Sejarah Singkat Spy Fiction (Fiksi Spionase)

Jika kamu menyukai intrik spionase internasional dan aksi serta petualangan film populer seperti James Bond, maka kamu mungkin menyukai novel mata-mata. Fiksi soal mata-mata menjadi terkenal di dunia sastra sebagai tanggapan langsung terhadap politik dunia di abad ke-20.

Spy Fiction adalah sub-genre Crime Fiction (Fiksi Kriminal) yang memasukkan spionase sebagai perangkat plot utama. Bagaimana Spy Fiction menjadi bahan pokok sastra kontemporer yang begitu populer? Inilah sejarah singkat fiksi mata-mata, dari awal hingga sekarang.

Sejarah Awal Spy Fiction

Contoh pertama novel mata-mata dapat ditelusuri kembali ke abad ke-19. Misalnya, di Amerika, novelis James Fenimore Cooper menulis novel spionase The Spy pada tahun 1821 dan The Bravo pada tahun 1831. Namun fiksi mata-mata tidak benar-benar berkembang sampai Perang Dunia pertama.

Dengan Perang Dunia I datanglah novelis mata-mata pertama di dunia John Buchan, dengan novel-novel yang menggambarkan perang sebagai benturan budaya.

Novel terkenal dari Buchan termasuk The Thirty-Nine Steps dan Greenmantle, keduanya menampilkan karakter mata-mata fiksi Richard Hannay. The Thirty-Nine Steps juga menjadi inspirasi untuk film terkenal tahun 1935 dari Alfred Hitchcock, The 39 Steps.

Perang Dingin dan Boom Spy Fiction

Sementara perang dan konflik internasional selalu memicu lebih banyak minat pada buku mata-mata, genre fiksi mata-mata benar-benar lepas landas selama Perang Dingin.

Dengan ancaman perang nuklir dan terorisme, ketidakpercayaan dan ketakutan menyebar ke seluruh dunia. Pembaca beralih ke fiksi mata-mata untuk melihat Amerika Serikat dan sekutunya berperang melawan Red Scare yang selalu mengancam (Uni Soviet dan ancaman komunisme internasional).

Dengan begitu banyak kecemasan dan spekulasi seputar hubungan tegang antara kekuatan dunia ini, novel mata-mata menjadi cara bagi penulis untuk menebak apa yang terjadi di balik layar selama gejolak politik ini. Dan itu adalah cara bagi pembaca untuk meredakan ketakutan yang mereka miliki tentang keadaan dunia.

Mata-mata terbesar yang keluar dari ledakan fiksi mata-mata Perang Dingin? Bond, James Bond! Agen Dinas Rahasia Inggris ini diciptakan oleh penulis Inggris Ian Fleming pada tahun 1953.

casino royale ian flemming james bond

Dua belas novel Fleming dan dua kumpulan cerita pendek yang dibintangi mata-mata yang juga dikenal sebagai 007 telah menginspirasi program televisi, serial radio, komik, video game, dan tentu saja yang paling terkenal film.

Pada tahun 2021, ada 25 film James Bond, yang terbaru adalah No Time to Die tahun 2021 yang dibintangi oleh Daniel Craig.

Meski Ian Fleming meninggal pada tahun 1964, delapan penulis lain telah menulis novel-novel resmi Bond sejak kematiannya. Novel Bond terbaru adalah Forever and a Day karya Anthony Horowitz, yang diterbitkan pada Mei 2018.

Fiksi Spionase Setelah Perang Dingin

Ketika Perang Dingin berakhir pada tahun 1991, Kongres Amerika Serikat mempertimbangkan untuk membubarkan CIA, dan tiba-tiba fiksi mata-mata kehilangan penjahat utamanya.

Banyak novel mata-mata di akhir abad ke-20 memecahkan masalah ini dengan menjadi sejarah dengan cerita mata-mata mereka.

Penulis yang menulis Spy Fiction populer selama periode Perang Dingin melanjutkan karir mereka di tahun 90-an dengan membayangkan ancaman baru; misalnya, The Night Manager karya John le Carré merinci operasi penyamaran untuk menjatuhkan dealer senjata internasional utama.

Kemudian terjadi serangan terhadap Amerika Serikat pada 11 September 2001. Ketakutan akan terorisme yang mengikuti serangan tersebut menghidupkan kembali minat dalam politik internasional dan spionase. Generasi baru penulis thriller mata-mata muncul, termasuk Restless karya William Boyd dan The Tourist karya Olen Steinhauer.

Novel spionase abad ke-21 sering kali berlatar masa lalu tetapi sering kali juga merupakan kisah kontemporer tentang organisasi mata-mata yang memerangi ancaman teroris. Dalam beberapa tahun terakhir, pembaca juga telah menunjukkan peningkatan minat pada judul nonfiksi yang masuk ke realitas pekerjaan sebagai mata-mata.

Baru tahun lalu, Douglas London, seorang veteran 34 tahun CIA, merilis sebuah memoar mengungkapkan tentang Intelijen Amerika berjudul The Recruiter.

Ketakutan akan ancaman internasional yang tidak diketahui masih memicu banyak karya Spy Fiction yang dirilis hari ini, dari buku-buku berlatar masa kini seperti seri Killing Eve karya Luke Jennings (judul terbaru adalah Killing Eve: No Tomorrow) hingga judul-judul sejarah seperti American Spy karya Lauren Wilkinson.

*

Referensi:

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 1825

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *