Botram, sebuah tradisi egaliter yang ekonomis, menyenangkan, sekaligus mengenyangkan ini adalah aktivitas makan bersama yang selalu dihiasi kecerian, canda tawa, saling berbagi kisah lucu, saling ledek, bahkan saling lempar makanan. Ritus yang dilakukan masyarakat Sunda ini biasanya mengambil tempat di ruangan terbuka.
Untuk memudahkan, boleh lah kita sandingkan istilah botram ini dengan kata piknik.
Sebagai orang dari kampung, ketika saya masih anak kecil, ada satu kebiasaan keluarga besar pas hari lebaran wajib hukumnya piknik “ke Bandung”. Ya, meski masih di Bandung, tapi bagi mereka yang tinggalnya di daerah pinggiran pergi ke daerah kota berarti pergi ke Bandung.
Lihat: Bandung Coret: Antara Masih di Bandung, Tapi Bukan Bandung
Nah, destinasi piknik yang dipilih keluarga besar tadi kalau ga silaturahmi ke Derenten alias Kebon Binatang, ya ke Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani. Biasanya mobil kolbak disediakan untuk mengangkut kami, bahkan kadang truk, dengan bak yang diatapi terpal untuk memayungi agar ga kepanasan. Yang disayangkan, untuk ke Taman Lalu Lintas, saya belum pernah mengalami.
Kabar baik datang dari @KomunitasAleut karena untuk minggu ini (15/2/15), temanya “Piknik di Taman Lalu Lintas”.
Berbagai taman tematik baru dibangun, baik oleh Pemkot Bandung atau pun pihak swasta. Namun Taman Lalu Lintas masih tetap jadi primadona dan pilihan tempat rekreasi dengan unsur edukasi yang representatif, khususnya buat anak-anak.
Berawal dari Insulindepark, sebuah taman trofis yang dibangun pada saat era kolonial Belanda untuk mengoleksi berbagai tanaman keras dan bunga-bungaan. Setelah masa kemerdekaan, pada tanggal 28 April 1950 nama Insulindepark diganti menjadi Taman Nusantara yang kemudian pada tanggal 1 Maret 1958 berubah nama lagi menjadi Taman Lalu Lintas.
Dan sebagai penghormatan untuk mengenang Ade Irma Suryani Nasution yang menjadi korban saat peristiwa berdarah G30S/PKI, maka nama putri bungsu dari Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution ini ditambahkan. Sehingga nama lengkap taman ini menjadi Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution.
Sesuai namanya, konsep taman ini diharapkan sebagai sarana pendidikan informal mengenai keselamatan lalu lintas kepada anak-anak, utamanya usia sekolah TK dan sekolah dasar. Berbagai sarana mainan pun dihadirkan untuk lebih menari anak-anak.
Jika ingin naik korsel, kereta api, sewa sepeda mini, kereta motor, main di kolam pancing atau flying fox, semuanya ditarif sama seharga cuma Rp 5.000. Selain wahana bermain berbayar, disediakan pula beragam instalasi seru yang bisa dicoba seperti cungkelik-cungkedang alias jungkat-jungkit.
Lihat: Taman Lalu Lintas: Jadwal Buka dan Harga Sewa/Tiket
Taman Lalu Lintas sudah cukup nyaman untuk sebuah sarana rekreasi alternatif bagi keluarga. Warna-warni taman ini pasti bakal memanjakan mata anak-anak. Memang, di berbagai instalasi mainan masih terlihat cat yang terkelupas, bahkan terdapat karat. Revitalisasi tentu jadi solusinya.
Bagi anak-anak yang sekarang sudah berkeluarga dan beranak-pinak, pasti merasa perlu untuk mewariskan kebahagiaan masa kecilnya dulu yang punya pengalaman manis di Taman Lalu Lintas ini. Dan kalau diamati, justru para orangtuanya yang lebih sumringah. Selain karena bisa melihat putra-putrinya bisa bersuka ria, mungkin timbul juga rasa nostalgia dulu pernah main juga di taman ini pas masih kecil.
Para generasi berumur pun diberi sajian istimewa berupa penampilan musik yang mengalunkan lagu-lagu lawas.
Rentan stress adalah konsekuensi menjadi seorang manusia modern. Meraih kebahagian jadi cita-cita kita, dan sayangnya kita kadang lupa cara untuk sampai ke sana, bahkan mungkin ga tau bagaimana cara menjadi orang bahagia. Inilah juga yang melatarbelakangi Eric Weiner sang penulis buku The Geography of Bliss untuk melakukan perjalanan keliling dunia untuk menjawab pertanyaan, “Bahagia itu apa? Bahagia itu gimana?”.
