Momotoran ider-ideran, hareudang campur prihatian
Ngadua kanu kawasa, mugia enjing pageto aya pamimpin nu nyaah
Nyaah ka leuweung jeung gunung, nyaah ka laut jeung kota
Ulah mun ka kaluwarga sareng ka golonganana
Bermacet-macetan di jalan raya. Bermotor melintas hutan ke pegunungan. Memacu sampai sisi laut. Kemudian dalam lagu “Momotoran” ini, Doel Sumbang menuangkan hasil selisikannya, khususnya beragam isu kerusakan lingkungan, sepanjang perjalanan bermotornya tadi.
Sebagai negara dunia ketiga, si roda dua berknalpot ini memang menjadi kendaraan esensial bagi kebanyakan masyarakat kita. Kultur bermotor tentunya sudah mengakar kuat. Bayangkan bocah yang masih berseragam putih merah pun bisa unjuk ngebut dan bermanuver layaknya Marc Marquez, dengan tanpa helm. Memang untuk keahlian bermotor orang Indonesia sudah dalam taraf di atas rata-rata, namun anehnya belum ada satu pun yang jadi pembalap MotoGP. Yang pasti motor inilah raja yang tak henti mengerubungi jalanan raya Indonesia. Si pengenyot bensin, penghasil polusi udara juga suara, serta peningkat angka kecelakaan di jalan. Dan saya adalah salah satu pengendara kuda besi ini, yang sudah tak asing dengan ritus momotoran.