Dua sejoli muda-mudi terlihat mengendap-endap di sudut taman belakang pohon. Tapi masih terlalu siang untuk berbuat ga senonoh, dan beragam pikiran negatif lenyap setelah melihat aksara Hangul di punggung mereka. Oh ternyata lagi main nametag ripping, game andalan di variety show Running Man dari Korea Selatan itu.
Sebagai praktisi ahli uucingan sekaligus Runners, kalau diperhatikan couple tadi masih tergolong amatir. Karena mungkin memang itu acara independen, bukan digelar sama salah satu fanbase Running Man.
Selain Running Man tadi, Taman Balai Kota rupanya dipadati remaja yang terinfeksi demam Korea. Umumnya kelompok cowok nge-cover dance EXO, sedangkan yang cewek biasanya Apink. Ah ini kenapa malah laporan observasi Hallyu.
Tahun 1906 Kota Bandung sebagai ibukota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gemeente, sebuah kotapraja yang berpemerintahan otonom. Tentunya keberadaan Gemeente Huis, sebuah balai kota, sangat penting karena di sinilah seorang walikota mengendalikan, mengelola, dan membangun kota serta melayani kebutuhan masyarakatnya.
Cikal bakal balai kota bermula dari sebuah lahan tempat gudang kopi milik pengusaha yang sempat menjabat sebagai Asisten Residen Bandung, Andries de Wilde. Sejarah mengenai balai kota Bandung ini bisa kita baca secara lengkap di buku Gemeente Huis dari Sudarsono Katam.
Dalam buku Bandung Basa Halimunan dari Us Tiarsa pun ada secuil kisah soal penamaan dari masyarakat sekitar yang menyebut gedung Balai Kota sebagai Gedung Papak.
Nah, di postingan ini saya hanya akan sedikit membahas soal sejarah taman ini setelah ditinggal sang kompeni Belanda, khususnya kondisi dari era pasca kemerdekaan hingga hari ini.
Jalan Kebon Raja Hilang, Waria Pun Punah
Sebuah kebijakan untuk meningkatkan pamor taman balai kota dilakukan pada tahun 1980-an. Meski harus dibayar dengan pupusnya Jalan Kebon Raja dari peta Kota Bandung.
Awalnya antara balai kota dan taman di depannya yang dinamakan Taman Merdeka bukan merupakan kesatuan karena dipisah Jalan Kebon Raja. Taman yang pada masa kolonial bernama Pieterspark ini di era 60-70an menjadi taman yang kumuh. Kalau boleh dibilang, taman ini jadi habitatnya para tunawisma, PSK, dan waria.
Pada awal tahun 1980, Taman Merdeka ini direnovasi. Dan di tengah-tengah bekas Jalan Kebon Raja tadi dibangun sebuah patung badak putih plus kolam airnya.
Para waria pun melakukan eksodus, mencari jalan lain untuk dijadikan tempat operasinya. Namun untuk kaum tunawisma, sampai hari ini pun masih bisa kita jumpai di taman balai kota. Bagi yang mau berjumpa dengan waria, sekarang mah mereka bisa kita temui di pinggir Taman Maluku. 😆
Pada tahun 1920-an, sejak masih bernama Pieterspark, taman balai kota ini emang tempat hits untuk pacaran. Kalau dulu pas masa kolonial cuma antara meneer dan noni, sekarang mah siapa pun bisa. Pasangan muda-mudi, tua-tuwir, baik yang berbeda, mungkin juga yang sejenis kelamin pun ada. Bahkan tong sampah pun terlihat bermesraan. 😆
Sayangnya, seperti lagunya Kunto Aji, saya sudah terlalu lama sendiri. Duh. 🙁
Ikat cintamu di sini, dan bagi yang masih sendiri silahkan minggat ke Taman Jomblo. 😆
Sudah sejak dulu kala, tata Kota Bandung memang dirancang mengacu pada konsep kota taman seperti di negara-negara Eropa. Dan Pieter Sijthoffpark alias Pieterspark, cikal bakal dari Taman Balai Kota ini adalah taman tertua dan taman pertama yang dibangun di Kota Bandung.
Di orde Ridwan Kamil, taman kota jadi sebuah primadona. Taman-taman tematik baru dibangun, dan taman-taman yang sudah ada sejak dulu pun dipugar dan dipercantik kembali. Taman Balai Kota tentunya jadi salah satu yang diperhatikan, yang sekarang makin asri.
Gembok cinta, konsep yang sudah eksis di negara lain ini jadi wahana baru di Taman Balai Kota. Bisa dibilang ini hadiah buat para K-Poper, biar mereka bisa merasakan romantisme seperti gembok cinta di Namsan Tower di Seoul sana. Duo sejoli yang saya ceritakan di prolog mungkin saja sudah pasang gembok cinta mereka di Taman Balkot ini, dan karena fans Running Man pasti tulisannya Gary-Jihyo. Mungkin ya.
Canon Canonet QL17 dengan Kodak Gold 200. Cuci scan di Seni Abadi.
ini serius pake kamera analog (film) ip?…
Ciyus kang.
Matak hoyong Nikon F3 ge kan.
jadi inget masa muda waktu baru lulus SMA suka banget ikut temen gangguin waria di taman maluku 😆 ….
bagus-bagus fotonya, jempolll !
ooo begitu ceritanya rip. keren oge nya bandung. dipimpin kang emil jadi makin keren!
tempat sampah lucu banget sih. hhaha
Tempat sampahnya bikin ngiri juga buat yg jomblo. 🙁
Gembol cinta kayak yang di Eropa sanah ya Rip. Keren sih itu tamannya. Soal Korea memang demamnya merajarela. Sampai msk juga aplikasi khusus resto Korea, kayak yang aku review.
Tamannya keren ya. Semoga tetep terjaga keasriannya.
Aaaak, jadi kangen bandung deh Riiip. Semoga lancar deh jumat ini ke sana. 😀
Keren mas, keren. Vintage nya dapet banget dengan menggunakan alat jadul. Hasilnya sudah gak perlu efek-efekan lagi.
Iya udah Instagramable tanpa perlu pake filter.
Cara mengambil foto sudah seperti profesional
Ada gembok2 cinta segala ya :D. Bagus tamannya
jepretannya bagus rif, ajarin atulah 🙁
Berani berapa duit?
Wah Bandung makin kece aja. Korea rasa Indonesia ini mah.
Walikotanya aja tau SNSD sama Running Man.
Bandung ini gak pernah bosen bikin tempat2 menarik.. tapi mendingan ke taman jomblo sih, kayaknya disana lebih layak.
[…] Tautan asli: http://arifabdurahman.com/2015/02/03/taman-balai-kota-dari-jalan-kebon-raja-hingga-gembok-cinta/ […]
rimbun hijau sejuk…. adem 🙂
mantaaap
belum pernah ke balai kota.. padahal ke bandung sering :”
Selama jadi wartawan (dulu) saya juga selalu pake kamera analog, hehe…
Hmmmm…. Bandung semakin asyik dan menyenangkan.
Oh wartawan ternyata si abang ini.
Arsitek dan Pemimpin yang baik ya untuk kota Bandung. Setiap daerah tentunya punya keunikan tersendiri.
Jepretan mu makin bagus-bagus aja, Rif.. Yang bikin aku penasaran, gimana masukin hasil fotonya ke blog?
Cuci scan. Langsung jadi bentuk jpeg.
bawa aku ke bandung kangggg
Males ah, ga punya duit buat ngongkosinnya.
inilah yang dibutuhkan, kota yang humanis, yang memanusiakan manusia. Keren banget Kang RK yang memberdayakan dan merestorasi banyak taman dan ruang publik di Bandung
Bandung itu indah juga ya :’
Ya ampun jadi makin kangen Bandungku tercinta. :’))