Jika ingin bahagia sebenarnya gampang. Belajarlah pada anak kecil, mereka mungkin ga bisa mendeskripsikan apa itu bahagia, hanya bisa merasakannya. Begitu juga yang disimpulkan Eric dalam bukunya tadi, ketika kita terlalu mendefinisikan apa itu bahagia, maka kita akan susah mendapatkannya.
Tips agar bahagia dari saya, pikniklah ke Taman Lalu Lintas dan jangan canggung untuk kembali menjadi seorang bocah. Ekpresikan kekanak-kanakanmu. Dan jangan lupa siapkan makanan buat botram, meski cuma segorengan bala-bala. My baby baby bala bala~
***
Foto: Fajar Asaduddin (Ajay)
Hak foto milik Arif Abdurahman, soalnya yang punya kamera. Dan karena diunggah ke internet, sekarang jadi barang milik publik.
Kemaren gak jadi maen ke sini euy. Sayang banget. Huhuhu.
Ceritanya ngingetin gw ama masa kecil dulu. Sama, diajak ke Surabaya (tengah kota) naik truk bak terbuka..
Emang tradisi kampungan kayaknya nih yg piknik ke kota naik mobil kolbak.
Selalu ngiler pengen ke Bandung kalau baca postingan si Arif mah deuh
Jangan ngiler, jijik ih.
Woah flying fox lima ribuan aja. Hebat. Bandung kece euy.
Flying fox buat anak-anak.
Kayaknya asik banget bisa mengekspresikan sifat ‘kekanak-kanakkan’ kita di Taman Lalu Lintas itu, duh kayaknya nyaman banget tempatnya, ada yang bawa bayi lagi huhuhu jalan-jalan sama istri wuhuhuhuuu ngiri maksimal..
Mereka yg ngasih lauk buat makan-makan kita di taman ini.
bisalah main kesana, kalau aku kesana paling ngga ada tempat nginap, bolehkan bg arif?
di medan ngga ada taman yang beginian
Saya Bandung-nya Kabupaten, lumayan jauh buat ke pusat kotanya. Saran saya sih mending nyari blogger Bandung lain.
Harga nya segitu-gitu mulu yak hahaha
Ya semoga jangan naik.
kualitas foto2nya keren
Siapa dulu dong editor sama yg punya kameranya. 😎
jadi inget umi saya rif.
umi saya namanya rimma, biasa dipanggil ade rimma. karena waktu kecil suka + sering main di taman lalu lintas, temen-temennya suka nyirik ade irma suryani ade irma suryani. dan sampai sekarang, nama ade irma suryani jadi ‘nerap’. sampe kalau dapet undangan nama nya jadi, “mengundang : Ade Irma Suryani”. Padahal aslinya Rimma Erriany.
waaah niat banget nih komen :3
btw, foton-fotoya bagus, as always. walaupun bukan arif yg fotoin.
Tradisi orang Sunda, manggil nama sesuai yg enak disebut aja.
Editor juga berpengaruh dalam bagus enggaknya suatu foto. 😎
masih seperti dulu 🙂 … eh btw foto-foto diatas itu pake kamera apa ip motonya?
Pake kamera digital terus ditambahin filter.
[…] Tautan asli: http://arifabdurahman.com/2015/02/16/taman-lalu-lintas-taman-lintas-usia/ […]
enak ya di bandung banyak taman, berbeda-beda dan bagus bagus pula. di sini (medan) tamannya dikit banget 🙁
Tapi banyak juga pemandangan ciamik di sana kan. 😀
Menjadi seorang anak kecil itu mengasyikan karena tidak memiliki beban ini itu xixi
Satu-satunya beban mungkin cuma pelajaran matematika.
Foto-fotonya bagus.. Tonenya jugak cihui 😀
taman lalu lintas bandung … nostalgia masa kecil saya nih …
naik kereta api favorit saya ….
sayang … kurang sentuhan modernisasi ya ,,,,,
Iya perlu ada revitalisasi, minimal pengecetan lah.
Bandung keren uiy..
Kira2 taman tematik di Bandung kini sudah berjumlah berapa ya mas?
Bandung keren uiy..
Kira-kira taman tematik di Bandung kini sudah berjumlah berapa ya mas?
weeehhh.. keren banget hasil jepreannya…Semoga Bandung tetap hidup di mata lokal dan dunia….