Semua Menulis, Bukan Hanya di Cile

Inilah yang kesusasteraan Cile ajarkan pada saya. Jangan minta apa-apa, karena Anda tidak akan diberi apa-apa. Jangan sakit karena tidak ada yang akan membantu Anda. Jangan meminta untuk disertakan dalam antologi apapun karena nama Anda akan selalu dihilangkan. Jangan berkelahi karena Anda akan selalu dikalahkan. Jangan berpaling dari kekuasaan karena kekuasaan adalah segalanya. Jangan memaksakan pujian untuk para idiot, para dogmatis, para medioker, jika Anda tidak ingin hidup semusim di neraka. Hidup di sini berjalan tanpa ada perubahan.

Kami adalah anak-anak Pencerahan, sebut Rodrigo Lira saat dia berjalan melewati Santiago yang lebih mirip sebuah kuburan di planet lain. Dengan kata lain, kami manusia yang bernalar (miskin, tapi bernaral), bukan roh dari manual realisme magis, bukan kartu pos buat konsumsi asing dan hinaan manipulasi kemelaratan nasional. Dengan kata lain: kami adalah makhluk yang memiliki kesempatan sejarah untuk memilih kebebasan, dan juga — secara paradoks — kehidupan. Seperti begitu banyak penyair Amerika Latin yang mati tanpa mempublikasikan sesuatu, Rodrigo Lira tahu itu. Pada tahun 1984, sebuah penerbit kecil mengeluarkan koleksi puisinya yang berjudul Proyecto de Obras completas [Proyek untuk Sebuah Karya Lengkap]. Sekarang, pada tahun 1998, tidak mungkin untuk menemukannya. Namun belum ada yang menyusahkan diri untuk menerbitkannya kembali. Di Cile cukup banyak buku – kebanyakannya jelek – diterbitkan. Keanggunan Rodrigo Lira, penghinaannya, membuatnya terlarang bagi penerbit manapun. Pengecut tidak mempublikasikan pemberani.

Di Cile semua orang menulis. Saya menyadari hal ini pada suatu malam ketika saya sedang menunggu untuk melakukan wawancara langsung dengan televisi. Seorang gadis yang pernah menjadi Mojang Cile, atau sesuatu seperti itu, ada di hadapan saya. Mungkin dia hanya Mojang Santiago atau Mojang Apaanlah. Bagaimanapun, dia adalah seorang gadis tinggi dan cantik, yang berbicara dengan ketenangan serupa Mojang lainnya. Dia diperkenalkan pada saya. Ketika mengetahui bahwa saya merupakan juri untuk kontes Paula dia mengatakan bahwa dia hampir mengirim sebuah cerita pendek namun pada akhirnya dia tak sempat melakukannya, dan dia bilang akan mengirimkan tahun depan. Keyakinannya sangat mengesankan. Saya harap dia punya waktu untuk mengetikkan ceritanya untuk kontes tahun 1999. Saya berharap yang terbaik untuk keberuntungannya. Terkadang fakta bahwa setiap orang di dunia menulis bisa menjadi luar biasa, karena Anda menemukan rekan penulis di mana-mana, dan terkadang hal itu bisa menjadi hambatan karena orang-orang buta huruf mengangkang dengan segala kecacatannya dan tidak adanya kebajikan dari seorang penulis sejati. Seperti yang dinasihatkan Nicanor Parra: mungkin ada baiknya membaca yang diperbanyak.

*

Diterjemahkan dari tiga esai dalam Between Parentheses

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1887

2 Comments

  1. Jorge Luis Borges juga pernah bilang “Kegiatan membaca lebih intelek daripada menulis.” Sepertinya benar ya mas? 🙂

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *