Perbedaan Kesedihan dan Depresi

Ketidakmampuan untuk membedakan antara kesedihan dan depresi dapat membuat kita bereaksi secara tak tepat.

Kita sering mendengar istilah “depresi” dilontarkan dengan ringan dalam percakapan. Kita mungkin habis pulang dari hari yang menegangkan di tempat kerja dan memberi tahu keluarga kita saat makan malam bahwa kita mengalami depresi. Kita mungkin telah menerima kabar buruk tentang orang yang kita cintai dan mengatakan pada diri sendiri bahwa kita mengalami depresi.

Tentu saja, kita mungkin mengalami depresi, tetapi seringkali kita membingungkan kesedihan dengan depresi. Kesedihan adalah gejala depresi, dan karena kita mengaitkan ini bersama-sama, kita sering bergelut untuk membedakan antara dua kondisi psikologis umum ini.

Menyamakan Kesedihan dan Depresi Menciptakan Masalah Signifikan

overthinking girl
Foto: Anthony Tran / Unsplash

Ketidakmampuan untuk membedakan antara kesedihan dan depresi dapat menyebabkan kita mengabaikan kondisi psikologis yang parah (depresi) dan bereaksi berlebihan ke keadaan emosi normal (kesedihan).

Jika kita terlalu sering menggunakan istilah depresi ketika kita menggambarkan keadaan emosional kesedihan kita, kita menyederhanakan gangguan kesehatan mental yang utama.

Depresi adalah gangguan kesehatan mental serius yang memiliki implikasi luas pada kehidupan pribadi kita, kehidupan profesional, dan masyarakat secara keseluruhan. Pada 2017, 300 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi.

Apa Itu Kesedihan?

Kesedihan adalah emosi normal yang dipicu oleh peristiwa buruk tertentu atau pengalaman buruk. Dengan kata lain, kita menjadi sedih tentang sesuatu yang spesifik. Keadaan emosi ini menghilang setelah beberapa waktu atau setelah sesuatu yang baik, menggantikan peristiwa menyakitkan yang memicu kesedihan awal.

Kesedihan bersifat sementara. Kita mungkin merasa sedih untuk sesaat, satu jam, atau bahkan beberapa hari. Setiap individu akan mengalami kesedihan, mungkin lebih dari sekali, dalam hidupnya. Kita mungkin menjadi sedih karena hubungan romantis kita berakhir, atau kita tidak berhasil dalam ujian, atau kita menghabiskan malam bertengkar dengan seorang teman.

Kita sering dapat menemukan kelegaan dari kesedihan kita dengan menangis, melampiaskan, atau membicarakan situasi kita.

Apa Itu Depresi?

Depresi adalah gangguan kesehatan mental, keadaan mental dan emosional yang abnormal, yang memengaruhi cara kita berpikir dan merasakan segala sesuatu.

Depresi merembes ke setiap aspek kehidupan kita, dan ketika kita mengalami depresi, kita merasa mati rasa atau sedih tentang segalanya. Segala sesuatu dalam hidup kita kurang menyenangkan, kurang menarik, dan kurang penting. Hal-hal yang pernah kita cintai dan hasratkan tidak lagi memberi kita makna atau tujuan.

Depresi, berbeda dengan kesedihan, tidak harus memiliki pemicu mendasar yang spesifik. Individu sering mengalami depresi “tanpa alasan tertentu.” Di permukaan, mereka mungkin tampak seperti memiliki kehidupan baik-baik saja. Pekerjaan yang bagus, keluarga yang penuh kasih, rumah yang indah, tetapi dalam kenyataannya, mereka menyembunyikan emosi mereka di balik topeng.

Mereka mungkin hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur di pagi hari. Mereka mungkin bergumul dengan hubungan mereka. Mereka mungkin kesepian. Mereka mungkin tidak lagi menemukan kepuasan atau tujuan dalam pekerjaan mereka.

Depresi membuat kita kurang sabar dan cepat marah. Sayangnya, banyak orang beranggapan bahwa seseorang dapat keluar dari depresi mereka. Mereka salah menafsirkan bahwa depresi bukanlah pilihan atau keadaan pikiran. Depresi adalah penyakit mental.

Tanda dan Gejala Depresi

Untuk didiagnosis secara formal dengan major depressive disorder (MDD), seseorang harus mengalami perasaan tertekan atau kehilangan minat atau kesenangan dalam hampir semua kegiatan selama setidaknya dua minggu serta setidaknya lima gejala lainnya termasuk yang berikut:

  • Perubahan pola tidur: Sulit tidur atau terlalu banyak tidur
  • Penurunan energi atau perasaan lelah setiap hari
  • Perubahan nafsu makan atau berat badan: Menambah berat badan, menurunkan berat badan, makan berlebihan atau makan jauh lebih sedikit
  • Perasaan bersalah atau tidak berharga
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Gerakan fisik yang lambat atau gerakan tanpa tujuan yang tidak disengaja yang terlihat oleh orang lain
  • Pikiran berulang tentang bunuh diri

Mengobati Kesedihan vs Mengobati Depresi

Kesedihan dapat diatasi dalam waktu singkat. Kita dapat mengekspresikan emosi kita, “menangis”, pergi bersama teman-teman, atau menghabiskan waktu di luar rumah. Mengekspresikan kesedihan atas kehilangan orang yang dicintai mungkin membutuhkan waktu, tetapi kita masih bisa menemukan kebahagiaan dalam aspek lain kehidupan kita. Libatkan diri lebih banyak dengan aspek-aspek bahagia ini.

Depresi paling baik diobati dengan kombinasi obat-obatan dan psikoterapi. Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati depresi adalah selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Semua obat, termasuk SSRI, datang dengan efek samping, dan oleh karena itu penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai perawatan ini.

Cognitive Behavioral Treatment (CBT) atau Terapi Perilaku Kognitif adalah pendekatan psikoterapi andalan dalam mengobati depresi. Perawatan untuk depresi tidak terjadi dalam semalam; ini adalah proses dan dapat memakan waktu, dan pendekatan perawatan yang berbeda.

Depresi adalah penyakit mental yang lazim, dan lewat perawatan yang benar hal ini bisa diatasi.

*

Referensi:

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1829

7 Comments

  1. pergi ke ahli memang sangat disarankan
    daripada self diagnosis yang makin memperparah keadaan
    memang kesehatan mental ini harus menjadi kesadaran bersama
    terlebih pada diri sendiri

  2. Hi Kak Arif, kunjungan balik ke sini 🙂

    Banyak orang yang masih menganggap kesedihan dan depresi itu sama, atau saling tertukar. Yang paling bahaya itu adalah self diagnose, menganggap diri depresi padahal tidak, menganggap diri fine-fine aja padahal udah masuk tahap depresi. That’s why, kalau udah merasa tidak baik, lebih baik langsung konsultasi ke ahli, ya.

    Terima kasih atas tulisan Kak Arif! Aku jadi diingatkan kembali mengenai perbedaan antara kesedihan dan depresi, yang kadang sering dianggap sama dan diremehkan :'(

  3. well, mungkin karena kata “depresi” di jaman sekarang juga terlalu digeneralisasi dan digunakan secara bebas oleh2 orang2(mostly remaja hingga dewasa muda) yang lagi sedih dan gejalanya juga susah dideteksi oleh orang awam. Contohnya org yg lagi patah hati bisa saja susah konsentrasi, pola tidur berubah, selalu lelah, merasa tidak berharga, bahkan dalam beberapa kasus pengen bunuh diri. apakah itu tandanya lagi depresi? bisa jadi, dan bisa aja emang lebay karena kebanyakan konsumsi drama romansa :p

    stigma masyarakat dan dukungan keluarga sama yang beneran mengalami kesehatan mental juga masih kurang sehingga banyak yang enggan konsultasi ke ahlinya dan memendam rasa sendiri

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *