Pernah dengar istilah "incel"? Mungkin kamu pernah melihatnya di kolom komentar, drama media sosial, atau artikel berita yang membahas kekerasan terhadap perempuan. Istilah ini memang sering disebut, tapi mungkin belum banyak yang benar-benar paham apa sebenarnya artinya.
Involuntarily Celibate dan Anti-Feminisme
Yang menarik, istilah "incel" sebenarnya punya awal yang jauh dari kebencian. Kata ini adalah singkatan dari involuntarily celibate atau "tidak berhubungan seks secara tidak sukarela".
Awalnya diciptakan di tahun 1990-an oleh seorang perempuan bernama Alana yang membuat forum online bernama "Alana's Involuntary Celibacy Project".
Niatnya mulia untuk menciptakan ruang aman bagi orang-orang dari berbagai gender untuk berbagi pengalaman kesepian dan kesulitan membangun hubungan. Tapi sayangnya, forum ini justru dibajak oleh sekelompok laki-laki yang mengubahnya menjadi sarang misogini, kebencian terhadap perempuan.
Inti dari gerakan incel sekarang adalah kebencian terhadap perempuan karena dianggap menolak berhubungan seks dengan mereka. Ada perasaan hak kepemilikan atas tubuh dan ketaatan perempuan yang sangat kuat di sini.
Yang menarik secara psikologis, incel menganggap diri mereka sebagai korban. Pertanyaannya, korban dari siapa? Menurut mereka, dari feminisme dan perempuan yang "tidak tahu tempatnya".
Ironisnya mereka justru memperjuangkan kembalinya struktur patriarki yang sangat tradisional, sambil menyalahkan feminisme atas masalah yang justru diperjuangkan oleh feminisme untuk dihapuskan.
Incel vs Feminisme
Pernah baca teori konspirasi? Incel punya "kitab" serupa. Mereka mengembangkan ideologi pseudo-ilmiah tentang "kodrat perempuan" yang sebenarnya hanya berdasarkan fantasi, pengalaman pribadi yang bias, dan kebencian yang dirasionalisasi.
Prosesnya kira-kira seperti ini: 1) Perasaan: "Aku benci perempuan", 2) Rasionalisasi: "Perempuan itu penindas yang jahat", dan 3) Justifikasi: "Kekerasan terhadap perempuan adalah respon yang wajar".
Dengan bantuan echo chambers di internet, ketika mereka hanya berinteraksi dengan orang yang sepemikiran, kebencian ini berubah menjadi ideologi beracun. Dari sekadar ujaran kebencian online, bisa berkembang menjadi ancaman dan bahkan pembunuhan, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi.
Bagi incel, perempuan modern, terutama yang mandiri, berpendidikan, dan menolak diobjektifikasi, adalah ancaman. Mereka melihat penolakan perempuan untuk hanya menjadi "pelayan dan penghasil keturunan" sebagai serangan terhadap hak-hak laki-laki.
Mendefinisikan Incel
Incel kini seringnya dipakai ejekan, dan kadang definisinya kabur.
Incel bukan sekadar kelompok orang yang kesepian. Mereka adalah komunitas yang meradikalisasi anggotanya untuk membenci perempuan secara sistematis. Kebencian ini sering kali menyasar perempuan yang termasuk dalam kelompok minoritas lainnya, seperti perempuan ras minoritas, LGBTQ+, atau difabel.
Yang mengkhawatirkan, ideologi incel sering bersinggungan dengan gerakan sayap kanan dan menjadi bagian dari gelombang anti-feminisme online yang lebih besar. Mereka bahkan sampai tidak membedakan antara "feminis" dan "perempuan", bagi mereka, semua yang mereka anggap perempuan adalah musuh.
Memahami incel bukan berarti membenarkan mereka. Justru dengan mengenali pola pikir dan taktik mereka, kita bisa lebih waspada terhadap konten-konten beracun di internet yang menyamar sebagai "keluhan orang kesepian", padahal isinya adalah ajakan untuk membenci dan merendakan separuh populasi manusia.
Internet memang bisa menjadi tempat yang baik untuk berbagi dan mendapat dukungan, tapi juga bisa menjadi tempat beracun. Tugas kita adalah tetap kritis dan tidak terjebak dalam ruang gema yang mengubah kesepian menjadi kebencian.
*
Referensi:
- Ging, D. (2017). Alphas, Betas, and Incels: Theorizing the Masculinities of the Manosphere. Men and Masculinities, 22(4), 638–657.
- Ging, D. & Siapera, E. (2016). Gender Hate Online: Understanding the New Anti-Feminism. Palgrave Macmillan.

Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah sebelum komentar dilarang. Jika kolom komentar enggak muncul, hapus cache browser atau gunakan versi web.