Singgahnya Kian Santang di Tumpukan Sampah

Dari Sumedang Larang, Kian Santang memacu mobilnya melintas Jatinangor dan masuk Tol Cileunyi. Rupanya tim intel berhasil melacak keberadaan Prabu Siliwangi di sebuah bukit di daerah Baleendah. Kemacetan, jalanan terjal berbatu dan becek pun harus dilalui Kian Santang dalam perburuannya menaklukan Sri Baduga Maharaja yang keukeuh nggak mau masuk Islam.

Prabu Kian Santang tertunduk lemas. Nampaknya ada kesalahan informasi, karena yang dia dapatkan hanya sebuah gundukan sampah.

Entahlah. Yang pasti jika Descartes mah bersabda, “Aku berpikir maka aku ada”, maka saya berkata, “Aku berpikir maka aku mengada-ada”.

Cerita di prolog tadi memang sunguh fiktif. Tapi sebenarnya saya punya itikad baik untuk membantu Dadang Naser dalam memajukan pariwisata Kabupaten Bandung, salah satunya dengan mempromosikan situs Gunung Munjul di Baleendah ini. Tentunya lewat pengemasan menarik dengan menjual suatu cerita. Dan nampaknya saya pembuat cerita yang terlalu kreatif dan bodoh.

Intinya, sebenarnya sangat mudah membuat cerita, memanipulasi data sejarah. Apalagi kalau punya yang namanya kuasa dan modal.

Gunung Munjul: Petilasan Kian Santang dan TPS Liar

Minggu ini Komunitas Aleut mengadakan aktivitasnya dengan judul “Ngaleut Ciparay”. Dengan sepeda berknalpot, Aleutian mengeksplorasi tiga destinasi ‘kurang perhatian’ di Kabupaten Bandung; Situ Sipatahunan, Gunung Munjul, dan Culanagara.

Nah, untuk Gunung Munjul sendiri sebenarnya hanya sebuah bukit yang kalau dalam bahasa Sunda disebutnya ‘pasir’. Yang bikin aneh adalah bukit ini nonjol seorang diri di kawasan luas, terpisah jauh dari daerah pegunungan. Dan ketika didaki serasa melangkahi punden berundak. Bukit artifisial? Sebuah candi mungkin? Buatan jin atau alien ya?

Yang disesalkan meski sudah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak 2012, namun bukit di Kampung Munjul, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah ini sangat tidak terawat.

| Lihat: Pikiran Rakyat Online – Situs Gunung Munjul Tidak Terawat

Ini termasuk kemajuan atau kemuduran kah? Bukankah ini bukti kalau masyarakat makin modern karena mampu berpikir rasional? Areal situs yang dipercaya sebagai tempat patilasan Kian Santang ini, tanpa merasa risih dapat kualat, malah jadi tempat pembuangan sampah liar bagi warga sekitar. Petilasan sendiri berarti suatu tempat yang dikeramatkan karena pernah menjadi lokasi yang pernah disinggahi atau didiami oleh seorang tokoh publik di masa lalu yang dianggap penting. Mitos hanya tinggal cerita picisan, mengotori tempat keramat siapa peduli.

Lewat cerita takhayul, masyarakat baheula bisa lebih enviromentalis. Dan untuk masyarakat kekinian kudu pakai apa coba? Ditulis di hukum pidana pun masih banyak yang mengacuhkan. Meski disamakan dengan hewan lewat coretan “TONG MICEUN RUNTAH DI DIEU ANJING!”, tetap saja banyak yang menghinakan dirinya lewat buang sampah seenaknya.

Kasihan benar Gunung Munjul, karena mungkin sebentar lagi akan tertandingi dengan gunung sampah di sebelahnya. Dan sungguh beruntung Prabu Kian Santang nggak perlu tutup hidung pas dulu nilas di sini.

ngaleut ciparay
Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1907

18 Comments

  1. Ah emang ya Rip. Ketidakpedulian orang itu emang bikin gemeesshh. Kadang emang dilema kalo ada tempat bagus ya. Mau dipromoin takut kotor, gak dipromoin sayang banget.

  2. Haduh, betapa mirisnya… sungguh sayang tempat bersejarah ini harus berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Semoga ada penguasa yang peduli dengan kondisi tempat ini :)).
    Situsnya sendiri berupa apa, Kang? Apa ada tugu, pelataran, batu tempat duduk, atau bagaimana? Jadi penasaran :hehe.

    • Cuma bukit aja sebenarnya, yg menjulang sendirian di daerah yg datar.
      Ini salah satu tempat buat pengukuran ketinggian Bandung oleh Junghuhn. Ada patok dari Kodam Siliwangi sebagai tandanya, alasannya biar ga ada orang yg berani ngusik kalau pakai tanda militer mah.

  3. Lewat cerita takhayul, masyarakat baheula bisa lebih enviromentalis. Dan untuk masyarakat kekinian kudu pakai apa coba?……….Keuna pisan tah lur

  4. bukit munjul ini yang di daerah dayehkolot ya … ngelewatin kalau mau ke arah ciparay …
    budaya nyampah memang sudah keterlaluan … tidak di kota tidak di kampung ya ..

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *