“Aku agak introvert. Aku tidak terlalu nyaman dengan klub buku, kecuali klub bukunya kecil dan orang-orangnya sudah kukenal baik,” ungkap sang penulis Lelaki Harimau saat ditanya soal pentingnya klub buku dalam pos Eka Kurniawan: Aku Lebih Ingin Membesarkan Diriku Sebagai Pembaca Daripada Penulis di Revi.us. Seperti inilah saya, meski hidup di orde kebebasan berpendapat, saya lebih senang jadi pendengar.
Namun beruntunglah kita bisa hidup tanpa takut diawasi teleskrin dan diciduk polisi pikiran seperti pada novel ‘1984’. George Orwell dalam karyanya ini menggambarkan soal negara yang adem ayem, bukan karena penduduknya memang adem ayem, namun karena mulut mereka dibungkam dan jika mereka sedikit saja membuka mulut, mereka akan diuapkan, dilenyapkan. Diskusi diharamkan, buku dimusnahkan. Kita tahu, buku sebagai produk intelektual butuh pertukaran gagasan – bukan hanya antara penulis dan pembaca, tapi juga antara pembaca dan pembaca. Sebab lewat budaya literasi dan diskusi, bisa muncul yang namanya revolusi. Maka patut bersyukur Komunitas Aleut eksis di masa kondusif, ketika bisa bebas berpikir dan bebas bicara tanpa ada yang harus ‘diuapkan’ Bung Besar dan Partainya. Nggak perlu sembunyi-sembunyi melakukan sebuah riungan.
Diantara sebab kebahagiaan adalah meluangkan waktu untuk mengkaji, menyempatkan diri untuk membaca, dan mengembangkan otak dengan hikmah-hikmah. Jika teman duduk terbaik adalah buku, maka teman nongkrong terbaik adalah mereka yang bisa diajak berbagi hikmah. Warga Bandung sendiri adalah manusia yang hobi โngariungโ, senang kumpul bareng-bareng. Dari sekedar untuk berbagi omong kosong dan keluh kesah sampai untuk beradu pemikiran dan ide.
karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya
karena setiap aksara membuka jendela dunia
Setiap Sabtu di Kedai Preanger yang berlokasi di Jl. Solontongan 20D, Buahbatu, ย rutin diadakan acara resensi buku bersama kawan-kawan dari Komunitas Aleut. Buku yang dibaca kemudian diresensi secara lisan cukup beragam; sejarah, sastra, filsafat, budaya, dan lainnya. Baik non-fiksi dan fiksi, dari karya klasik sampai kontemporer kita bahas sampai menjelang malam Minggu.
Kelas resensi buku secara lisan ini diharapkan menjadi pijakan untuk melatih keterampilan berbahasa; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebabnya keterampilan berbahasa ini erat kaitannya soal pola pikir seseorang. Nah, inilah hal paling penting, untuk merubah pola pikir lewat adanya pembudidayaan literasi dan diskusi. Pola pikir adalah kunci! Ini mengingatkan pada sabda Lao Tze, โJika kau ingin mengubah takdirmu, ubahlah kebiasaanmu. Jika kau ingin mengubah kebiasaanmu, ubahlah tindakanmu. Jika kau ingin mengubah tindakanmu, ubahlah perkataanmu. Dan jika kau ingin ingin mengubah perkataanmu, ubahlah pola pikirmu.โ
Jangan bermimpi bisa melakukan revolusi terhadap kedzaliman seorang Bung Besar, jika untuk merevolusi diri sendiri pun nggak becus. Ini semata-mata kecaman buat diri sendiri sih. Revolusi diri! Ya, sebuah revolusi yang akan tercipta lewat jalan literasi, teman diskusi, dan mungkin sempurnakan dengan secangkir kopi. Ah ya, sesungguhnya nggak ada yang bisa mengalahkan kepuasan masturbasi jenis ini. Selamat berevolusi!
Lego ergo scio!
+
Post-scriptum:
“Riungan Buku Aleut” sendiri adalah istilah yang dilemparkan kamerad Irfan TP (@irfanteguh) di pos Kelas Resensi Buku Komunitas Aleut.
