Wanci janari dan serangan kantuk serta dingin di Capolaga membuat kami membubarkan diri, masuk ke tenda kemudian sleeping bag masing-masing. Karena tenda laki-laki terlalu padat (serta resiko kebisingan), saya dan beberapa kawan terpaksa tidur di luar. Suara aliran sungai begitu menentramkan. Meski sudah memenjamkan mata, saya masih belum bisa tertidur, disibukkan beragam loncatan-loncatan pikiran. Sebelumnya, malam itu, kami saling curhat soal sesuatu yang tampak cengeng dan kacangan: cinta pertama.
Saya ingin berpikir bahwa jatuh cinta cuma reaksi kimia yang memaksa hewan untuk berkembang biak. Freud sangat mengiyakannya sejak lama. Sejarah peradaban dan budaya, membuat kita berbeda dengan bebek atau anjing, yang bisa seenaknya bersenggama tanpa tahu malu di mana dan kapan saja. Berahi, yang merupakan proses biologis, oleh manusia diromantisir, dan karenanya cuma manusia yang punya konsep cinta.
Membicarakan cinta pertama berarti membicarakan cinta romantis. Secara historis, istilah roman berasal dari gagasan-gagasan kesatria abad pertengahan sebagaimana tertuang dalam sastra romansa dari masa itu. Ksatria biasanya terlibat dalam hubungan non-seks dan non-nikah dengan wanita bangsawan yang mereka layani. Hubungan-hubungan ini sangat rumit dan diritualkan dalam suatu kompleksitas yang dirumuskan dalam kerangka tradisi. Dalam hal cinta kasih sayang ini, “kekasih” tidak selalu merujuk pada mereka yang terlibat dalam tindakan seksual, tetapi lebih kepada tindakan kepedulian dan keintiman emosional. Cinta kasih sayang ini sering menjadi subyek trubadur, para pengelana-penyair-penyanyi di abad pertengahan, dan biasanya konsep cinta ini dapat ditemukan dalam usaha artistik seperti narasi liris dan prosa puitis pada masa itu.
Warisan mereka masih tertancap kuat sampai kiwari. Melalui pemopuleran yang tak lekang waktu dalam seni dan sastra tentang kisah-kisah para ksatria dan putri, raja dan ratu, kesadaran yang formatif dan berdiri lama ini membentuk semacam ideal hubungan antara pria dan wanita. Kemudian muncul Romantisisme, juga dikenal sebagai era Romantik, yakni gerakan artistik, sastrawi, musikal dan intelektual yang berasal dari Eropa menjelang akhir abad ke-18. Romantisisme ditandai dengan penekanan pada emosi dan individualisme serta glorifikasi akan masa lalu dan alam, serta adanya penggalian terhadap tradisi abad pertengahan. Munculnya Romantisisme dan manusia-manusia yang selalu meromantisir membentuk persepsi kita tentang cinta. Romantisisme, yang hari ini termanifestasi dalam beragam medium, menjadi tempat kita belajar tentang cinta, tentang naksir seseorang, tentang momen sekejap mata seseorang bertemu orang lain di seberang ruangan dan bagaimana hal cemen begitu mengarah pada kebahagiaan selamanya.
Cinta pertama, kenangan yang terus menghantui dan asam manis dalam jiwa kita, menarik kita kembali ke apa yang pernah, dan tidak akan pernah bisa terjadi lagi. Mengapa yang satu ini harus ada di otak kita secara berbeda dari yang lain, bahkan ketika yang lain lebih panjang dan lebih baik? Sebenarnya tak ada yang ajaib tentang cinta pertama, kecuali bahwa hal itu menjadi yang pertama. Pengalaman pertama akan selalu membekas. Itulah pengalaman pertamamu ketika jantungmu berdetak sedikit lebih cepat, kelenjar-kelenjar terbuka mengeluarkan tetes peluh penuh rahasia, dan tubuhmu mulai memproduksi hormon-hormon, yang membuatmu merasa sedikit pusing namun hangat di dalam. Apalagi jatuh cinta bisa dibilang sesuatu yang menakutkan – kamu takut akan ditolak, kamu takut tak bisa memenuhi harapan cinta pertama, takut dia tak akan hidup selamanya denganmu. Kecemasan adalah bagian besar dari jatuh cinta, terutama untuk pertama kalinya.
Cinta pertama menciptakan pengalaman pertamamu tentang peduli pada seseorang secara paripurna, timbulnya beragam distraksi, ketaksabaran, kegelisahan karena takut ditinggalkan, rasa aman serta nyaman dan campur aduk lainnya. Karena biasanya terjadi saat kita masih remaja, masa-masa saat segala hal kita romantisir, cinta pertama menjadi kisah yang akan selalu kita ingat. Bagaimana kamu mencari tahu siapa namanya, di mana rumahnya, apa nomor ponselnya, bagaimana kamu begitu mengejar seseorang dan ingin mengenalnya lebih dalam, ingin lebih dekat dengannya, bagaimana kamu begitu gagap berbicara dengannya, bagaimana kamu memberinya serangan gombalan kacangan, menghadiahinya bunga atau coklat atau kejutan-kejutan tak terduga, memboncengnya, mengajarinya main gitar, mengajak makan atau nonton bareng, bagaimana ciuman pertamamu dan beragam pengalaman yang bikin kamu berbunga-bunga.
Selanjutnya, alasan kenapa cinta pertama begitu membekas karena itu adalah pertama kalinya kamu mengalami yang namanya patah hati. Apakah dia yang mengakhirinya, atau kamu, atau waktu dan tempat yang memisahkan kalian berdua, kenyataannya adalah bahwa kamu tak yakin kamu menginginkan hal itu berakhir. Jadi di sinilah kamu, mencoba menerima kenyataan bahwa hubunganmu sudah berakhir. Seringkali, bukan benar-benar cinta pertamamu yang kamu rindukan, tetapi perasaan yang kamu alami ketika kamu bersamanya. Kamu kehilangan koneksi, gairah, keintiman, perasaan yang diinginkan. Kamu merindukan cara dia membuatmu merasa lebih dari orang yang sebenarnya.
Jika yang dimaksud cinta pertama adalah pacaran pertama, saya belum pernah mengalaminya. Untuk urusan jatuh cinta dan memberanikan diri mengejar seseorang, baru belakang ini saya alami, sangat datang terlambat. Perasaan yang hanya saya ketahui lewat penggambaran di novel atau film, dan saya sinis karenanya, akhirnya saya rasakan sendiri: kegamangan berbunga-bunga, ketika udara terasa lebih menyegarkan, langit tampak lebih biru, senja tampak lebih sendu, yang bikin orang dapat menghabiskan hingga 85% dari waktu bangunnya untuk memikirkan si dia, yang mengukir senyum ketika menatap fotonya. Pengalaman yang kawan-kawan lain curhatkan, tentang cinta pertamanya di masa remaja, baru saya rasakan baru-baru ini, di usia pertengahan duapuluhan. Menunggu dua jam lebih agar bisa menjemput pulang, siksaan untuk menciptakan obrolan, menanti update status WhatsApp agar bisa mengirim chat, belajar cara mengirim Go-Food dan hal-hal yang bikin saya heran kenapa bisa melakukannya. Saya sendiri suka menonton drama Korea, tapi jika saya sendiri yang harus memerankannya dalam kehidupan nyata, justru saya merasa jijik. Selama sekitar dua tahun, dia hanya teman perempuan cantik biasa dan sekarang, dia jadi yang pertama membikin saya melakukan ketololan terbesar sepanjang hidup saya. Mungkin, apa yang saya bicarakan ketika membicarakan cinta pertama adalah tentang dia, dan saya terlalu pecundang untuk membuka perasaan saya.
Cie cie…
Maka beranilah untuk mengungkapkannya, kang Arip.
Gw malah lupa siapa cinta pertama ane..
Setauku ibu adalah cinta pertama anak lelakinya..dan ayah cinta pertama anak perempuannua..hehhee
Cinta pertama sudah lama senyap, tapi pertama kalinya berada dalam sebuah hubungan ini rasanya melebihi cinta pertama.
Ternyata memang semuanya hanya tentang pengalaman pertama.
Cinta pertama aku zaman SMA, tapi dia ga tau. Hhaa.. apakah itu layak disebut cinta pertama. Kemudian setelah jauh berlalu, kami bertemu kembali. Kemudian ia tahu. Lalu ia berkata : ” Kenapa Ga Bilang Waktu Itu” …hhaa terlambat !