Aku membaca di surat kabar bahwa Kiamat tidak akan terjadi.
Untuk merayakan kabar baik ini, aku pergi ke McDonald’s dan memesan satu buah hamburger.
“Betapa beruntungnya,” pikirku, dengan antusias melumeri hamburgerku dengan saus tomat, “bahwa tidak akan ada sangkakala malaikat, tidak ada bintang jatuh yang menghantam bumi kami yang menimbulkan kehancuran berapi-api.” Sampai hari itu aku makan tanpa antusiasme, seakan aku hidup dalam bayang-bayang bencana total yang akan datang. Mengapa repot-repot dengan saus tomat ketika kita sedang menuju malapetaka? Tapi sekarang dunia memiliki masa depan. Dengan pemikiran ini, aku menambahkan sedikit lagi saus tomat, karena sekarang ini sungguh berharga.
Hari berikutnya aku pesan hamburger lain dengan saus tomat yang dua kali lipat. Tapi pada hari ketiga aku menyadari bahwa, dengan memakan saus tomat yang dua kali lipat untuk ketiga kalinya, aku tidak akan berpegang teguh pada waktu. Pada hari pertama, aku di depan mereka, hari kedua aku berpegang dengan momen saat ini, tetapi pada hari ketiga aku sudah terlambat. Saus tomat yang dua kali lipat untuk ketiga kalinya berturut-turut akan menjadi sebuah langkah mundur. Dalam rangka untuk tetap di depan, seharusnya menjadi tiga kali lipat setidaknya.
Jadi aku menambah tiga kali lipat. Aku sedikit bersendawa, tetapi pada umumnya aku tidak merasa buruk.
Aku hanya mulai memiliki masalah perut setelah pada empat kali lipat tambahan saus kecapku. Aku berhasil menyelesaikannya dengan bantuan Alka-Seltzer. Setelah lima kali lipat, tidak ada yang membantu. Dan setelah enam kali lipat, bahkan pikiran untuk tujuh kali lipat membuatku merasa tak enak badan.
Apa selanjutnya? Kejaran target tak terhindarkan atas konsumsi menuntut tujuh kali lipat saus tomat, diikuti oleh delapan kali, sembilan kali, lalu sepuluh kali, dan sebagainya, tanpa akhir. Karena sekarang, dengan Kiamat yang telah dibatalkan, masa depan tidak ada batas. Bahkan jika aku mampu bertahan di sepuluh kali lipat saus tomat — lalu apa?
Aku membakar McDonald’s, demi hidupku. Apinya tidak besar, bara mungil dalam asbak kalau dibandingkan dengan api Kiamat, tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.
*
“Keczup” diterbitkan tahun 1996 dalam Opowiadania 1990-1993 (Stories 1990-1993) oleh Noir sur Blanc, Warsawa. © 1993 Diogenes Verlag AG, Zurich, Swiss. Slawomir Mrozek (29 Juni 1930 – 15 August 2013) adalah seorang dramawan, penulis dan kartunis Polandia.
Menarik sekali, tidak terlalu panjang namun berkesan.
Fiksimini memang begitu, karena yg pendek kadang lebih nikmat.
Aku membaca status Facebook rektor bahwa skripsi dihapuskan…
Untuk angkatan bawah iya, tidak yg 2011. Tapi semoga kena imbasnya juga.
Mari kita rayakan, menambah jam tidur siang misalnya…