Jika kamu penggemar anime sudah bisa dipastikan pernah melihat logo Aniplex muncul di bagian awal beberapa anime yang kamu tonton. Itu salah satu anak perusahaan Sony.
Kalau ngomongin Sony, yang kebayang pasti PlayStation, Walkman atau TV Bravia. Ya, raksasa elektronik asal Jepang ini juga punya pilar bisnis di industri anime.
Jalan panjang Sony di dunia anime sudah dimulai sejak 1995. Kala itu, divisi musiknya, Sony Music Entertainment Japan (SMEJ), mendirikan sebuah anak perusahaan khusus untuk mengurusi produksi kreatif.
Inilah langkah pertama Sony yang belum disadari bakal jadi salah satu pilar penting bisnis hiburannya.
Berawal dari Aniplex
Aniplex bertugas merencanakan, memproduksi, dan mendistribusikan berbagai seri anime, baik karya orisinal maupun adaptasi dari IP (kekayaan intelektual) yang sudah ada. Mereka juga jago banget dalam urusan multimedia, terutama karena punya teknologinya.
Sepuluh tahun setelah didirikan, tepatnya 9 Mei 2005, Aniplex melahirkan studio anime pertamanya: A-1 Pictures. Awalnya fokus ke produksi anime yang ramah keluarga, tapi lama-lama makin melebar dan melahirkan berbagai judul untuk segmen yang lebih luas.
Studio animasinya juga berkembang. Salah satu studio di bawah A-1 Pictures, yaitu Kōenji Studio, pada 2018 diubah namanya menjadi CloverWorks untuk punya identitas sendiri. Nggak lama kemudian, CloverWorks resmi berdiri sebagai perusahaan independen di bawah Aniplex langsung.
Siapa sih yang gak kenal karya-karya Aniplex? Mereka ada di balik layar berbagai mega-hit seperti:
Fate series (dan game gacha legendarisnya Fate/Grand Order)
Aniplex, dalam konteks ini, bertindak terutama sebagai "Production Committee" atau penyelenggara produksi. Mereka adalah otak dan dana di balik sebuah proyek anime.
Tugas-tugasnya antara lain dalam pembiayaan serta manajemen risiko, mengamankan Hak IP (Intellectual Property), perencanaan strategi bisnis (distribusi, merchandising, promosi), pemilihan kreator kunci untuk sutradara dan series composition, sampai menunjuk studio dan mengawasi produksi.
Aniplex memesan pembuatan anime ke sebuah studio. Bisa ke studio dalam kelompoknya (A-1 Pictures, CloverWorks) atau studio eksternal. Produser bertanggung jawab mengawasi jadwal, anggaran, dan kualitas akhir, tapi tidak terjun langsung ke proses animasi harian.
Anime: Pilar Keempat Bisnis Hiburan Sony

Bisnis anime Sony tak berhenti di produksi. Mereka membangun ekosistem yang solid. Contohnya, di 2017, SMEJ meluncurkan label musik khusus anisong atau lagu anime bernama SACRA MUSIC.
Artis-artis top macam LiSA, Kana Hanazawa, dan TrySail yang sebelumnya ada di bawah naungan Aniplex, resmi pindah ke label ini. Jadi, dari anime sampai lagunya, Sony punya andil besar.
Bahkan di sektor game, Aniplex terus berekspansi. Akhir 2021, mereka mengakuisisi divisi pengembang game dari Delightworks, yang mengurusi Fate/Grand Order dan mendirikan perusahaan baru bernama Lasengle.
Yang menarik, bisnis anime ini bagi Sony bukan cuma sekadar "usaha sampingan". Menurut laporan media ternama Jepang, Nikkei, bisnis anime ini sudah ditinggikan statusnya menjadi "pilar keempat" portofolio hiburan Sony, menyusul tiga pilar utamanya: Game & Layanan Jaringan (PlayStation), Musik, dan Film (Pictures).
Operasinya sendiri tersebar di berbagai unit Sony, terutama di divisi Pictures dan Music. Tapi jantung kreatifnya tetap berdetak dari SMEJ melalui Aniplex dan beragam anak perusahaannya seperti A-1 Pictures dan CloverWorks.
Jadi, ketika nonton Demon Slayer yang visualnya memukau, dengerin lagu LiSA yang energik, atau mainin Fate/Grand Order, ingatlah bahwa di balik itu semua ada strategi besar Sony yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu.


Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah sebelum komentar dilarang. Jika kolom komentar enggak muncul, hapus cache browser atau gunakan versi web.