“Kalau nanti ditanya malaikat nih, ari Surayah mau jawabnya sebagai orang beriman apa orang bermain?”
“Orang bermain!”
Kemudian Ketua Front Pembela Islam, Kristen, Hindu & Budha ini menjelaskan lebih lanjut pilihan jawaban tadi, ngalor-ngidul emang. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang saya siapkan, soal filsafat dan fotografi -berhubung ini acara yang diadakan @airfotonetwork. Tapi saya terpaksa milih pertanyaan setengah konyol itu, ya karena mau bertanya apapun, si Pidi Baiq ini pasti bakal jawab semaunya. Yang pasti, berkat pertanyaan tadi saya jadi tahu kalau si Dilan geng motornya XTC!
Selain Tetralogi Buru-nya Pram, saya juga menyukai Tetralogi Drunken. Ya, Pidi Baiq adalah penulisnya, yang bikin Drunken Monster, Drunken Molen, Drunken Mama, dan Drunken Marmut itu. Dan orang ini juga yang menulis berbagai karya tulis aneh, yang anehnya laku dibeli orang. Beliau, yang punya akun @pidibaiq ini ternyata masih muda, dulunya. Dan di acara ini, sang Haji disuruh ngasih pengajian seputar fotografi. Astagfirullah.
Bertempat di Surapati Core Blok M32, Jalan PHH Mustofa 39, markasnya Air Foto Network, diadakan acara diskusi dengan topik “Ide-Kreatifitas dalam Fotografi” yang menghadirkan narasumber nyeleneh tadi, dan kalau boleh dibilang nggak kompeten banget. Kegiatan ini diadakan dalam rangka perayaan 11 tahun Air Foto Network, sekaligus 70 tahun kemerdekaan Indonesia, dengan beberapa agenda menarik, salah satunya makan gratis, dan nggak lupa pengen silaturahmi serta dengerin ceramah sang imigran dari sorga tadi.
Tentu saja, saya sudah berekspektasi bahwa di acara bertitel nongkrong fotografi ini nggak bakal dapat ilmu baru soal fotografi, khususnya mengenai teknis juprat-jepret, jika melihat si narasumber tadi. Datang hanya ingin dapat ketawa dan makan gratisnya. Dan memang, Imam besar The Panasdalam ini ngebacot beragam hal, proses pembuatan novelnya bersama Mizan, sejarah terbentuknya negara separatis buatannya yang keluar dari NKRI pas Orde Baru, soal kutipan Bandung yang ngehits itu yang ternyata tercipta di Lithuania, yang kemudian ditempel oleh Pemkot tanpa izin lebih dahulu, terus ngebahas juga tentang prinsipnya yang nggak mau publisitas di media televisi. Pidi Baiq berdongeng macam-macam, namun ternyata kalau dipikir-pikir kita bisa dapat suatu kearifan, bahkan kalau boleh dibilang secercah aufklarung; enlighment; pencerahan, yakni:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Sebuah nukilan dari kitab suci Al-Quran, bisa ditengok di Surat Al-An’am 32, Al-Ankabut 64, Muhammad 36, dan Al-Hadid 20. Bermain-mainlah dalam menyikapi beragam hal di dunia ini, karena yang serius mah adalah soal-soal akhirat. Maka, fotografi sebagai salah satu amalan duniawi hendaknya dijalani dengan asas bermain-main, konsep dan teknis jangan terlalu diseriusin. Jadi teringat ucapannya Kai Man Wong, “Kalau ini nggak bikin kamu senang, sebenarnya apa gunanya menggeluti fotografi?”
Kreativitas bukan sesuatu yang bisa diajarkan, sebab setiap individu itu unik, punya caranya masing-masing untuk meraih ide. “Harusnya acara seperti ini dibubarin deh,” protes Pidi Baiq sambil mengkritisi buku-buku dan workshop yang mengajarkan cara jadi orang kreatif. Mencari ide itu sebenarnya gampang, yang susah adalah ketika kita ingin dapat kerennya; misal bikin foto agar banyak di-like, dipuji orang, intinya bikin karya agar dapat gratifikasi. Dan kreativitas tercipta ketika kita bisa keluar dari jebakan ini, lewat asas bermain-main. Jadilah orang bermain!
Bermain tapi serius ya kang.
Selamat ultah buat komunitas itu.
Jadilah orang beriman yg tak lupa bermain. 😀
Ini jadi pencerahan buat saya juga supaya tidak memandang semua persoalan dengan terlalu serius :hehe. Semua kegiatan harus dinikmati dan tidak boleh ada beban supaya manfaatnya yang paripurna bisa kita dapatkan. Tapi main-main di sini kan bukan melulu berarti tidak sepenuh hati ya, Mas?
Ya seperti anak kecil aja, saat bermain justru mereka melakukannya dengan sepenuh hati, malah jadinya kan lebih enerjik dan antusias.
Hadapi setiap hal dengan meredakan ketagangan, jangan pake sumbu pendek.
Setuju! Semoga saya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari :)).
Ah, bang Pidi Baiq ini jawabannya emang agak2 “ngawur”, hehehe. 😀
Tapi memang itulah tandanya orang kreatif bahwasanya apa yang dia utarakan sama sekali berbeda dengan apa ekspektasi kita. Kadang, kalau kita dikungkung oleh ekspektasi-ekspektasi malah menjadikan kita sebagai pribadi yang tumpul kreativitasnya. Makanya itu benarlah bahwasanya harus “bermain” karena bermain itu menyenangkan tanpa ada urusan ekspektasi. 😀
Ah ya, berkreativitas itu bermain. Dan bermain itu berkegiatan yang tanpa ekpektasi. Memang bener berarti ya ketika kita berekspektasi, justru inilah yg menumpulkan inspirasi.
ngiring nagog kang
sugan ue aya nu ngajak heuereuy di dieu 🙂
Mangga mun bade heureuy mah kang, asal ulah kamalinaan weh. 😆
Indeed
Banyak banget orang yang melakukan sesuatu dengan niat menginspirasi orang lain alias ingin menuai pujian alias ingin di tinggi-tinggi kan lalu ditiru orang lain.
Dan eksekusi nya ya sering begitu. Kadang dipaksain, kadang nggak bisa dinikmatin, kadang nggak relevan.
emang mencerahkan banget ini.
main-main.
hmmmm……
Terlalu serius mereka, kurang bermain-mainnya.
Selamat bro udah UP aja nih.
Enak ya bisa ngobrol sama pidibaiq, tentang fotografi pula..
Ngobrol sih, tapi bukan fotografi yg dibahas.
Aih ini seru banget ketemu si Surayah yang nyeleneh tapi nyenengin ini!!
Puas ketawa lah ikutan pengajian Surayah mah. Tapi ada hikmah yg didapat juga.
Ga ada yang gue kenal, hiks ._.
Culun banget si
Kenalan dulu gih biar ga culun.
wah, di tempatnya mas galih. 😀
Iyes lagi hajatan Air Foto soalnya.
Waah Kang, kebetulan saya suka bingit sama karya Pidi Baiq,,, seri drunkennya sudah saya baca semua, kalo Dilan belum tahu,,, Mang Dayat bodyguardnya Kang Pidi Baiq yang mana ya??? hehehehehehehehehehehe 🙂
Mang Dayat lagi ikutan casting jadi pemain Preman Pensiun 3 kang. 😆
ayo bermain dengan beriman. ._.
lalu bagaimana dengan beriman yang main2?? ._.
Nah ini yang salah, bermain-main dengan iman.
Berimanlah untuk konteks akhirat, dan untuk urusan duniawi silahkan bermain. 😀
salam jari kelingkin saja dah 😀
Mantap betul tulisannya bung. Urusan duniawi jangan dianggap serius, jadi main-main aja biar senang. Hmmm…boleh juga itu quote hihihihi
Pidi Baiq. Saya baru kenal dia beberapa bulan. Bukunya juga belum sempat saya baca. Ketinggalan banget, ya..
Dari awal baca Dilan sudah penasaran siapa sebenarnya tokoh asli Dilan, jadi pengen banget ketemu..
Percaya gak percaya aku sampai searching geng motor XTC itu lohh, haaha 😀
Reblogged this on literasi . seni . lestari.
[…] Lihat: Saya Bertanya, Pidi Baiq Bermain […]