Ada sebuah cerita yang berasal dari salah satu kota tua dekat perbatasan—antara Junín atau Tapalquén. Seorang bocah lelaki hilang setelah insiden serangan dari orang-orang Indian; dikatakan bahwa penyerbu itu telah membawanya pergi. Orang tua dari bocah itu mencarinya namun keberuntungan tak kunjung datang; setahun kemudian, seorang prajurit yang baru saja kembali dari wilayah Indian mengatakan kepada mereka tentang seorang Indian bermata biru yang mungkin anak mereka. Pada akhirnya mereka menelusurinya (seluk-beluk pencarian tersebut belum sampai kepada kami dan aku tidak berani mengarang apa yang aku tidak tahu) dan mereka pikir mereka mengenalinya. Pria tersebut, tampak telah ditempa padang gurun dan kehidupan primitif, tidak lagi memahami kata-kata dari bahasa yang dia gunakan saat masa kecil, tapi dia membiarkan dirinya dibimbing, tanpa merasa khawatir dan bersedia, ke rumah lamanya. Di sana ia berhenti—mungkin karena yang lain juga berhenti. Dia menatap pintu seolah-olah belum pernah melihat yang seperti itu. Tiba-tiba, menyerudukkan kepalanya, ia menjerit, menerobos pintu masuk dan dua serambi panjang dengan berlari, dan langsung menuju dapur. Tanpa menunggu jeda, ia menguruk tanganya ke perapian yang penuh jelaga hitam dan mengeluarkan pisau kecil dengan pegangan terbuat dari tanduk yang dulu ia sembunyikan di sana saat masih kanak-kanak. Matanya menyala dalam sukacita dan orang tuanya menangis karena mereka akhirnya menemukan anak mereka yang hilang.
Mungkin kenangan lain terbawa kembali, tapi seorang Indian tidak bisa hidup di dalam ruangan dan satu hari ia kembali ke alam liar. Aku ingin tahu apa yang ia rasakan di momen membingungkan saat masa lalu dan masa kini menyatu; Aku ingin tahu apakah dalam seketika memusingkan tadi si bocah hilang itu terlahir kembali lalu mati, atau apakah ia, seperti layaknya seorang bocah atau seekor anjing, berhasil mengenali kembali keluarga dan rumahnya.
*
Diterjemahkan dari The Captive dalam The Alleph and Other Stories karya Jorge Luis Borges.
Penulis asal Argentina bernama lengkap Jorge Francisco Isidoro Luis Borges Acevedo ini dikenal sebagai cerpenis penting abad kedua puluh, pengaruh puisi-puisinya juga enggak bisa dianggap remeh, juga dikenal sebagai “profesor” karena esai-esai sastranya. Dia, lebih dari siapa pun, merenovasi bahasa fiksi, sebut J.M. Coetze.
Emang beneran Indian gak bisa tinggal di selain di alam liar? Jadi penasaran.