Buku yang saya baca dan resensi
- Baruang Kanu Ngarora – D. K. Ardiwinata (4 Juli 2015)
- Sabda Zarathustra – Friedrich Wilhelm Nietzsche (25 Juli 2015)
- The Professor and The Madman – Simon Winchester (8 Agustus 2015)
- Haji Murad – Leo Tolstoy
- In Defense of Smokers – Lauren A. Colby
- Odyssey – Homer
- Kafka on The Shore – Haruki Murakami
- The Book of Laughter and Forgetting – Milan Kundera
- Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
- Lapar – Knut Hansum
- Il Principe – Marco Machiavelli (14 November 2015)
- Matinya Burung-Burung – Ronny Agustinus (21 November 2015)
- Sangkuriang – Utuy T. Sontani
- Sputnik Sweetheart – Haruki Murakami
- Jejak Mata Pyongyang – Seno Gumira Ajidarma
- KAMU (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya) – Sabda Armandio Alif
Kemampuan berbahasa dgn baik, itu memang penting ya. Apalagi lisan. Jika ngga dilatih, di kepala isinya A, keluar mulut bisa jadi B ๐ klo ekspresi diri dgn cara menulis, kan masih bisa dihapus jika ternyata salah ๐
Ya, saya masih kesulitan berdialog lewat lisan, makanya lebih nyaman berdialog lewat tulisan.
jangan2 saya introvert juga yah…. sebab nggak suka banyak ngomong…. tapi kalau ngomong secara tulisan, suka ๐
Ga tau juga sih bang, itu mah kembali ke diri masing-masing. Tapi kadang introvert juga ada yg banyak omong. Saya aja di kelas resensi ini orang yg paling banyak ngasih komentar.
Saya mau berlatih tidak introvert dengan mengikuti klub buku. Tapi belum ada ketemu nih klub buku di Ambon.
Saya “iri” dengan komunitas kang Arip ieu. Hayang teh saya ikut, tapi sayang jarak memisahkan.
Saya ikut riungan buku ini, dan tetep bangga jadi seorang introvert kok kang. Introvert itu bukan sinonim anti-sosial.
Wios teu ngiring klub buku ge kang, nu penting mah kudu istiqomah maca. ๐
Iya, kalau dipraktekkan pasti akan lebih membekas dan lebih berkesan, dan juga bisa diingat dalam waktu yang lebih lama. Keren sekali kegiatannya Mas, bersama-sama membaca banyak buku juga pastinya lebih memperluas sudut pandang, terus apa ya, lebih beragam saja gitu buku-buku yang dibaca :hehe. Ah, seandainya saya di Bandung, pasti saya akan berusaha gabung dengan komunitas ini (meski belum tahu juga akan diterima atau tidak :hihi).
Berkat ini, genre bacaan saya jadi terbuka. Yg pasti sih sebagai pelampiasan malam Minggu, biar ada kerjaan.
Pelampiasan yang sangat positif :)).
Kalau dulu saya juga suka meluangkan waktu untuk membaca, tapi gak tw sekarg entah kenapa saya sedikit malas..
Ayo rajin baca lagi.
Bukan sinonim anti sosial tapi kenapa mostly ppl say orang introvert itu susah sukses hmm-_-
Karena secara kasat mata dan realitanya sih org2 dgn public speaking bagus, sosialisasi, dll bakal bisa adapt secara bagus dimanapun ia berada. Introvert tempatnya dimana ya -,-
Bukan membanggakan diri sih. Kenal Bill Gates sama Warren Buffet? Ini dua orang terkaya dunia saat ini. Terus pasti kenal sama JK Rowling, Emma Watson, Einstein, Mahatma Gandhi, Bung Hatta, Utsman bin Affan, Steven Spielberg? Mereka semua ini introvert loh. ๐
Dan memang, semua orang punya tempatnya masing-masing. ๐
[…] Tautan asli:ย http://yeaharip.com/2015/08/10/riungan-buku-aleut/ […]