sebagian besar mangaka hidup dari genkouyou yang relatif kecil, sambil berharap karyanya suatu hari akan meledak dan menjadi fenomena.

Penghasilan mereka bisa sangat fluktuatif dan penuh ketidakpastian. Ditambah lagi, biaya operasional, seperti menyewa studio, membayar asisten, dan pengeluaran harian, sering kali memangkas penghasilan bersih yang mereka terima.

Mangaka legendaris seperti Osamu Tezuka dikenal karena produktivitas luar biasa, namun di balik itu, ia juga terjebak dalam lingkaran kerja tanpa henti demi memenuhi tenggat waktu. Dalam wawancaranya, Tezuka pernah menyebut bahwa hidup sebagai mangaka adalah seperti “terus berlari tanpa pernah berhenti, bahkan ketika tubuhmu sudah meminta istirahat.”

Namun, bagi sebagian mangaka, menciptakan cerita yang mampu menyentuh hati jutaan orang mungkin jauh lebih berarti daripada angka di rekening bank mereka. Sebab, di balik penghasilan yang terukur, ada kekayaan tak terlihat: kepuasan menciptakan dunia yang bisa menginspirasi, menghibur, dan menyentuh kehidupan banyak orang.

Begitulah, di antara panel-panel hitam putih yang penuh aksi, tawa, dan air mata, tersimpan kisah pengorbanan yang jarang kita sadari.

Agar tak ketinggalan tulisan terbaru dari Kearipan soal anime dan info menarik lainnya bisa ikuti di Google News.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1880

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *